HARUSKAH AKU YANG MENGALAH LAGI, MAS?
-MASIH POV SIFA LAGI ❤️-"Aku hanya tak suka saja Suamiku membawa barang baru dari luar!” jawabku.Terlihat ekspresi Mas Rio terkejud namun kembali diam melanjutkan mengendari mobil dan bernyanyi bersama Farhat. Aku tak ingin Farhat melihat orang tuanya bertengkar. Kami menuju Mall untuk memenuhi janji pada Farhat bermain di Timezone.Selama di Mall aku hanya diam, mengikuti langkah Farhat dan Mas Rio tanpa mengeluh. Beberapa kali Mas Rio mencoba mengajak berbicara namun aku memilih diam. Hanya sesekali menanggapi ucapan Farhat. Sampai di rumah Fatih tertidur, Mas Rio menggendongnya ke kamar. Aku menurunkan belanjaan dari mobil dan masuk ke dalam rumah.“Kita harus bicara Dek!” perintah Mas Rio.Aku hanya mengangguk sambil membereskan barang belanjaan. Mas Rio menghampiriku.“Buatkan Mas teh hangat campur antangin Dek, sepertinya Mas masuk angin,” pinta Mas Rio.Aku tak menjawab namun melakukan perintTANDA MERAH BEKAS SIAPA DI LEHERMU, MAS?-MASIH POV SIFA LAGI ❤️-Pagi hari setelah membuat nasi goreng dan telur mata sapi, aku melihat Mas Rio keluar.“Masak apa Dek?” tanyanya.“Nasi goreng dan telur mata sapi! Makanlah Mas mumpung masih hangat,” perintahku.Walaupun sakit hati ini, sebisa mungkin tetap melayani suami. Mas Rio memakan nasi goreng, terdengar Farhat menangis. Aku bergegas ke kamar untuk menggendongnya.“Assalamualaikum anak sholeh sudah bangun?” tanyaku pada Farhat terlihat mengucek matanya. Aku menggendongnya keluar kamar untuk memandikan dan menyuapinya sarapan.“Anak Abi sudah bangun?” tanya Mas Rio. Farhat hanya diam tak membalas sapaan Abi-nya, kami berjalan berlalu begitu saja meninggalkan Mas Rio yang masih duduk di meja makan. Setelah memandikan Farhat, aku menyuapinya sarapan. Terlihat Mas Rio masih asik dengan laptop di ruang tamu.“Antarkan aku ke rumah Abah ya Mas! Aku rindu beliau sudah seminggu tak b
NYARIS SAJA!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-Menghabiskan waktu semalam bersama Gendhis membuat Rio merasa muda kembali. Rasanya seperti terlahir kembali dengan jiwa yang lebih segar. Rio mulai mendengarkan musik band lama yang perlahan di tinggalkan saat hijrah. Sesekali tak apalah mendengarkan music cinta.Selain cantik Gendhis sangat pandai memuaskan. Dia terkesan liar namun lembut, sungguh tak bisa dijelaskan. "Ah sungguh dia binal sekali! Tak salah aku menjulukinya Baby binalku!" gumam Rio sendiri.Masih jelas di ingatannya bagaimana Gendhis dan dia bisa bersenggama di ruang terbuka. Hal itu pengalaman pertama bagi Rio yang memberikan sensasi berbeda. Selain itu Gendhis sangat pandai memasak berbeda dengan Sifa, entah bumbu apa yang Gendhis pakai dalam masakan yang membuat selalu sedap di lidah seperti masakan Ibu. "Ah memikikannya saja bisa membuatku setengah gila!" kata Rio dalam mobil perjalanan pulang.Sebenarnya kejadian semalam itu di lu
SIFA SI ISTRI CENGENGKU!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-Rio mengendarai emosi dengan amarahnya yang terpendam. Dia marah karena masakan itu pemberian Gendhis. Rio juga tak suka Sifa menjadi istri pembangkang. "Awas kau Sifa," batin Rio berteriak berkali- kali.Rio mencoba menahan amarah agar tak terlihat di depan Farhat. Sampai selesai belanja ternyata Sifa masih marah dan mendiamkannya."Ini tak bisa di biarkan! Aku akan membuat Sifa merasah bersalah dengan semua ini," pikir Rio.Sesampainya mereka di Rumah Sifa lekas menidurkan Farhat yang kelelahan setelah puas bermain di timezone. Rio menyuruh Sifa membuatkan teh hangat campur antangin, badannya sedikit tak enak. Mungkin tenaga yang terlalu di forsir bersama Gendhis dan Farhat menyebabkan masuk angin.Sifa tetap melayani Rio dalam diam. Rio masih mencoba untuk terus bersabar.“Kamu kenapa? Bicaralah atau kamu ingin waktu sendiri dalam diammu?” tanya Rio sekali lagi pada Sifa, namun dia terl
PERTENGKARAN DENGAN DIMAS!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-“Kenapa mendadak kamu jadi gagap, Mas? Kamu ke rumah wanita itu kan, Mas?” tanya Dimas lagi.Rio terdiam tak bisa mengelak, entahlah jika dengan Dimas dia tak pernah bisa berbohong.“Sejauh apa Mas hubungan kalian? Apakah lebih jauh dari dugaanku?” tanya Dimas lagi.Dia sekarang duduk di depan Rio dengan menatap tajam. Mulut Rio masih terdiam. Melihat Rio yang tak mengatakan apapun Dimas pergi. Dimas turun ke lantai satu, kemudian naik lagi membawakan dua gelas kopi panas yang baru di seduhnya. Dia memberikan segelas untuk Rio. Dia sangat tahu Rio hanya bisa di wawancara sambil meminum kopi panas saat suasana santai.“Wanita seperti apa yang bisa membuatmu sampai lupa anak dan istrimu, Mas?” tanya Dimas lagi.“Aku tak pernah melupakan anak Dim, aku hanya sekali tak pulang. Itupun tak sengaja karena tertidur di rumahnya. Sungguh aku tak berniat menginap malam itu! Hanya keadaan dan situasinya
DALAM PANGGILAN LAIN!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-"Apa maksudmu menanyakan itu, Dim?" tanya Rio dengan sedikit tergagap."Benar bukan?" tanya Dimas.Dimas sebenarnya sudah tahu hubungan mereka, semenjak Gendhis menanyakan keberangkatan Rio ke Jogja sendiri. Dari awal itulah kecurigaan Dimas semakin menjadi pada Gendhis."Iya," kata Rio lirih.Dimas hanya tersenyum sambil menepuk bahu Rio. Dimas hanya terdiam dan mereka kembali melakukan pekerjaan tanpa membahas masalah ini lagi. "Aku pulang dulu ya Dim," pamit Rio.Setelah semua pekerjaan selesai malam ini Rio tidur sendiri, ingin rasanya bertemu Gendhis. Tapi Rio berfikir untuk menahan hasrat padanya sampai semua benar-benar aman. Tumben sekali Sifa tak menghubungi lagi sedari pagi, Rio membiarkannya mungkin ia ingin sendiri. Sempat Rio terbersit pikiran bagaimana jika Sifa akan menceritakan pada Abahnya? Namun tak mungkin juga dia bercerita tanpa bukti apa-apa.Rio mengambil HPnya. Dia
AKU SELERAMU MAS, BUKAN DIA!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-"Loh, kamu? Kok da di sini?" tanya Rio heran melihat Gendhis yang berada di ruang tamu kantornya."Memang kenapa Pak Rio? Apa tak boleh saya ke sini berkunjung?" tanya Gendhis."Tidak bukan begitu, mari kita lanjutkan!" perintah Rio.Tanpa mereka sadari Dimas memerhatikan gerak gerik mereka. Gendhis mengenakan celana jeans hitam dan atasan putih, cantik dan simpel. Rio tersenyum dan diam. Mereka membahas beberapa pekerjaan, saat jam memasuki waktu makan siang Rio memutuskan mengirim pesan pada Sifa.[Kamu masak apa Dek?][Belum memasak Bi, baru bersih2. Abi mau di masakin apa?].[Ada clientku disini. Biarkan mereka makan siang di rumah kita jika kau tak keberatan]Saat asik mengirimkan pesan dengan Sifa tiba- tiba Gendhis berdiri.“Maaf Pak Rio, boleh saya menumpang sholat? Di sini tak ada mukena, dan tak etis rasanya jika naik ke lantai dua tepat Mas Dimas tinggal, boleh?” tany
PERTEMUAN DUA WANITA DI KALA SENJA-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-"Eh kenapa Mbak?" tanya Gendhis bingung mendengar Sifa memekik seperti itu."Masyaallah aku seneng sekali Mbak, baru kali ini di meja makan saya menunya empat sehat lima sempurna. Dan semua tertata apik, hehehe," jawab Sifa."Aih! Mbak Sifa bikin saya jantungan deh! Aku kira tadi ada yang tak sesuai dengan keinginan Mbak Sifa," protes Gendhis.Tiba- tiba Sifa memeluk Gendhis dari samping."Makasih ya Mbak, sudah ngajarin aku, seneng deh ketemu wanita kayak Gedhis!” kata Sifa jujur karena dia memang senang memperoleh ilmu baru. Gendhis mengangguk senang mendengarnya."Apakah kau akan juga melakukan hal ini jika tahu aku adalah simpanan suamimu, Mbak?" batin Gendhis.Sifa menelpon Rio, agar pulang makan siang dengan mengajak Aam dan Dimas. Masakan telah siap. Tak lama mereka datang. Sifa segera mengambil cadarnya, mereka makan bersama.“Masyaallah pintarnya istriku mas
POLIGAMI?-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-“Apakah sampean yakin Mbak? Bukankah pernikahan juga menimbulkan banyak masalah? Bukan hanya dari segi harta. Tapi hadirnya anak menambah problem kita, suami juga belum tentu setia!” kata Gendhis tersenyum.Entah mengapa Sifa merasa seolah Gendhis sedang menyindir masalah rumah tangganya. Walaupun Sifa sendiri sadar tak mungkin jika gadis baru di kenalnya itu tahu dia sedang menghadapi masalah rumah tangga karena suaminya."Itu tinggal........""Tinggal apa Mbak?" tanya Gendhis“Tinggal tujuan kita menikah itu apa Gendhis," jawab Sifa."Harus di pahami bahwa menikah adalah sunnah rosul yang utama! Memang kodrat kita sebagai seorang wanita yang artinya menjadi seorang ibu. Melahirkan dan memiliki anak tak seburuk yang di pikirkan kok! Cobalah, nikmat yang tak akan terulang," jelas Sifa."Teruntuk suami yang akan jadi imammu nanti pilihlan yang baik agamanya, mencintai rosulnya maka dia akan memperlakukanmu
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt