BERSAING DENGAN TUHAN?
"Hallo assalamualaikum," sapa Gendhis berusaha ramah."Waalaikum salam, Baby di mana?" tanya suara di sebrang yang tak lain adalah Rio.Gedhis menghela nafasnya panjang. Haruskah hubungan ini berlanjut untuk seterusnya? Tak bisakah kejadian semalam hanya di anggap cinta satu malam saja. Sungguh dia tak ingin semakin terlibat lebih dalam lagi.“Kamu pulang mana Baby?” tanya Rio.“Pulang ke rumahku sendiri Mas," jawab Gendhis."Loh aku kira di rumah Ibumu, rumahmu yang ada di perumahan itu kan?" tanya Rio."Memang kau tahu?" tanya Gendhis."Apa yang tak ku ketahui darimu?" tanya Rio balik."Sudah lah Mas, aku tak ingin bercanda lagi," jawab Gendhis."Oke, kau tak pulang ke Mamamu saja? Dari pada sendiri di sana," kata Rio."Besok aja pulang ke rumah Mama, aku lelah sekali,” keluh Gendhis.“Oke, tunggu ya! Jangan tidur dulu! Asssalamuaalaikum.”Telpon di matikan sepihak. Ah mengapa lelaki itu selalu bersikSUGAR BABY!Dengan mengendap Gendhis berjalan menuju pintu depan dan membukanya. Dia mengintip di sela-sela pintu gerbang."Astaga!" pekik Gendhis terkejut melihat siapa yang datang.Ternyata Rio yang datang dengan membawa semua barang-barang miliknya. Gendhis lupa bahwa barangnya dia titipkan di mobil lelaki itu. Gendhis terkejut dan langsung membukakan pintu gerbang rumahnya.“Eh mas Rio! Ku pikir siapa yang datang, maaf ya kalau lama membuka pintunya, aku kira besok Mas baru anter, lagian udah malem lo! Mau masuk dulu ngopi? Aku baru bikin kopi, masih ada sisa air panas,” Gendhis menawari Rio sambil membantu membawa barang bawaan. "Boleh, kalau tidak merepotkanmu," jawab Rio membawa beberapa tokoh oleh-oleh yang dia beli untuk Gendhis."Sini masuk dulu, duduk di sofa! Aku akan membuatkan minuman untukmu," Gendhis mempersilahkan Rio duduk di ruang tamu yang langsung menghadap ke dapur dan membuatkannya kopi susu panas.“Sudah makan malam?” tanya G
KETAHUAN?Sebuah paper bag merah berlogo binatang rusa, semua wanita pasti tahu itu salah satu brand perhiasan berlian yang terkenal. Gendhis mulai membuka paper bag itu, dan menemukan satu buah surat di dalamnya. Dengan hati- hati dia membukanya.‘Terimakasih, kau telah memberikan kesempatan untukku mencintaimu! Tanpa kamu sadari, kamu mampu mengembalikan hati yang dulu pernah mati! Jangan pernah pergi meninggalkanku Baby, With love Rio Gunawan.'"Ah manis sekali Ustad alim itu, ckckck! Apa ini tak terlalu berlebihan?" gumam Gendhis sambil tersenyum membaca surat.Gendhis membuka kotak merah itu perlahan, tampak sebuah kalung mas putih bertahtakan berlian mungil, cantik dan bersinar. Wanita mana yang tak suka dengan perhiasan? Segera Gndhis mengambil lalu mencobanya sambil bercermin. "Cantik dan simpel sekali! Meskipun kecil tak mengurangi pancaran kilaunya, berlian memang terbaik, seleranya lumayan baik," puji Gendhis.Kalung itu Gendhis simpan kembal
KOKTAIL TANPA ALKOHOL DUA![Dinner yuk! Lama kita tak makan bersama.][Sip. Jemput di rumah jam 18.30 WIB]Gendhis dengan cekatan membalas satu pesan singkat yang di kirim oleh Samuel padanya.Dia ingin mengajak untuk makan malam di luar. Biasanya Samuel jika mengatakan Dinner tentu sana dia telah memesan makan malam romantis candle light dinner. Walapun hubungan mereka renggang, namun tak munafik kedua manusia itu masih saling cinta satu sama lainny juga. Membutuhkan waktu yang lama untuk terbiasa tak bersama, apalagi semudah itu pergi dari hidupnya. "Apakah malam ini adalah makan malam terakhir kami?' tanya Dinda pada dirinya sendiri.Lima tahun lebih terbiasa bersama, bukan waktu sebentar. Apalagi saat susah senang meeka selalu bersama, mensupport satu sama lain. Menjalani kehidupan seperti roller coaster naik dan turun, terlalu banyak kenangan terukir antara keduanya."Terlalu banyak kenangan di setiap sudut rumah ini dengan Samuel, apakah aku h
TAMU TAK DI UNDANG!"Aku hanya lelah Ko, aku lelah dengan semua ketidakpastian dalam hubungan ini," ucap Gendhis lirih."Mengapa kau tiba- tiba mengatakan hal ini saat ulang tahunmu Gendhis?" tanya Samuel."Mungkin baru hari ini aku memiliki kemampuan untuk mengatakannya! Selama ini aku hanya bimbang dan kalut dalam ketakutanku sendiri, membayangkan hidupku tanpa dirimu! Tapi makin ke sini aku juga menyadari satu hal yang penting dan nyata, bahwa kita memang tak bisa bersama," jelas Gendhis."Karena alasan Tuhan kita yang beebeda?" tanya Samuel."Ya, itu alasan utamanya! Bukan Tuhan kita yang salah di sini, tetapi kita! Kita yang tak sadar diri, dari awal hubungan ini, kita sudah saling tau tak akan bisa bersama namun terus memaksa," kata Gendhis.Rio terdiam mendengar ucapan Gendhis. Gadis di depannya itu menatap ke arah kaca jendela club itu, melihat ke bawah. Pemandangan kota Madiun yang begitu indah dari ketinggian. Dia mengingat lagi awal kedekatann
GAIRAH MARAH BERCAMPUR NIKMAT!"DIAM ATAU PULANGLAH! Aku mau ganti baju! Kenapa? Kau mau ikut?" bentak Gendhis.Gendhis naik ke lantai dua menuju kamar berganti baju. Dia menggunakan hotpants dan kaos oblong over size tak lupa menghapus make up tebalnya memilih menggunakan cream malam dan lipstik nude. "Apa maunya lelaki itu?" tanya Gendhis pada dirinya sendiri.Dia mengatur nafasnya agar tenang, Baru kemudian turun menuju dapur untuk mengambil air minum dingin dalam botol lumayan besar. Gendhis menenggaknya dengan kasar sampai habis.Rio terlihat masih duduk di ruang tamu memandang Gendhis. Dia mengambil dua kotak minuman kemasan kesukaannya, teh botol. “Minumlah!” perintah Gendhis sambil menyodorkan teh itu pada Rio.“Maaf! aku emosi” ucap Rio menerima uluran teh dari Gendhis. Gendhis hanya mengangguk, tak berminat membahas kejadian tadi.“Aku menunggu sejak jam sepuluh malam tadi, aku mencoba mengirimkan pesan dan menelpon beberapa kali
DESAHAN NIKMAT BERBALUT SYAHWAT!"Aku ingin memilikimu seutuhnya Baby," ujar Rio sambil melanjutkan kegiatan tangannya."Mas, Ah! Jangan...Ah!" jerit Gendhis tertahan.Belum sampai Gendhis menyelesaikan ucapannya Rio sudah menyentuh dan memainkan lubang kenikmatan wanita itu. Entah sejak kapan tanpa di sadari gendhis celananya sudah terlepas. Rio bingung dari mana dia mempelajari semuanya, Rio hanya melakukan insting yang dia punya. Perlakuan ini baru pertama kali Rio berikan untu Gendhis bukan pada Istrinya.Tubuh Gendhis sudah tak mengenakan sehelai benangpun, terpampang nyata di depan Rio. Rio tersenyum puas."Ah kau cantik sekali jika tak mengenakan pakaian seperti ini," kata Rio.Lelaki itu segera membopong Gendhis ke sofa kursi ruang tamu dan menidurkannya. Dia mengubah sofa biasa itu menjadi bed agar memudahkan mereka untuk melakukan semuanya. Rio membuka pakaiannya. Tampak badannya sudah terbentuk sixpack, tak sia- sia rasanya dia latihan fi
MENGINAP SEMALAM."Aku tak menyangka akan melakukan ini dengan wanita selain istriku, jujur saja aku merasa berdosa! Tetapi akupun tak menyesalinya jika denganmu!” ucap Rio sambil mencium tangan Gendhis.Gendhis bangkit mengenakan kaos over sizenya tanpa dalaman. Dia segera naik ke lantai dua, menuju kamar untuk mandi. Rio mengikutinya dari belakang. "Mengapa dia keluar banyak sekali ya, membuat tubuhku lengket!" keluh Gendhis saat mandi.Gendhis sangat menikmati guyuran air shower yang membasahi kepala sampai tubuhnya. Tak terasa Gendhis sudah cukup lama membersihkan tubuhnya."Ah rasanya aku berdosa sekali dengan anak istrinya! Aku terlalu terbawa suasana tadi malam," sesal Gendhis dalam hati.Keluar dari kamar mandi, Gendhis melihat Rio sudah berbaring di kasur. Dia terlihat tidur dengan pulas. Gendhis membiarkan lelaki itu tidur di ranjangnya. Dia memilih untuk perlahan turun ke bawah dan membuat secangkir kopi panas."Kepalaku pusing sekali, mu
BABY BINALKU!"Hahahaa! Kau lupa ya, jika memiliki keluarga di Ponorogo sana?" tanya Gendhis."Aku tak mengusirmu, hanya saja tak enak kalau istrimu nyari,” jelas Gedhis.“Enggak! Aku pulang nanti saja, kita berangkat sama-sama!” ucap Rio sambil menyeruput kopi panasnya.Selesai makan Rio membantu membersihkan semua. Gendhis membuatkan dua box bekal untuk makan siang.“Bawalah, kamu ke kantor kan?” tanya Gendhis.Rio mengangguk tanpa banyak bicara. Jika dilihat mereka berdua memang ttampak sebagai pasangan suami istri yang berbahagia. Setelah semua siap, Gendhis berjalan sambil menyemprotkan parfum di pakaiannya. Terbesit pikiran iseng Gendhis untu menyemprotkan juga ke baju Rio tanpa dia sadari. Lalu mereka bersiap keluar bersama dari rumah."Apakah di sini tak ada penertiban?" tanya Rio heran."Penertiban apa maksudmu? Razia?" ujar Gendhis sambil mengunci rumahnya."Ya, semacam itu! Jika aku menginap tak papa?" tanya Rio lagi.Gend
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt