"Untuk sekarang ini, tolong berikan saya ruang. Untuk sendiri dulu, saya pusing dengan keadaan yang ada." Zulfan menyingkirkan tangan Fitri dari wajahnya.
"Terus gimana dong? Kita gimana Mas ..." Fitri tampak risau menatap wajah manisnya Zulfan yang bikin ia selalu rindu pada pria itu."Saya kan sudah bilang, berikan saya ruang dulu di saat masalah saya ini belum selesai." Zulfan pun beranjak dan lantas pergi meninggalkan Fitri yang tampak kebingungan."Mas, jangan pergi dulu!" panggil Fitri sambil hendak menyusul Zulfan yang kini sudah menaiki motornya. Hatinya merasa kesal, belum selesai bicara sudah pergi saja tuh orang.*****Sekar Andini, usia 28 tahun tengah duduk di atas sofa sambil menatapi foto pernikahannya dengan sang suami yang bernama Zulfan.Lalu dia beranjak dari duduknya, meraih tas kerja lalu berpamitan pada sang suami dan kedua buah hatinya yang sudah dia mandikan terlebih dahulu, agar pengasuh nya datang itu kedua buah hati sudah wangi dan rapi."Aku pergi dulu, Mas." Dia mencium tangan sang suami penuh hormat."Iya, Dek ... Hati-hati bawa mobilnya, jangan ngebut-ngebut." Balas Zulfan sambil menggendong Shasa, putri bungsu mereka."Oke, muahc! Yang anteng ya sayang!" Sekar mencium pipi Shasa yang gembul. Kemudian mencium pucuk kepala Ridho. Setelah itu sekar pun pergi meninggalkan rumah dan penghuninya.Selama ini, karena suaminya hanya sebagai kuli bangunan yang kadang kerja terkadang nganggur. Makanya Sekar harus berinisiatif untuk membantu perekonomian, demi kelangsungan hidup. Namun apa yang terjadi setelah sekian lama dia membina rumah tangga dan membagi tenaga juga pikirannya. Terdengar suara hembusan yang mengganggu pikirannya.Sudah sekitar 7 tahun Sekar Andini dan Zulfan berumah tangga dari hidup serba kekurangan, tinggal di ngontrak, dihina orang ... sempat tidak menemukan makan karena nggak punya uang sama sekali. disisihkan juga sama keluarga.Sampai pada akhirnya ... Sekar dan Zulfan dengan perlahan kehidupan mereka meningkat, keduanya hidup lumayan dan berkecukupan serta mempunyai rumah sendiri bahkan kendaraannya juga.Motor Vixion yang selalu di pakai Zulfan dan satu mobil sebagai alat transportasi buat Sekar keperluan dan itu kebanyakan hasil dari kerja kerasnya Sekar yang demi merubah perekonomian keluarga. Hingga akhirnya Sekar menjabat sebagai manajer di sebuah perusahaan ternama.Sekar dari mulai karyawan biasa di sebuah perusahaan, sampai saat ini menjabat sebagai manajer penjualan. Namun suaminya tetap saja menjadi seorang kuli bangunan dan Sekar tidak mempermasalahkan itu, karena dalam soal ekonomi dia pun bisa membantu! yang penting suaminya sayang, tanggung jawab dan perhatian kepada istri dan anak-anak. Itu saja sudah cukup bagi Sekar.Meskipun perkawinannya bersama Zulfan itu sangat di tentang oleh orang tuanya Sekar, karena menurut mereka apa yang bisa diharapkan dari seorang Zulfan? yang hanya seorang kuli bangunan! sementara Sekar seorang anak dari keluarga yang lumayan mampu dan dia pun lulusan sarjana.Menjadikan hubungan antara keluarga pun tidak terlalu akur alias tidak harmonis dan kadang terasa lebih asing atau dingin dan cuek satu sama lain.Sekitar sore hari, Sekar baru pulang dari kerjaannya dan di rumah. Kedua putra dan putrinya yang baru berusia ... Ridho 6 tahun dan yang satu Shasa baru tiga tahun. Mereka berdua setiap harinya di asuh oleh tetangganya sendiri yang bernama Mbak Fitri."Assalamu'alaikum ..." suara Sekar yang memasuki pintu utama dan kedua manik matanya Sekar sempat melihat, kalau Mbak Fitri keluar dari kamar pribadinya. Tentunya kamar Sekar bersama suamiMbak Fitri usianya di atas Sekar lebih tua. Dan dia mempunyai suami dan juga anak-anak, karena mulanya kekurangan ekonomi. Dia mengasuh buah hatinya Sekar.Karena sudah lama mengasuh anak-anaknya Sekar, sehingga mbak Fitri sudah seperti saudara bagi Sekar. Makan dan minum pun kadang satu wadah yang sama.Kebetulan anak Mbak Fitri yang paling bungsu usianya sudah di atas 8 tahun, menjadikan dia bisa mengurus kedua anak Sekar lebih leluasa.Sebenarnya Sekar tak ada masalah dia keluar masuk kamarnya, kalau suaminya, Zulfan sedang tidak ada. Karena memang kadang Mbak Fitri pun sering tiduran di kamar tersebut jika suaminya Sekar sedang bekerja di luar.Jadi sekalian Mbak Fitri juga menemani Sekar dan anak-anak. Kalau Zulfan sedang tidak pulang ke rumahnya! karena kebanyakan setiap hari pun Mbak Fitri pulang, karena masa kerjanya Fitri hanya di saat Sekar sedang bekerja saja."Wa'alaikum salam ... baru pulang sayang!" jawab salam dari suami Sekar yang baru saja keluar dari kamar yang tadi Mbak Fitri keluar juga dan ngeloyor ke dapur."Capek nih ... anak-anak mana?" tanya Sekar sembari mencium tangan suaminya dan suaminya pun tidak lupa mencium kening sang istri.Kebetulan Berapa hari ini pun suaminya sedang nganggur tak ada kerjaan jadi dia berada di rumah. Kegiatannya paling mengantar Ridho ke sekolah yang kini kelas datu sekolah dasar."Anak-anak masih tidur dan Shasa ... dia agak rewel hari ini!" ucapnya sang suami sembari mendudukan dirinya di sofa.Kedua manik mata Sekar memperhatikan ke arah suaminya, apakah ada yang mencurigakan atau biasa saja.Di luar, Sekar mulai mendengar desas-desus tentang pengasuh bersama suaminya, Zulfan. Kata tetangga Sekar ... jangan terlalu percaya sama pengasuh kamu itu, siapa tahu dia ada main dan ada niat lain terhadap suamimu! kan siapa tahu aja, toh kamu jarang berada di rumah.Suara-suara seperti itu mulai sering terdengar dan sampai ke telinga Sekar sejak lama. Namun tidak sekali pun Sekar dengar, ia percaya kalau suaminya bukan sosok seperti itu dan mbak Fitri pun orangnya baik apalagi dia punya suami dan anak. Gak mungkin lah.Sebelum pergi ke kamar, Sekar mendudukan dirinya di samping sang suami. "Em ... barusan Mbak Fitri habis ngapain ke kamar Kita?""Ha?" Zulfan tampak kaget."Kalau suami ku lagi nggak ada sih ... nggak masalah bagi aku. Mbak Fitri sekalipun tiduran di sana, tapi ini masalahnya ... suami ku ada di rumah dan sama-sama berada di kamar!" ucap Sekar menatap curiga."Ha? dia ke kamar! kapan? nggak ada ach." Elaknya sang suami dengan wajah yang agak-agak gugup."Barusan! aku lihat Mbak Fitri dari kamar kita, apa kamu tidur ya?" sambungnya Sekar dengan tatapan yang sangat lekat sama suaminya.Dan Zulfan berusaha menutupi rasa gugupnya dengan mencoba tersenyum manis ke arah sang istri lalu berkata. "Oh iya, aku tidur, iya. Huam ..." Zulfan pura-pura menguap. " Mungkin dia mengambil sesuatu miliknya Shasa! tadi sempat bermain di kamar, iya bener! paling seperti itu!" Zulfan mengangguk.Sekar menghela nafas dalam-dalam. "Oh gitu ya!"Kemudian sekar beranjak dari duduknya berjalan ke kamar dan ingin membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menemui anak-anaknya yang katanya masih tidur."Mau kemana?" tanya Zulfan menatap sang istri."Mau mandi lah!" jawabnya sembari terus berjalan.Sekar mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar. Rasanya nggak ada yang aneh sih tetap rapi.Kemudian Sekar berjalan mendekati tempat tidur, setelah menyimpan tasnya di atas meja. Lalu dia menyentuh tempat tidurnya. "Tempat ini tampak rapi tidak terlihat bekas dipakai, sekalipun anak-anak." Gumamnya Sekar.Namun instingnya terlalu kuat, sehingga dia merasa ada yang mengganjal. Ada bau-bau sesuatu Apa ... gitu? sekalipun bau pengharum ruangan namun begitu terasa menyengat."Bau apa sih! Aneh sekali bahunya, berasa tidak asing sih." Namun pada akhirnya perasaan itu diabaikan, dia langsung mengambil handuk dan membuka lemari untuk mengambil baju ganti, lalu dia berjalan ke kamar mandi gegas membersihkan dirinya di sana.Tidak lama di dalam kamar mandi, Sekar pun segera keluar lalu merapikan diri di depan cermin, tidak lupa menyemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuhnya. Kemudian menyisir rambut agar tampak terlihat rapi.Setelah itu ... Sekar pun keluar dari kamarnya dan langsung menuju kamar anak-anak. Dimana Mbak Fitri pun berada di sana sedang melipat pakaian anak-anak dan dibereskan nya ke dalam lemari."Eeh Sekar dah pulang?" sapanya Mbak Fitri kepada Sekar.Mbak Fitri memang memanggil Sekar dengan panggilan nama saja, nggak aneh-aneh."Sudah. Mbak, dari setengah jam yang lalu! Oh iya Mbak ... tadi aku lihat Mbak dari kamar ku, habis ngapain? maksud aku ngambil apa?" Sekar menatap ke arah Mbak Fitri.Mbak Fitri tampak sedikit gugup. "It-itu ... ngambil eh bukan! tadi ... Mas Zulfan memanggil Mbak, katanya pengen di panggilkan tukang dipijit, tapi Mbak bilang nanti aja sama suami Mbak, kalau pulang, di suruh datang ke sini untuk memijat mas Zulfan!" jawabnya Mbak Fitri.Sekar terdiam, memikirkan jawaban Zulfan dan Mbak Fitri yang bertolak belakang, entah mana yang bener?Sekar tidak mau memikirkan itu lebih lanjut, dia langsung tersenyum ke arah kedua buah hatinya, Shasa dan Ridho yang baru saja bangun tidur."Hei ... Shasa, Ridho ... baru bangun ya? Mama sudah ada di rumah nih ... jadi kalian bermain lagi sama Mama." Sekar mencium kening kedua buah hatinya bergantian."Mama-Mama aku laper!" kata Ridho sembari mengusap-usap wajahnya yang masih terasa ngantuk. Lalu menyentuh perutnya yang bersuara."Ridho laper? Nanti Mama masakin ya? dan sekarang kalian mandi dulu, biar wangi. Nanti malam kita jalan-jalan oke?" ucap Sekar sambil mengendong Shasa yang masih bermuka bantal."Ita, Ma ... jajan eskrim ya!" kata Ridho wajahnya berubah senang."Kalau begitu ... saya mau pulang dulu ya? Sekar. Lagian semua pakaian sudah beres kok," kata Mbak Fitri dari tempatnya."Oh iya, Mbak ... terima kasih ya? oh ya, untuk gajian bulan ini, em ... mau transfer atau cas aja?" tanya Sekar kepada Mbak Fitri karena kadang-kadang Mbak Fitri minta gajinya di transfer."Untuk se
"Aku tuh ... cuman nongkrong doang, kaya orang apa aja!" Merepet kaya petasan." Zulfan menggeleng."Bagaimanapun kamu itu sudah menjadi Bapak dari dua anak, jadi harus berusaha dan belajar untuk merubah diri dari sesuatu yang tidak perlu itu dilakukan, ya kecuali bekerja atau sesuatu yang bermanfaat. Aku pun tidak akan melarang kok," tambahnya Sekar dengan nafas yang terengah."Aku itu udah berusaha mengurangi nongkrong, kan kalau lagi kerja apalagi kerjanya jauh! apa ada aku nongkrong? nggak ada, kalau lagi di sini dan itu pun tidak menganggu pekerjaan ku, kan," Zulfan membela diri."Aku tahu, memang aku tahu itu tapi. Bukankah di rumah menemani istri dan anak lebih penting dari pada nongkrong sama orang. Sudah jelas-jelas kalau siang anak-anak di asuh sama orang lain, kalau malam ya temani anak-anak sebelum mereka tidur gitu." Ucap Sekar kembali."Hah, sudahlah malas aku berdebat! mendingan tidur, capek!" kata Zulfan dengan nada males lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur
Sebenarnya anak itu tetap kepikiran apa yang dilakukan oleh papanya sama Mbak Fitri tadi, apa iya mbak Fitri terpeleset? sehingga terjatuhnya ke atas tempat tidur dan akhirnya berguling-guling di sana bersama papanya sehingga saling peluk."Mbak Fitri jagain Shasa ya?" pintanya Zulfan kepada Fitri yang mengikuti langkahnya ke ruang tengah."Iya, Mas. Tentu saya akan menjaganya!" kata Fitri sembari mengangguk. Kemudian memangku Shasa yang mulai merengek minta ditemenin bermain.Zulfan mendudukan Ridho di atas motornya bagian depan, kemudian setelah menggunakan helm dia pun langsung menyalakan motornya mengantarkan Ridho ke sekolah.Tidak lama di perjalanan, akhirnya mereka tiba juga di sekolahan Ridho. Zulfan menurunkan Rhido dari motornya sembari berpesan. "Belajar yang bener ya! yang rajin biar pintar, oh iya ingat! tidak perlu bicara apa-apa sama mama! karena Papa Dan Mbak Fitri tidak melakukan apa-apa cuman jatuh doang!" Ridho hanya menganggukan kepalanya, Sebenarnya bukan mengert
Sekar meneruskan kembali makan siangnya dan walau sedikit bengong, jadi kepikiran apa yang diomongkan temannya barusan."Tapi sudahlah! ngapain juga dipikirkan." Sekar menghela nafas dengan panjang.Selesai makan, Sekar pun kembali ke ruangan kerjanya dan pekerjaan sudah menunggu uluran dari tangannya Sekar.Setelah beberapa saat dia berkutat dengan pekerjaan yang menumpuk di meja, datanglah seorang pria yang bernama Alex wajahnya tampan dan berkulit putih, dia juga seorang staf di perusahaan yang sama dan dia keturunan opa-opa Korea jadi wajahnya nggak bisa diragukan lagi gimana tampannya."Halo, selamat siang? boleh mengganggu waktunya sebentar! Ibu Sekar yang terhormat." Ucapnya sambil berdiri di depan pintu serta mengulas senyumnya yang manis.Sekar mengalihkan pandangannya dari layar laptop ke arah pintu di mana berdiri seorang opa-opa Korea memegangi beberapa berkas dan memandangi ke arah dirinya. "Ya silakan masuk! ada yang bisa saya bantu?"Pria itu berjalan menghampiri tempat
"Kenapa sayang?" tanya Sekar tatkala menatap putranya yang sepertinya tampak ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu."Oh enggak, Mah! tadi kami bermain sama-sama!" Bohong anak itu padahal usianya baru 6 tahun tapi sudah pandai berbohong menyembunyikan sesuatu yang termasuk penting."Sekar, kamu sedang apa di situ bukannya keluar malah melamun!" Suara mama yang seketika membuyarkan semua lamunan Sekar."Oh iya, Mah! aduh aku capek banget!" sahutnya sembari keluar dari dalam mobilnya dan menjinjing makanan buat anak-anak."Hore ... Mama udah pulang!" Sambut Ridho yang langsung menghampiri dan mengambil belanjaan mamanya."Kamu jangan melamun dan jangan banyak pikiran! semuanya akan selesai dengan baik-baik saja, semuanya sedang berjalan dan ikuti saja prosesnya!" Kata Mama sembari menuntun tangan Sekar diajak jalan tuk masuk."Iya, Mah Shasa di mana ya?" Sekar mengangguk sambil berjalan dengan gontai, wajahnya tampak pucat."Shasa ada di dalam sedang bermain, kamu nggak usah khawatir! kamu
Terkadang ada rasa dendam, marah. Benci dan dirasakan Lulu pada kakak iparnya tersebut dan sekarang kakak iparnya malah terbukti berselingkuh dengan pengasuh keponakannya sendiri. Membuat hati Lulu semakin merasa getir dan juga prihatin pada sang kakak dengan kelakuan suaminya yang kurang ajar itu. Kejadian yang sudah menimpanya tidak pernah ia utarakan pada siapapun, termasuk pada Sekar! biarlah itu menjadi rahasia dirinya sendiri.Lulu tersadar dari lamunan, dengan suara sang Bunda yang memanggil-manggil namanya. Beberapa kali ia menggercapkan kedua manik matanya dan mengedarkan pandangan ke arah sumber suara."Lu, bisa bantu Mama! Lu ... bantu Mama masak ya!" Pekik mama."Oh iya, Ma ... sebentar sebentar aku datang!" balas Lulu dengan gerak cepat menghampiri sang Bunda yang berada di dapur.Setelah selesai membersihkan diri, Sekar bermain dengan kedua buah hatinya. "Gimana es krimnya sudah dimakan belum? kalau sudah dimakan Besok Mama belikan lagi maunya rasa apa?""Abang merasa st
Geph.Zulfan menangkap tangan Sekar. Sekar menatap tangan yang di pegang Zulfan dan memberi reaksi tidak suka sehingga Zulfan pun melepaskannya."Kamu tidak bisa begini, Dek ... kamu jangan egois sendiri. Rumah tangga yang selama ini kita bina tidak bisa dihancurkan dengan secepat itu, kamu coba pikirkan anak-anak! dia butuh sosok ayah yaitu aku." Kata Zulfan dengan frustasi.Sekar hanya terdiam, tanpa berkata-kata dan dia tidak mau menatap wajah Zulfan yang tampak kusut terpuruk dan frustasi.Kemudian Zulfan berlutut di hadapan Sekar, bersimpuh dan meminta maaf dengan tulus. "Aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas semua kesalahanku. Aku lebih baik kamu marah, kamu mencaci. Kamu memukul, menghina aku silahkan! tapi jangan diam seperti ini dan mengambil keputusan untuk kita bercerai, kita harus pikirkan anak-anak," ucap Zulfan sembari berlutut dan menundukkan wajahnya.Sekar menggelengkan kepalanya kemudian dia mundur dan berusaha membuka pintu mobil yang terhalang oleh tubuh Zulfan
Ridho menghampiri papa dan tantenya ke dapur, menatap intens ke arah keduanya, kebetulan waktu Ridho datang, keduanya sedang diam-diaman hanya mata yang berbicara. "Papa dan Tante kenapa sih? Kok diam-diam begitu. Sariawan ya?" Mendongak menatap curiga.Zulfan tampak tenang lalu berjongkok mensejajarkan dirinya dengan anak kecil itu. "Kami ... tidak sariawan sayang, cuma panas dalam aja!" Zulfan menolehkan kepalanya pada Lulu yang menahan tawa nya.Zulfan pulang. Karena nanti sore dia akan kembali untuk mengajak anak-anak jalan."Dah ... Papa ... cepat kembali ya? kata Ridho dan Shasa sembari melambaikan tangan, berdiri di atas teras menatap kepergian papanya."Oke, sekarang Papa sudah tidak ada! sekarang kalian masuk ya mainnya di dalam lagi!" Lulu menuntun tangan mungil keduanya.*****Setelah resmi berpisah, tak atal banyak pria yang mendekati Sekar. Mau teman kerjanya ataupun rekan bisnis dari luar, tetapi untuk sementara ini Sekar masih menutup diri. Mengunci hati untuk namanya p
"Ada apa, Bi?" Sekar menatap heran."Itu, Mbak Lulu datang dengan wajah bonyok." Kata bibi dengan suara tergesa-gesa."Apa?" Sekar langsung melonjak naik setengah berlari ke depan.Sekar menatap sang adik yang memang benar yang dikatakan oleh bibi. Kalau Lulu mukanya bonyok. “Kamu kenapa, Lu?” langsung menegur dan mendekat. Lulu berhambur ke dalam pelukan Sekar dan menangis tersedu dalam pelukan sang kakak. Tangis Lulu terdengar begitu pilu. Membuat hati Sekar Terenyuh dan sedih melihat kondisi sang adik dengan perasaan yang bertanya-tanya. “Kak. Aku mau bercerai dengan mas Zulfan. Di sudah selingkuhi aku dengan baby sitter ku.” Kata-kata itu membuat Sekar terkesiap dan setengah tidak percaya. Kok Zulfan dengan tega melakukan hal yang sama dan parahnya lagi tega main tangan segala, sehingga wajah Lulu bonyok. Sekar mengusap punggung Lulu dengan lembut. “Bercerita Lah pada ku. Ada apa yang sebenarnya.” Kemudian, Lulu menceritakan semua pada Sekar yang sebenarnya terjadi, kalau Zul
Sekitar pukul sepuluh malam. Cece baru pulang dengan langkah yang sedikit mengendap. Kepala celingukan. Lulu yang masih berada di ruag Tengah karena menunggu suaminya yang belum pulang, bahkan nomornya pun tidak aktif. Membuat Lulu merasa khawatir dan cemas. “Dari mana kamu? Bukannya saya sudah bilang cukup satu jam saja keluarnya? Maksimal sebelum pukul sepuluh sudah pulang. ini pukul berapa nih? sepuluh lewat.” Lulu merepet dan menuding ke arah jarum jam. Cece menunduk dalam. Dan juga merasa gugup khawatir ketahuan, akan tetapi Zulfan belum pulang dan dia masih menunggu Cece masuk dulu. “Maaf, Bu … saya kebablasan,” ucapnya. “Lain kali … harus tepat waktu. Sebab kalau ada apa-apa. Saya yang akan kena, sebab kamu tinggal di sini.” Jelas Lulu disertai tatapan yang tajam menelisik ke arah Cece yang menunduk. Tetpi dengan ketajaman mata Lulu. Bisa mendapatkan sebuah kejanggalan dari Indera penglihatannya tersebut. “I-iya, Bu! Saya janji … lain kali akan tepat waktu.” Dengan masih me
"Memang benar. Mereka akan semakin tumbuh dewasa dan mengerti, aku hanya khawatir saja." tambah Arka. Setelah beberapa saat, Arka bangun dan tanpa bicara membawa sang istri di gendongnya. Sekar terkesiap dan langsung merangkul pundak Arka takut jatuh. Arka membawanya ke kamar mandi. Untuk mandi bersama, akan tetapi sebelum membersihkan diri Arka malah melanjutkan pergulatan nya berakhir beberapa waktu lalu. Di dalam bathub pun jadi, mereka bermain cantik.Setelah 30 puluh menit kemudian, mereka pun menyudahi dan gegas membersihkan diri di bawah shower yang hangat.Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Sekar. Di Tengah perjalanan mereka mampir di sebuah restoran. Untuk makan malam terlebih dulu, perut terasa sangat lapar apalagi tenaganya sudah terkuras habis dengan permainan tadi.“Aku akan membuat syukuran untuk mendoakan kehamilan ku ini. Apa kau setuju?” Sekar menatap suaminya yang sedang meni
Setelah beberapa saat berada di panti asuhan, pasangan suami istri yang tengah dilanda kebahagiaan menyambut kehamilannya itu pun berpamitan pada penjaga pantai asuhan."Oke, kalau begitu kami pamit dulu!Pak, Bu ... lain kali kami akan datang lagi dan jangan lupa kalau ada keperluan, langsung telepon saja. Insya Allah akan dengan senang hati membantu!" ucap Sekar yang ditambahi oleh sang suami."Insya Allah, kami akan membantu dengan cepat jika memang di panti ini memerlukan suatu ataupun bantuan, kalian bisa datang ke rumah ataupun ke kantor itu sama aja!" Arka mengulurkan tangannya pada pengurus panti asuhan."Iya, kami tidak akan ragu-ragu untuk meminta bantuan jika kami sedang memerlukan, tapi untuk sekarang ini anak-anak sedang membutuhkannya, dan kami mengucapkan sangat banyak-banyak terima kasih! atas semua yang sudah diberikan dan juga tawarannya!" balas seorang lelaki paruh baya."Oke, kalau begitu kami pergi dulu dan mohon doanya untuk kebaikan keluarga kecil kami! Assalamu'
"Aku akan siap sedia menemani istri ku ke bidan dan periksakan kehamilan," ucap Arka dengan nada yang bersungguh-sungguh sebagia suami yang harus bertanggung jawab."Iya, aku tahu kau tidak akan membiarkan ku sendirian. Makasih ya untuk semuanya!" Sekar memeluk mesra suaminya.Kini Sekar sudah berada di kantor menghadapi segudang pekerjaannya yang seharian kemarin terbengkalai begitu saja."Selamat pagi Sekar, saya dengar kemarin kamu tidak masuk kerja?" Tiba-tiba suara itu berada di ruangan Sekar, membuat wanita itu terkesiap."Oh selamat pagi Pak!" Sekar langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada pria yang menjadi bosnya itu."Selamat pagi juga! Gimana kabar kamu? Saya dengar kemarin tidak masuk, sakit atau gimana? soalnya tanpa konfirmasi sama saya!" ucap pria yang bernama Alex lantas duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Sekar."Oh iya, maaf Pak. Saya lupa untuk ngasih konfirmasi bahwa kemarin saya tidak masuk kerja!" Sekar menundukkan kepalanya dengan masih di posisi b
Pagi-pagi Sekar dah deg-degan bagai menunggu sesuatu yang teramat menebarkan. Mondar-mandir di kamar mandi, menanti hasil dari tes peck yang dia gunakan untuk tes kehamilan.Sekar terus mondar-mandir sambil melipat tangannya di dada sesekali mengigit kuku nya. Sambil mengarahkan pandangannya pada wadah kecil yang ada tes peck nya."Ya Allah ... mudah-mudahan ada kabar baik. Semoga aja aku benar hamil!" sesaat wajah Sekar mendongak ke langit-langit.Pada waktu yang diperkirakan sudah tepat, tangan Sekar perlahan mengambil benda kecil tersebut dan mengeceknya, seakan-akan pandangan mata pun tidak ingin berkedip biar jelas sejelas-jelasnya dapat melihat hasil dari usahanya."Bismillah ..." Dalam hati ia berucap. Dan ternyata hasilnya garis 2. Membuat Sekar seakan-akan ingin berjingkrak dan mengucap syukur. Sebab garis 2 itu diyakini kalau memang tanda kehamilan.Lalu Sekar keluar dari kamar mandi dengan sangat tergesa-gesa dan mendatangi suaminya yang sedang nge-gym di ruangannya. Dengan
Sekar terdiam mengingat yang dikatakan oleh suaminya barusan. Teringat dia memang sudah telat 1 minggu, tapi dia pikir ah cuma satu minggu ini. Nggak mungkin juga dia hamil."Kenapa kok diam, sudah telat kan?" Arka kembali bertanya dan penasaran karena istrinya malah diam."Nggak tau juga, perasaan memang telat seminggu! tapi apa mungkin aku hamil?" Sekar menatap sang suami dengan datar."Lho ... mana ku tahu, kan aku belum pernah hamil? Sayang 'kan sudah dua kali hamil masa nggak ngeh. Gitu!" Arka mengusap bahu sang istri dengan lembut."Apa Iya ya, kan?" Sekar bertanya pada dirinya sendiri sembari bengong. Apa mungkin dia sedang mengidam. Apalagi akhir-akhir ini kepala terasa sering pusing sedikit mual juga dan pengennya banyak rebahan, bekerja pun kurang bersemangat."Gimana kalau kita ke bidan aja ya? periksakan biar jelas!" Ajak Arka dengan sangat penasaran dan kalau memang iya, berarti itu kabar yang sangat baik, membahagiakan untuknya dan keluarga."Em ... Jangan dulu deh, nant
"Aku pun ikhlas dan Ridho jika memang ditakdirkan tidak punya anak dari benih ku sendiri dan aku tidak akan pernah mau menikah lagi atau pun berpisah darimu!" ucap Arka dengan sangat serius dan menggenggam kedua tangan Sekar.Bibir Sekar tampak tersenyum getir. Lalu kembali memeluk Arka dengan sangat erat.*****Suatu saat Sekar merasa kurang fit dan bermalas-malasan di rumah. Dan kini dia sedang menemani anak-anak berenang. Setelah dari pagi kerjaan cuma baringan saja."Mama, ayo ke sini berenangnya. Jangan di pinggir malu." Teriak Shasa sambil berenang ke tengah."Hooh. Cemen ... berenangnya di situ Mulu ach. Sini dong yang jauh seperti aku sama kalau dengan papa Arka." Tambah Ridho seraya mencipratkan air ke arah mamanya."Ahc, Mama 'kan cuma nemenin kalian saja. Jadi tak apa lah di pinggir juga kalian yang ke tengahnya tapi jangan sampai ke tempat yang lebih dalam ya takut!" Jawab Sekar sambil naik dan duduk di tepi kolam renang."Aku kemarin renang sama papa Zul, ke tempat yang d
Selamat membaca.Zulfan berlari mendatangi sumber suara yang begitu riuh dan mengagetkan sambil menggendong putranya. Dan ternyata sambil memangku Putri kecilnya, barang yang ada di hadapannya dilempar sehingga di ruangan tersebut seperti tak ubahnya kapal pecah. Lulu berteriak-teriak seiring suara tangisan putrinya.Zulfan langsung memberikan putranya kepada bibi dan dia mendatangi Lulu yang tampak stres. Lantas mengambil putri kecilnya takut kenapa-napa, suasana di sana tidak karuan dengan apa yang harus didengar, teriakan Lulu dan tangisan anak-anak sungguh mengacaukan pendengaran."Bi, tolong bawa anak-anak jauh dari sini. Biar saya mengurus mamanya!" Pinta Zulfan sembari memberikan putri kecilnya kepada Bibi agar membawa balita itu menjauh dari ruangan tersebut.Lantas jawaban kembali mendekati sang istri yang sedang meraung menangis, melemparkan pas foto, vas bunga. "Kamu apa-apaan sih? ini bisa bahaya!" langsung Zulfan merangkul bahu Lulu dan membawanya jauh dari tempat itu."K