Selanjutnya mereka pun menikmati sarapannya, yang sesekali sekar menyuapi Shasa roti yang kini dalam pangkuan Sanjaya. anak itu tampak nyaman duduk di atas paha Sanjaya.Beberapa saat kemudian, disaat yang lain masih menikmati sarapannya. Sekar menyudahi sarapannya dan bergegas ke kamar untuk mengganti pakaian. "Sayang Mama masuk kamar dulu ya! jangan nakal."Sanjaya menatapi langkah Demi langkah Sekar yang meninggalkan tempat tersebut. Sampai akhirnya Sekar hilang dari pandangan dan mengalihkan pandangan kepada Ridho dan Shasa yang masih berada di atas pangkuannya."Shasa suka boneka apa? nanti Om belikan?" Mengusap pucuk kepalanya penuh kasih sayang."Shasa itu suka boneka apa aja Om ... panda, Barbie, boneka apapun suka," malah Ridho yang menjawab yang ditanggapi dengan anggukkan oleh sang adik."Oh ya! kalau gitu nanti sore ... kalau Om nggak sibuk ... Om mau belikan boneka panda yang besar buat Shasa, tapi Abang mau apa?" Sanjaya menatap pada Ridho yang masih menikmati nasi goren
"Shasa, ini Om bawakan bonekanya," ucap Sanjaya pada Shasa yang berdiri di balik mobilan nya Ridho.Gadis kecil itu berlari menghampiri Sanjaya yang langsung menyambut dengan berjongkok dan menyodorkan bonekanya yang super besar dibandingkan dengan tubuh orang dewasa pun."Yey ... om dah datang, bawa bonekanya besar sekali! uh berat Om." Shasa memeluk bonekanya namun tidak bisa membawanya. "Makasih ya Om baik ... banget!""Sama-sama sayang, suka kan? Bonekanya." Sanjaya masih dengan berjongkok."Suka, Om. Suka banget." Shasa mengangguk dengan wajah yang sumringah."Em ... kalau suka ... kiss dulu dong, Om nya." Sanjaya menuding pipinya yang lesum itu.Tanpa di suruh dua kali, Shasa mencium pipi Sanjaya kanan dan kiri seraya mengucapkan terima kasih kembali. "Makasih lagi ya, Om ... boneka nya.""Sama-sama lagi cantik!" mengusap pucuk kepala Shasa. Lalu Sanjaya berdiri dan menghampiri Ridho yang turun dari mobil mainannya. "Gimana, Abang suka! Mobilnya?""Abang suka banget dan Abang uc
Selama Sanjaya memasak, berkutat dengan wajan dan sodet dengan tangan begitu lihai. Sekar hanya membantu bantu sedikit saja seperti menyodorkan bumbu. Mangkok, piring hingga akhirnya semua tertata di meja dengan."Jeng, jeng ... masakan ku sudah selesai. Apakah aku boleh numpang mandi? sudah mulai adzan maghrib." Sanjaya membuka tangannya! seakan menunjukkan pada Sekar, kalau dia sudah selesai bertugas menyiapkan buat makan malam. Lalu menoleh ke arah jarum jam yang melingkar di tangannya."Iya, suara adzan terdengar. Kau mau mandi? di atas ada kamar tamu dan kamu boleh numpang mandi di sana." Sekar menuding ke arah lantai atas.Kedua netra mata Sanjaya mengikuti arah yang Sekar tuding. Lalu memandang wajah Sekar. "Oh kirain kamar tamu. Saya kira kamar kita!" Sambil mengedipkan matanya genit."Apaan sih ..." Sekar tidak sengaja mencubit pinggang Sanjaya yang langsung nyengir kesakitan. "Oh, maaf, sakit ya. Maaf ya ... gak sengaja!" Sekar menatap penuh rasa bersalah pada Senjaya yang t
Happy READING."Zulfan ... Ibu mau bicara, kau sedang ap--" suara ibu menggantung dan sontak menutup mulutnya yang menganga, dia berdiri di ambang pintu kamar Zulfan yang terbuka begitu saja.Ibu teramat shock dengan pemandangan yang terpampang di depan mata. Zulfan sedang asik bergumul dengan Fitri tanpa menyadari kehadirannya sang ibu yang berdiri di sana."Argh!" Desah Zulfan penuh nikmat.Sementara Fitri yang terlena dan terhanyut suasana, dengan manik mata yang terpejam merangkul punggung Zulfan yang sudah terasa berkeringat.Ibu yang tampak shock dan terpukul, langsung berteriak. "Zulfan?"Dengan suara sang Ibu membuat Zulfan terperangah, melonjak naik menjauhkan dirinya dari Fitri yang dengan refleks menarik selimut untuk menutupi dirinya yang polos."I-Ibu! se-sejak kapan di ... situ?" suara Zulfan terbata-bata menatap ke arah sang Bunda yang berdiri dengan sorot mata yang tajam serta nanar."Apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan, ha? kau memperlakukan wanita seperti itu
Happy reading.Senyuman Sekar dan yang begitu merekah tiba-tiba memudar, disaat kedua manik matanya yang indah mendapat dua sosok yang sangat ia kenal.Walau dari jauh, dia melihat sosok itu dengan jelas, dia adalah adik kandungnya. Lulu bersama pria yang tentunya sangat ia kenal juga, karena dia adalah Ayah dari anak-anaknya Sekar."Ada apa?" Sanjaya merasa heran, lalu dia mengikuti arah yang Sekar pandangi dan dia barulah mengerti kalau yang sedang diperhatikan oleh Sekar adalah mantan suaminya. Membuat hati Sanjaya menghangat, ada rasa kesal, marah dan cemburu mengusik relung hatinya."Ah, nggak." Sekar menggeleng kepalanya pelan tanpa menoleh ke arah Senjaya.Dalam hati Sekar bertanya-tanya, kenapa Lulu sama Zulfan? Sebelumnya dia kira Zulfan tidak menemui kedua Putra dan putrinya karena sibuk bekerja, tapi ternyata hari ini malah bertemu di tempat yang sama. Namun dia bersama wanita muda yang tidak lain adalah adiknya sendiri."Sedang apa, Mas Zulfan dengan Lulu di sini? Dan seja
Happy reading.Zulfan berkata penuh keseriusan, dan juga penuh penyesalan dengan kebejatannya yang sulit ia hindari, yang sulit ia buang jauh-jauh. Zulfan tertunduk lesu memikirkan nasibnya.Lulu dibuat patah hati di saat dia merasakan jatuh cinta pada kakak iparnya sendiri, yang kini sudah berstatus duda itu. Lulu tercengang ternyata Zulfan sudah kembali beristri. Di saat ia sudah merasai jatuh cinta, dadanya begitu sesak, nafas pun seakan berhenti berhembus dan pedih bagai menyayat hati. Benar-benar terasa sakit, gadis itu tak kuasa untuk berkata-kata, kecuali tatapan mata yang berkaca-kaca.Zulfan bersitatap dengan Lulu yang menatap sendu. Bibirnya mengunci dan membungkam tanpa terucap kata. "Saya ... melihat cinta di mata mu dengan tulus, saya juga sayang sama kamu. Cinta sama kamu, Lulu ... saya ingin menikah dengan mu, kita membina rumah tangga yang bahagia."Tangan Zulfan menyentuh punggung tangan Lulu, di elus dan di bawa ke indera penciumannya. "Saya cinta sama kamu."Lulu me
Happy reading.Sekar masih setia mematung sambil melambaikan tangannya dan Sanjaya menghilang di balik orang-orang yang hilir mudik.Setelah beberapa saat berlalu, Sekar pun berniat untuk pulang. Berjalan dengan teratur meninggalkan Bandara, memasuki mobilnya kembali. Dengan cekatan memutar kemudi yang lalu melaju meninggalkan area tersebut menuju jalan yang akan membawanya pulang ke rumah."Sepi rasanya bila tidak ada dia yang mengganggu. Di saat ingin sendiri ... dia selalu menganggu dengan bermacam alasan." Gumamnya Sekar sambil merasa heran dengan tiba-tiba mobilnya mogok."Apa ini!" Sekar mengecek kembali setelah mobilnya berada di pinggir jalan yang tidak terlalu ramai.Sekar turun untuk mengecek mesinnya, karena bensinnya masih full. Sebisa mungkin Sekar meneliti apa yang salah, apakah ada yang putus atau gimana kabelnya.Terdengar suara motor berhenti yang tidak jauh dari mobilnya Sekar. Namun Sekar tetap fokus pada apa yang berada di hadapannya, tidak menengok ke arah yang ba
Sekar terkesiap. Menerima pesan yang entah berantah, tidak tahu dari siapa pengirimnya, karena nggak ada muncul kontak di sana. Selain nomor yang tidak dikenal oleh Sekar.Belum juga Sekar membalas pesan tersebut, karena hatinya sangat-sangat terkejut dan merasa heran! siapakah orang yang mengirim pesan itu, sudah kembali datang pesan dari nomor yang sama.Ting.(Kalau kamu merasa gatal ... garuk aja nggak usah nggak goda suami orang, tangan-tangan nakal masih banyak kok jangan kau gunakan tangan suami orang yang sudah jelas-jelas punya istri, kalau tidak ingin dipandang rendah)Kata-kata itu sangat menyayat hati Sekar, membuat terluka dan sangat sedih. Hatinya sangat mencelos harus menerima hinaan ini, walaupun dia tidak tahu siapa dan apa maksudnya? apa benar itu untuknya. Sekar sangat tidak mengerti dengan pesan yang datang padanya ini.Dengan jari jemari yang bergetar, Sekar mencoba untuk mengetik dan membalas pesan tersebut."Sebenarnya Anda siapa dan mengirimkan pesan untuk siap
"Ada apa, Bi?" Sekar menatap heran."Itu, Mbak Lulu datang dengan wajah bonyok." Kata bibi dengan suara tergesa-gesa."Apa?" Sekar langsung melonjak naik setengah berlari ke depan.Sekar menatap sang adik yang memang benar yang dikatakan oleh bibi. Kalau Lulu mukanya bonyok. “Kamu kenapa, Lu?” langsung menegur dan mendekat. Lulu berhambur ke dalam pelukan Sekar dan menangis tersedu dalam pelukan sang kakak. Tangis Lulu terdengar begitu pilu. Membuat hati Sekar Terenyuh dan sedih melihat kondisi sang adik dengan perasaan yang bertanya-tanya. “Kak. Aku mau bercerai dengan mas Zulfan. Di sudah selingkuhi aku dengan baby sitter ku.” Kata-kata itu membuat Sekar terkesiap dan setengah tidak percaya. Kok Zulfan dengan tega melakukan hal yang sama dan parahnya lagi tega main tangan segala, sehingga wajah Lulu bonyok. Sekar mengusap punggung Lulu dengan lembut. “Bercerita Lah pada ku. Ada apa yang sebenarnya.” Kemudian, Lulu menceritakan semua pada Sekar yang sebenarnya terjadi, kalau Zul
Sekitar pukul sepuluh malam. Cece baru pulang dengan langkah yang sedikit mengendap. Kepala celingukan. Lulu yang masih berada di ruag Tengah karena menunggu suaminya yang belum pulang, bahkan nomornya pun tidak aktif. Membuat Lulu merasa khawatir dan cemas. “Dari mana kamu? Bukannya saya sudah bilang cukup satu jam saja keluarnya? Maksimal sebelum pukul sepuluh sudah pulang. ini pukul berapa nih? sepuluh lewat.” Lulu merepet dan menuding ke arah jarum jam. Cece menunduk dalam. Dan juga merasa gugup khawatir ketahuan, akan tetapi Zulfan belum pulang dan dia masih menunggu Cece masuk dulu. “Maaf, Bu … saya kebablasan,” ucapnya. “Lain kali … harus tepat waktu. Sebab kalau ada apa-apa. Saya yang akan kena, sebab kamu tinggal di sini.” Jelas Lulu disertai tatapan yang tajam menelisik ke arah Cece yang menunduk. Tetpi dengan ketajaman mata Lulu. Bisa mendapatkan sebuah kejanggalan dari Indera penglihatannya tersebut. “I-iya, Bu! Saya janji … lain kali akan tepat waktu.” Dengan masih me
"Memang benar. Mereka akan semakin tumbuh dewasa dan mengerti, aku hanya khawatir saja." tambah Arka. Setelah beberapa saat, Arka bangun dan tanpa bicara membawa sang istri di gendongnya. Sekar terkesiap dan langsung merangkul pundak Arka takut jatuh. Arka membawanya ke kamar mandi. Untuk mandi bersama, akan tetapi sebelum membersihkan diri Arka malah melanjutkan pergulatan nya berakhir beberapa waktu lalu. Di dalam bathub pun jadi, mereka bermain cantik.Setelah 30 puluh menit kemudian, mereka pun menyudahi dan gegas membersihkan diri di bawah shower yang hangat.Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Sekar. Di Tengah perjalanan mereka mampir di sebuah restoran. Untuk makan malam terlebih dulu, perut terasa sangat lapar apalagi tenaganya sudah terkuras habis dengan permainan tadi.“Aku akan membuat syukuran untuk mendoakan kehamilan ku ini. Apa kau setuju?” Sekar menatap suaminya yang sedang meni
Setelah beberapa saat berada di panti asuhan, pasangan suami istri yang tengah dilanda kebahagiaan menyambut kehamilannya itu pun berpamitan pada penjaga pantai asuhan."Oke, kalau begitu kami pamit dulu!Pak, Bu ... lain kali kami akan datang lagi dan jangan lupa kalau ada keperluan, langsung telepon saja. Insya Allah akan dengan senang hati membantu!" ucap Sekar yang ditambahi oleh sang suami."Insya Allah, kami akan membantu dengan cepat jika memang di panti ini memerlukan suatu ataupun bantuan, kalian bisa datang ke rumah ataupun ke kantor itu sama aja!" Arka mengulurkan tangannya pada pengurus panti asuhan."Iya, kami tidak akan ragu-ragu untuk meminta bantuan jika kami sedang memerlukan, tapi untuk sekarang ini anak-anak sedang membutuhkannya, dan kami mengucapkan sangat banyak-banyak terima kasih! atas semua yang sudah diberikan dan juga tawarannya!" balas seorang lelaki paruh baya."Oke, kalau begitu kami pergi dulu dan mohon doanya untuk kebaikan keluarga kecil kami! Assalamu'
"Aku akan siap sedia menemani istri ku ke bidan dan periksakan kehamilan," ucap Arka dengan nada yang bersungguh-sungguh sebagia suami yang harus bertanggung jawab."Iya, aku tahu kau tidak akan membiarkan ku sendirian. Makasih ya untuk semuanya!" Sekar memeluk mesra suaminya.Kini Sekar sudah berada di kantor menghadapi segudang pekerjaannya yang seharian kemarin terbengkalai begitu saja."Selamat pagi Sekar, saya dengar kemarin kamu tidak masuk kerja?" Tiba-tiba suara itu berada di ruangan Sekar, membuat wanita itu terkesiap."Oh selamat pagi Pak!" Sekar langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada pria yang menjadi bosnya itu."Selamat pagi juga! Gimana kabar kamu? Saya dengar kemarin tidak masuk, sakit atau gimana? soalnya tanpa konfirmasi sama saya!" ucap pria yang bernama Alex lantas duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Sekar."Oh iya, maaf Pak. Saya lupa untuk ngasih konfirmasi bahwa kemarin saya tidak masuk kerja!" Sekar menundukkan kepalanya dengan masih di posisi b
Pagi-pagi Sekar dah deg-degan bagai menunggu sesuatu yang teramat menebarkan. Mondar-mandir di kamar mandi, menanti hasil dari tes peck yang dia gunakan untuk tes kehamilan.Sekar terus mondar-mandir sambil melipat tangannya di dada sesekali mengigit kuku nya. Sambil mengarahkan pandangannya pada wadah kecil yang ada tes peck nya."Ya Allah ... mudah-mudahan ada kabar baik. Semoga aja aku benar hamil!" sesaat wajah Sekar mendongak ke langit-langit.Pada waktu yang diperkirakan sudah tepat, tangan Sekar perlahan mengambil benda kecil tersebut dan mengeceknya, seakan-akan pandangan mata pun tidak ingin berkedip biar jelas sejelas-jelasnya dapat melihat hasil dari usahanya."Bismillah ..." Dalam hati ia berucap. Dan ternyata hasilnya garis 2. Membuat Sekar seakan-akan ingin berjingkrak dan mengucap syukur. Sebab garis 2 itu diyakini kalau memang tanda kehamilan.Lalu Sekar keluar dari kamar mandi dengan sangat tergesa-gesa dan mendatangi suaminya yang sedang nge-gym di ruangannya. Dengan
Sekar terdiam mengingat yang dikatakan oleh suaminya barusan. Teringat dia memang sudah telat 1 minggu, tapi dia pikir ah cuma satu minggu ini. Nggak mungkin juga dia hamil."Kenapa kok diam, sudah telat kan?" Arka kembali bertanya dan penasaran karena istrinya malah diam."Nggak tau juga, perasaan memang telat seminggu! tapi apa mungkin aku hamil?" Sekar menatap sang suami dengan datar."Lho ... mana ku tahu, kan aku belum pernah hamil? Sayang 'kan sudah dua kali hamil masa nggak ngeh. Gitu!" Arka mengusap bahu sang istri dengan lembut."Apa Iya ya, kan?" Sekar bertanya pada dirinya sendiri sembari bengong. Apa mungkin dia sedang mengidam. Apalagi akhir-akhir ini kepala terasa sering pusing sedikit mual juga dan pengennya banyak rebahan, bekerja pun kurang bersemangat."Gimana kalau kita ke bidan aja ya? periksakan biar jelas!" Ajak Arka dengan sangat penasaran dan kalau memang iya, berarti itu kabar yang sangat baik, membahagiakan untuknya dan keluarga."Em ... Jangan dulu deh, nant
"Aku pun ikhlas dan Ridho jika memang ditakdirkan tidak punya anak dari benih ku sendiri dan aku tidak akan pernah mau menikah lagi atau pun berpisah darimu!" ucap Arka dengan sangat serius dan menggenggam kedua tangan Sekar.Bibir Sekar tampak tersenyum getir. Lalu kembali memeluk Arka dengan sangat erat.*****Suatu saat Sekar merasa kurang fit dan bermalas-malasan di rumah. Dan kini dia sedang menemani anak-anak berenang. Setelah dari pagi kerjaan cuma baringan saja."Mama, ayo ke sini berenangnya. Jangan di pinggir malu." Teriak Shasa sambil berenang ke tengah."Hooh. Cemen ... berenangnya di situ Mulu ach. Sini dong yang jauh seperti aku sama kalau dengan papa Arka." Tambah Ridho seraya mencipratkan air ke arah mamanya."Ahc, Mama 'kan cuma nemenin kalian saja. Jadi tak apa lah di pinggir juga kalian yang ke tengahnya tapi jangan sampai ke tempat yang lebih dalam ya takut!" Jawab Sekar sambil naik dan duduk di tepi kolam renang."Aku kemarin renang sama papa Zul, ke tempat yang d
Selamat membaca.Zulfan berlari mendatangi sumber suara yang begitu riuh dan mengagetkan sambil menggendong putranya. Dan ternyata sambil memangku Putri kecilnya, barang yang ada di hadapannya dilempar sehingga di ruangan tersebut seperti tak ubahnya kapal pecah. Lulu berteriak-teriak seiring suara tangisan putrinya.Zulfan langsung memberikan putranya kepada bibi dan dia mendatangi Lulu yang tampak stres. Lantas mengambil putri kecilnya takut kenapa-napa, suasana di sana tidak karuan dengan apa yang harus didengar, teriakan Lulu dan tangisan anak-anak sungguh mengacaukan pendengaran."Bi, tolong bawa anak-anak jauh dari sini. Biar saya mengurus mamanya!" Pinta Zulfan sembari memberikan putri kecilnya kepada Bibi agar membawa balita itu menjauh dari ruangan tersebut.Lantas jawaban kembali mendekati sang istri yang sedang meraung menangis, melemparkan pas foto, vas bunga. "Kamu apa-apaan sih? ini bisa bahaya!" langsung Zulfan merangkul bahu Lulu dan membawanya jauh dari tempat itu."K