Di Istana Xi Wei, Istana Pangeran Ketiga, Selir Hui Yuan Shi---ibunda Murong Xuan Yuan sibuk menyiapkan upacara penyambutan kedatangan putranya dengan menyelenggarakan seleksi pemilihan selir.Satu pekan yang akan datang, ketika Murong Xuan Yuan sampai di Hangzhou, pemilihan selir akan dilakukan oleh putranya sendiri dari kandidat yang telah lulus seleksi."Fu Jing, sudah sejauh apa seleksi calon selir?" tanya Selir Hui pada pelayan pribadinya."Melapor, Yang Mulia Selir. Sampai saat ini, masih ada empat puluh wanita yang berhasil lulus ujian seleksi," sahut Fu Jing gembira."Bagus, pastikan ujian selesai dalam tiga hari lagi. Sisanya, akan dipilih oleh Yuan'er sendiri di hari pemilihan selir." Selir Hui tersenyum lebar.Sudah terlalu lama Istana Xi Wei berada dalam kesunyian. Murong Xuan Yuan selalu menolak untuk memiliki selir. Dalam istana sebesar ini, tidak ada penghuni lain selain para pelayan dan pengawal. Xuan Yuan lebih sering menghabiskan waktunya di markas militer, daripada
Dua puluh ribu pasukan Da Liang yang telah berjalan selama dua belas hari dari perbatasan selatan semakin bersemangat. Pasalnya, hari ini mereka akan sampai di Ibukota. Akhir peperangan yang baik, mereka sama sekali tidak menyesal menjadi bagian dari pasukan Dewa Perang Da Liang.Pasukan besar ini sangat panjang. Kepala pasukan sudah berada di depan gerbang kota Hangzhou, sedangkan ekornya masih berada dua puluh kilo meter ke belakang.Berada di barisan paling depan, Murong Xuan Yuan, mengenakan seragam resminya sebagai panglima tertinggi Da Liang. Kaisar memerintahkan semua orang berdiri di sepanjang jalan untuk menyambut kedatangan pasukan besar Da Liang yang baru saja memenangkan peperangan.Sorak sorai penduduk Hangzhou yang memberi sambutan sungguh menarik perhatian. Xin Qian menghela napas, saat ini dia telah menjadi bagian dari pasukan Da Liang.Pangeran Ketiga duduk di atas kuda ferghana hitam tampak gagah penuh keagungan. Tubuhnya yang terbungkus dengan seragam militer membua
Tak menjawab para wanita yang sedang membungkukkan badannya sembilan puluh derajat di hadapan Murong Xuan Yuan, pria tampan itu hanya melirik sekilas. Wajah dingin dengan bibir yang terkatup rapat tak tergoyahkan meski dihadapkan dengan puluhan wanita cantik. Xin Qian yang mengintip dari kereta mengeluh, "pria ini benar-benar berhati kejam."Alih-alih membalas hormat mereka, Xuan Yuan malah melangkahkan kakinya menuju kereta yang dinaiki Xin Qian."Nona Xin Qian, kita sudah sampai di Istana Xi Wei." Meski tanpa senyuman, tapi suara Xuan Yuan terdengar sangat lembut.Xin Qian, "..."Di dalam kereta, Xin Qian kesulitan bernapas. Pria ini mengabaikan begitu banyak wanita cantik, malah membantunya turun dari kereta. Bukankah ini akan menyulitkan Xin Qian? Bagaimana jika para wanita itu akan membalas dendam kepadanya? Huh....Baru saja datang di Istana, Xuan Yuan sudah membuatnya mempunyai musuh sebanyak ini. Xin Qian merasa begitu tidak berdaya.Xuan Yuan mengulurkan tangannya untuk mem
Seorang wanita dengan pakaian brukat dengan warna perpaduan biru muda dan biru tua duduk tampak begitu megah di aula utama paviliun Lien Hua. Dia adalah Selir Hui Yuan Shi. Xin Qian menatap wanita itu dari kejauhan dengan takjub.Di usianya yang masih paruh baya, wajahnya masih terlihat begitu cantik memikat. Perhiasan tusuk rambut berbahan emas bertahtakan batu zamrud berwarna biru safir menghias rambutnya, membuat wanita ini semakin terlihat memesona. Tidak berlebihan. Lagipula, dia hanyalah seorang selir. Mana boleh berdandan melebihi Permaisuri.Begitu melihat Xuan Yuan masuk aula, wajah Selir Hui berbinar-binar. Mereka sudah berpisah lebih dari dua musim. Medan perang sudah begitu kejam memisahkan seorang Ibu dengan putranya."Yuan'er, kamu sudah datang?" Selir Hui tidak bisa menahan diri untuk berdiri menyambut putranya."Ibunda, anak kurang berbaktimu ini datang memberi hormat," ucapnya dengan rasa bersalah.Telah lama sekali dia meninggalkan istananya ini. Ibundanya ini hanya
Selir Hui menelisik detail setiap inchi tubuh Xin Qian yang terbalut jubah hitam bermotif Qilin milik putranya. Dipandangi seperti itu, Xin Qian merasa tidak nyaman. Sayangnya, meski merasa tidak puas, dia tidak bisa berbuat apa-apa."Nona Xin Qian, maafkan aku yang sudah tua ini. Mataku sudah mulai rabun. Anda memakai pakaian pria, Selir ini sampai tidak bisa melihat," ucap Selir Hui ramah.Selir Hui masih memindai wajah Xin Qian. Sebentuk wajah cantik dengan postur yang lebih tinggi dari wanita pada umumnya."Anda tidak terlihat tua sama sekali, Selir Agung. Anda masih terlihat sangat muda, siapa yang mengira Anda adalah ibunda Dewa Perang Da Liang," balas Xin Qian memuji."Nona Xin Qian terlalu memuji. Jadi Anda bermarga Xin?""Benar. Saya bermarga Xin. Saya berasal dari Sekte Emei." Lagi-lagi dia harus menggunakan identitas Sekte Emei untuk memperkenalkan diri. Bagaimana lagi, Xin Qian bingung bagaimana cara mengungkap latar belakangnya.Orang-orang tidak akan bertanya lebih jauh
Menuju aula utama paviliun Xing He, ada danau yang begitu besar. Bunga teratai tumbuh begitu indah di danau besar itu. Xin Qian menatap takjub pemandangan ini. Istana Pangeran Ketiga semegah ini, jika di dunia modern, pria tampan ini benar-benar seorang triliuner.Tak heran ada begitu banyak wanita yang rela berbagi suami dengan para wanita lainnya di Paviliun Mei Hua. Mengingat rombongan Lin Wei dan Wang Yue, Xin Qian mendengus tak berdaya. Kenapa para wanita datang berbondong-bondong mengikuti ujian seleksi demi menjadi selir pria ini? Apakah dirinya yang terlalu idealis, ataukah dunia di zaman kuno ini yang sudah sangat gila dan tidak normal? Xin Qian sungguh tidak paham."A Yuan, kamu sangat populer di Hangzhou. Dari dua puluh calon selir tadi, bukankah Nona Lin Wei dan Wang Yue yang paling cantik?" tanyanya ketika mereka berjalan di pinggir danau.Sebagai sesama wanita saja, Xin Qian bisa dengan jelas melihat betapa dua gadis itu memiliki fisik yang sangat menonjol. Mana mungki
Otak dari penyergapan itu masih bersembunyi di dalam kegelapan. Sedikit rumit untuk mengungkap apa motifnya. "Seharusnya mereka adalah suruhan Qing Feng, Yang Mulia." Ming Ye memberi pendapat.Pandangan mata Xuan Yuan menjadi rumit. Qing Feng memang musuh mereka. Beberapa bulan mereka bertempur di Medan perang.Namun, dia tidak bisa menyimpulkan bahwa pelaku penyergapan itu adalah Qing Feng. Apakah sesederhana itu? Masih ada banyak variabel. Musuh yang terlihat nyata, tidak lebih berbahaya dibanding musuh yang bersembunyi di dalam kegelapan.Dia bahkan harus memahami trik busuk semacam ini sejak kecil. Mana mungkin akan semudah itu mengecohnya. Xuan Yuan tidak berkata apapun."Bisa jadi, bukan," tukas Xue."Lalu siapa?" tanya Ming Ye tampak berpikir."Selidiki dengan akurat! Jangan ada celah sama sekali!" titah Xuan Yuan dingin. Ada beberapa tebakan di dalam benaknya, tapi dia tidak bisa sembarangan mengatakannya jika belum ada bukti.Ada enam negara di daratan ini. Selain Negara Qi
Kedatangan Shu Ling di Aula samping ini bisa dibilang memperbaiki suasana hati Xin Qian yang buruk karena sikap Yunxi yang selalu bersikap semena-mena padanya. Xin Qian menyukai karakter Shu Ling yang tulus.Saat ini, Shu Ling sedang merias rambut Xin Qian dengan jepit rambut dari emas bertahtakan permata warna biru senada dengan hanfu berbahan brukat warna biru berkualitas tinggi yang dipakainya. "Kulit Anda sangat halus, Nona. Latar belakang Anda pasti tidak kalah dengan para calon selir itu," puji Shu Ling.Meski masih sangat muda, Shu Ling sangat terampil melayani Xin Qian. Ini pasti pelayan terbaik, karena dipilih oleh pengawal pribadi Xuan Yuan untuk melayani dirinya. Paviliun Xing He adalah milik Pangeran Ketiga, tidak mungkin mengambil pelayan secara acak tanpa kualifikasi.Xin Qian tersenyum tipis mendengar pujian Shu Ling."Umurmu berapa?" tanyanya pelan. Meski begitu terampil, Xin Qian melihat gadis ini masih dibawah umur untuk bekerja, jika di zaman modern."Shu Ling suda
Dua tahun sejak kehadiran Pangeran Ketiga di Kota Chang'an, kehidupan di kota ini sudah sangat jauh berbeda. Pasar-pasar sangat ramai didatangi orang-orang dari luar wilayah. Chang'an memproduksi barang-barang yang tidak dihasilkan oleh kota-kota yang lain.Penduduk yang semula hidup di bawah garis kemiskinan, kini bisa hidup lebih baik. Pangeran Ketiga mengembangkan obat-obatan herbal, berbagai jenis senjata, sutera berkualitas tinggi dan berbagai barang lain yang hanya ada di Kota Chang'an.Permaisuri Xin dijuluki jenius yang berhasil menciptakan terobosan baru dalam menghasilkan berbagai barang tersebut. Apa yang pernah Xin Qian lihat di zaman modern, dia mengembangkannya di tempat ini disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang terbatas. Kendati demikian, hal tersebut menjadi terobosan yang luar biasa. Buktinya, berbagai barang tersebut mampu membuat nama Chang'an yang semula tak pernah diperhitungkan oleh dunia, sekarang menjadi salah satu kota yang paling banyak dibicarakan.P
Seorang wanita tua duduk merana di dalam jeruji besi. Ada besi berbentuk bulat sebesar bola dan rantai besar yang terikat di kakinya. Dengan usia setua Nenek Bai yang berusia lebih dari enam puluh tahun, para penjaga penjara surgawi memang sedikit berlebihan. Tanpa diikat dengan rantai sebesar itu saja, Nenek Bai tidak mungkin bisa melarikan diri dari sini. Xin Qian membuang napas melihatnya. Orang-orang zaman kuno memang sangat tidak masuk akal. "Bagaimana hasil pemeriksaan Nenek Bai?" bisik Xin Qian pada suaminya."Dia menemukan Lin Chao Feng pingsan di pinggir sungai. Setelah setengah hari menunggu, pria itu baru siuman. Nenek Bai mengajaknya pulang dan mengakuinya sebagai cucu. Hanya itu saja pengakuannya." Xuan Yuan berkata datar."Hmm, cukup masuk akal," sahut Xin Qian.Pangeran Ketiga menoleh. Ditatapnya wajah cantik Xin Qian dengan dahi mengernyit."QianQian, katakan padaku, kenapa kamu bisa bilang bahwa penjelasannya cukup masuk akal?" Xuan Yuan bahkan tidak percaya sama s
Sehari berselang selepas proses eksekusi Lin Chao Feng, Mei Yin dan Qionglin bergegas untuk menemui Permaisuri Xin. Ketika keduanya sampai di depan aula Paviliun Bulan, Xue yang datang menemui."Tuan Xue, ada hal yang harus saya sampaikan pada Permaisuri Xin hari ini." Wanita tua itu berinisiatif untuk berkata lebih dahulu sebelum Xue bertanya."Guru Mei harap menunggu sebentar. Hamba akan menyampaikan kepada Permaisuri Xin terlebih dahulu." Xue segera berlalu setelah selesai mengatakan kalimat tersebut."Guru, apa Anda yakin akan memberi hukuman untuk Qian'er?" ungkap Qionglin."Tentu saja, kejahatan Qian'er sudah begitu berat. Ada ratusan pasukan Da Liang yang mati keracunan, sedangkan ribuan lainnya terinfeksi racun. Apakah ini jenis kejahatan ringan?" sahut Mei Yin.Meski Qian'er adalah murid yang dirawatnya sendiri sejak masih kecil. Kejahatan tetaplah kejahatan. Dia tidak bisa mengabaikan nyawa ribuan orang yang menderita karena kasih sayangnya pada Qian'er. Apalagi, Qian'er ma
Xuan Yuan tidak memberi izin Permaisuri Xin untuk mengikuti proses hukuman Lin Chao Feng. Tak ingin memberi kesempatan untuk penjahat itu melihat wajah cantik Xin Qian barang sebentar saja supaya tidak menyisakan rasa sesal di dalam hatinya di ujung kematian. Pangeran Ketiga memang sekejam itu.Eksekusi hukuman ini disaksikan oleh penduduk Kota Chang'an."Untuk pelajaran bagi kalian semua yang masih menyimpan niat jahat untuk mencelakai kami, sebaiknya segera hapus baik-baik dari hati kalian. Kalian saksikan, pria ini bernama Lin Chao Feng, dia berniat untuk mencelakai Permaisuri Xin dan dua pangeran kecil. Aku tidak akan segan memenggal kepala orang ini." Xuan Yuan berpidato dengan tegas. Kembali ke zaman feodal adalah nasib buruk bagi Lin Chao Feng. Dia harus mati menyedihkan di tempat bobrok ini, tanpa seorang pun yang menangisi.Pria penjelajah waktu itu tidak terima dengan hukuman ini. Dia sama sekali tidak menyangka nyawanya akan berakhir begitu saja tanpa ampun di tempat yang
Lin Chao Feng berusaha melarikan diri ketika Xue datang. Raut panik pria penjelajah waktu dari zaman modern itu begitu kentara, tak bisa disembunyikan. Semua alat-alat yang dibawanya dari zaman modern sudah diamankan oleh pasukan Pangeran Ketiga."Lin Chao Feng, sebaiknya kamu menyerah saja!" Xue berkata datar dan dingin. Pengawal Xuan Yuan yang mempunyai karakter nyaris sama dengan majikannya adalah Xue. "Sialan, aku sudah ketahuan!" Sekuat tenaga, Lin Chao Feng berusaha melarikan diri. Pada akhirnya, ketahuan juga. "Pangeran Ketiga ingin kamu memberi penjelasan. Sebaiknya kamu tidak melawan, atau kamu tidak akan dilepaskan dari penjara surgawi." "Tidak akan semudah itu menangkapku!" Lin Chao Feng tidak terbiasa diancam oleh orang lain. Tak suka mendengar Xue menekannya sedemikian rupa."Mari kita coba!" Xue mulai menyerang. Lin Chao Feng mencoba untuk menghadapi.Jika di zaman modern, kemampuan bela diri Lin Chao Feng bisa dibilang tangguh. Namun, sayang sekali dia salah mendapat
Xin Qian tertegun melihat barang-barang yang ada di dalam kotak kayu tersebut ketika terbuka. Sementara Xuan Yuan hanya melipat tangan ke belakang dengan dahi berkerut, tak paham.Ada beberapa benda asing di mata Xuan Yuan yang tergeletak di dalam kotak kayu tersebut."QianQian, benda apa ini?" tanyanya penasaran.Tak jauh dengan benda yang dibawa oleh Xin Qian ketika datang ke tempat ini, benda-benda aneh yang tidak dimengerti fungsinya oleh Xuan Yuan.Namun bedanya, Lin Chao Feng datang ke sini dengan sengaja. Tentu saja dia telah mempersiapkan segala hal yang diperlukan.Beberapa makanan kering berbentuk biskuit. Ada juga kapsul yang obat-obatan. "Botol ini berisi racun, Yun. Yang ini juga, entah apa yang akan dilakukannya dengan racun-racun ini." Yunxi menerima botol plastik dan memegangnya merasa aneh, karena belum ada botol seperti ini di zaman kuno. Pengawal itu memberi tulisan 'racun' di luar botol tersebut. "Yang ini kapsul makanan sehat." Yunxi dan Xue yang baru saja dat
"Bersujud!"Jun Hui memimpin lima puluh prajurit dari Negara Zhou bersujud pada Xin Qian di halaman begitu Permaisuri Xin turun dari kereta kuda.Xuan Yuan dan Xin Qian saling bertukar pandang melihatnya. Ada apa ini? Kenapa mereka semua tiba-tiba bersujud di hadapannya."Jun Hui bersumpah akan menjadi pelayan setia Permaisuri Xin sampai mati!""Kami semua bersumpah akan menjadi pelayan setia Permaisuri Xin sampai mati!"Suara lantang dari lima puluh pria berbadan tegap di halaman terdengar bergemuruh. Angin seketika berhenti bergerak, daun pohon willow ikut tertegun mendengarkan sumpah mereka."Apa maksudnya ini?" Xin Qian akhirnya bersuara. Tak ingin rasa penasaran itu menggerogoti hati setengah mati.Jun Hui maju ke depan. "Kami bisa hidup sampai hari ini karena belas kasih Anda. Jika bukan karena Anda yang dulu merawat, kami pasti tidak hidup hari ini. Kami telah meninggalkan atribut Negara Zhou. Mulai hari ini, kami adalah pelayan Anda." Jun Hui berkata dengan sangat lancar. Pa
"Nenek Bai, berapa orang yang tinggal di rumahmu ini?" Beberapa orang petugas sedang mendata jumlah penduduk di Kota Chang'an, sudah tiba di rumah milik Nenek Bai.Sebenarnya, ini juga salah satu rencana Yunxi untuk makin mengenal seluk beluk Kota Chang'an. Jumlah penduduk, pekerjaan mereka, penghasilan harian yang didapatkan, dan lain sebagainya. Data ini akan menjadi acuan Pangeran Ketiga untuk membuat kebijakan di masa depan, sebagai kepentingan jangka panjang.Kepentingan jangka pendeknya adalah untuk mengetahui latar belakang Lin Chao Feng dengan jelas.Begitu tiba di rumah Nenek Bai, mereka bertanya dengan deteil apa saja yang perlu dikorek dari wanita tua tersebut."Aku tinggal bersama cucuku." "Bukankah kamu tidak mempunyai anak? Kenapa mempunyai cucu?" tanya petugas itu menyelidik.Selama bertahun-tahun, Nenek Bai dikenal orang sebagai seorang janda yang hidup sendiri karena tidak mempunyai keturunan. Namun, sejak beberapa minggu terakhir, dia tinggal dengan seorang pria mu
"A Yuan, aku bosan!" Xuan Yuan terlalu over protektif dalam menjaga istrinya yang sedang hamil. Xin Qian tak bisa lagi bebas bergerak dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Selain ada Xuan Yuan, para pelayan siap siaga menyiapkan apapun yang dibutuhkan oleh Xin Qian. "Apa aku terlalu mengekangmu? Di luar sana ada begitu banyak orang yang berniat buruk terhadapmu, aku khawatir," sesal Xuan Yuan. Melihat wajah cemberut Xin Qian, hati pria itu tercubit. Xuan Yuan sangat mencintai wanitanya. Dia bahkan rela mengabdikan seluruh hidupnya untuk Xin Qian, akan berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya tertawa bahagia. Namun, dengan semua kekayaan dan kekuasaan yang dimilikinya, dia malah lebih sering membuat wanita ini melalui perjalanan hidup dan mati bersamanya. Semua ini sama sekali bukan situasi yang diinginkan Xuan Yuan."Aku hanya bosan terus berada di dalam istana akhir-akhir ini. Bisakah kita keluar dari sini?" pintanya dengan nada suara manja. Xin Qian tahu bahwa suaminya tidak