Setelah Harold memberikan sambutannya, Anna beranjak bangun dari tempat duduknya dan memberitahu Rosy serta Hendry bahwa ia akan menemui ayahnya. Rosy yang khawatir menawarkan diri untuk menemani gadis itu namun ditolak dengan halus. Anna tidak ingin terlihat lemah di depan sahabat-sahabatnya itu. Dengan menguatkan hati, Anna melangkahkan kakinya mendekati Harold.“Selamat ulang tahun, Ayah.” Anna menghampiri tempat dimana pria paruh baya itu duduk bersama beberapa tetua Walkins. Dengan ragu, Anna mengulurkan tangan untuk memberinya ucapan selamat.Harold hanya memandangi Anna dengan ekspresi dinginnya seperti biasa. Jika ini bukan di tempat ramai, ia tidak akan mau menyambut putrinya itu.“Kau di sini,” katanya datar sembari berdiri dan menyambut Anna memberikan pelukan singkat padanya.Anna yang tidak siap menerima pelukan itu hanya tersentak kaget dan tidak membalasnya. Ia hanya mengangguk pelan dengan tubuh kaku.“Kau ingat apa yang aku katakan padamu terakhir kali?” tatapan Harol
Di dalam ruang pesta, Rosy terus-terusan memandangi pintu tempat Anna keluar sebelumnya. Gadis itu masih belum kembali, sementara malam semakin larut dan itu membuat Rosy benar-benar khawatir.“Aku pergi dulu,” ucap Rosy sembari bangkit dari kursinya dan hendak pergi ketika Ernest menahan tangannya.“Kemana?” tanyanya.Rosy menatap Ernest dengan ekspresi terganggu dan menarik tangannya yang ditahan oleh pria itu.“Aku harus mencari Anna. Aku khawatir.”“Dia akan baik-baik saja, duduklah.” Ernest memberikan perintah dengan ekspresi datarnya yang biasa dan kembali menggenggam tangan Rosy membawanya untuk kembali duduk.Ia melihat Marcus sudah mengejar Anna lebih dulu, jadi Ernest rasa itu sudah cukup. Lagipula ia tidak ingin gadisnya kemana-mana dengan pakaian seperti itu. Terlebih setelah melihat bagaimana tubuh mungil itu gemetar ketika melihat Brendon.Anna menatap Ernest sejenak mencoba mencari alasan agar dapat pergi, namun pria itu tetap menatapnya dengan ekspresi tak terbantahka
Pukul 12 siang adalah waktu di mana Rosy dan Ernest membuat janji untuk makan siang bersama di salah satu restoran. Namun kali ini mereka tidak datang bersama karena gadis itu sedang berada di luar untuk bertemu dengan klien. Jadi, mau tak mau Ernest harus menunggu Rosy datang untuk menemuinya di restoran.Senyum Ernest mengembang ketika ia melihat sosok Rosy turun dari sebuah mobil BMW berwarna hitam, tanpa sadar ia langsung berdiri untuk menyambut gadis itu dengan semangat. Ia sengaja memilih meja yang berada dekat dengan dinding kaca sehingga dapat melihat jalanan kota Boston. Sekaligus untuk mempermudahnya melihat kedatangan Rosy.Namun senyum itu pun luntur ketika melihat sesosok pria lain turun dari pintu yang berlawanan dari mobil yang Rosy tumpangi itu. Kedua alis Ernest seketika saling bertaut dan memperhatikan interaksi Rosy bersama pria asing itu dengan tajam. Giginya mengetat kala melihat Rosy memberikan pelukan singkat pada pria itu.‘Sialan. Haruskah dia memeluk pria it
Setengah jam sebelumnya, Anna tengah memeriksa beberapa file pekerjaannya ketika pintunya terbuka begitu saja dengan kasar.Anna berdiri dari mejanya menatap ke depan pintu. Awalnya ia hendak memarahi siapapun yang membuka pintunya dengan kurang ajar, namun pikirannya tiba-tiba terasa kosong ketika menemukan sosok Lisa Romanov yang menatapnya dengan marah dan melemparkan beberapa lembar foto tepat di depan wajahnya.“Sudah berapa lama, huh?! Katakan padaku! Sudah berapa lama kau menggoda suamiku?!”Tubuh Anna menegang, rasa dingin menjalari tulang punggungnya, dan wajahnya memucat seputih kertas ketika mendengar semburan kemarahan Lisa di depannya. Matanya tertuju pada lembaran foto-foto yang berserakan di mejanya.Foto itu menunjukkan sosoknya yang tengah berciuman bersama Marcus di taman belakang Mansionnya semalam.Seketika tangannya bergetar, ia benar-benar terguncang akan kedatangan Lisa bersama foto-foto itu.“Nona—Akh!” Anna terdorong ke lantai hingga terjatuh menabrak kursi di
Sementara di sisi lain, Ernest hanya berdiri memperhatikan semua percakapan antara Anna dan Rosy. Hingga sebuah panggilan masuk ke ponselnya menampilkan nama Lisa di layarnya. Dahi Ernest berkerut dalam memandangi nama itu dengan aneh. Dia benar-benar tidak memahami jalan pikiran Lisa saat ini. Bukankah wanita itu harusnya sedang bersama Marcus saat ini? Kenapa malah menghubunginya? Namun karena penasaran, Ernest akhirnya mengangkat telepon itu dan mendengar suara tangis Lisa di seberang telepon. “Kenapa kau menangis? Apa sesuatu terjadi” tanyanya berpura-pura tidak mengetahui apapun sembari melirik kepada Rosy dan Anna kembali dan beranjak pergi untuk tidak mengganggu kedua gadis itu. Anna dan Rosy sama-sama memperhatikan Ernest yang pergi meninggalkan ruangan. Dari percakapannya mereka dapat menebak bahwa Lisa lah yang sedang menghubungi Ernest. Melihat itu Rosy mengepalkan tangannya menahan amarah. Ia merasa muak dan jijik pada tingkah Lisa yang bahkan le
Tiga hari pun berlalu. Gosip panas mengenai perselingkuhan Marcus Bond dan Anna Walkins menyebar begitu cepat bagai tsunami. Berbagai media mencoba mendatangi kantor AW Organizer menemui Anna dan mewawancarai para pegawai mereka untuk mendapatkan pernyataan resmi, namun mereka tidak mendapatkan apapun karena Rosy sudah melarang media manapun untuk masuk ke kantornya.Anna pun telah memutuskan untuk tinggal bersama Rosy untuk sementara waktu dan tidak datang ke kantornya demi menghindari semua orang yang berusaha mencarinya. Ia juga mengabaikan semua panggilan yang masuk ke ponselnya dan mematikannya. Yang gadis itu butuhkan saat ini adalah ketenangan. Dan beruntungnya ia memiliki Rosy yang selalu sigap membantu membereskan semua masalah yang terjadi.Namun siang itu Anna dikejutkan oleh kedatangan Jody—asisten Marcus—di apartemen Rosy. Awalnya ia hendak mengusir pria itu, namun ucapan Jody membuat Anna mengurungkan niatnya dan membuka pintu untuk membiarkan Jody masuk.“Jadi, Marcus m
Pelayan pria itu mengantarkan Anna dan Rosy ke lantai 28 tempat dimana kantor dan ruangan pribadi milik Hendry berada. Ketika pintu itu diketuk, terdengar suara Hendry dari dalam yang membuka pintu dan langsung menyambut Anna dengan pelukan erat. Wajahnya seolah menunjukkan kekhawatiran yang jelas.“Anna! Aku lega kau baik-baik saja!” Katanya dengan penuh kekhawatiran.Anna dan Rosy saling melirik sejenak sebelum meminta Hendry untuk berbicara di dalam dan Hendry pun menyetujuinya.“Hendry, ada yang ingin kami bicarakan denganmu,” ucap Anna mulai membuka pembicaraan dengan nada sedikit gugup. Ia lalu mengeluarkan map coklat yang ia bawa.“Kenapa ekspresi kalian sekaku ini? Apa sesuatu terjadi?” tanya pria itu dengan masih memasang ekspresi khawatir. “dan map apa itu?” tanyanya lagi.Rosy mencoba menjelaskan dengan singkat sembari mengeluarkan selembar foto dari dalam map di tangan Anna. “Bisakah kau menjelaskan ini kepada kami? Dan tolong jawab dengan jujur Hendry.”Hendry terdiam ket
Rosy sadar dari pingsannya ketika mendengar namanya dipanggil dengan begitu lembut. Ia membuka mata dan meringis kala merasakan sakit di kepala beserta sekujur tubuhnya. Gadis itu mencoba mencerna apa yang sedang terjadi dan ingatan akan Anna yang hampir diperkosa oleh Hendry membuatnya tersentak bangun hingga selang infus di tangannya tertarik.“Anna!” Panggilnya dengan panik.“Hey, tenanglah...Anna sudah baik-baik saja. Kalian sudah aman...” bisik Ernest di sebelah Rosy. Pria itu duduk di sebelah ranjangnya dan terus memanggil namanya dengan lembut. Ia menahan tangan Rosy agar tidak membuat selang infus di tangannya terlepas.Rosy menatap Ernest sejenak dan menghela napas lega lalu kembali berbaring di ranjang rumah sakit.“Apa Anna sudah pulang?” tanyanya lemah.Ernest mengangguk sembari terus menatap Rosy dengan tatapan intensnya. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa gadis itu mengkhawatirkan orang lain disaat kondisinya lebih memprihatinkan.Terdapat retakan di tangan gadis itu ak
Anna menatap kondisi temannya itu dengan prihatin. Dalam hati ia bersyukur tidak mengalami morning sicks separah Rosy yang membuatnya mampu tetap bekerja dan melakukan apapun yang membuatnya terhibur. “Apa ini sudah bulan ke tiga?” tanya Anna sembari memijat telapak tangan Rosy. Ia memutuskan untuk duduk di pinggiran sofa dan mengurus Rosy sebelum pergi ke ruangannya. “Ini bulan ke empat. Kata dokter kemungkinan ini akan berlangsung hingga usia kandungannya memasuki bulan ke enam.”Anna meringis, lalu mengambil tisu dan mengelap keringat di wajah Rosy. “Apa kau sudah sarapan?” tanya Anna lagi. “Sudah, tadi pagi Ernest membuatkanku roti panggang dengan selai apel dan juga memotongkan beberapa apel.” Setelah mengatakan itu, Rosy kembali memejamkan matanya karena setiap ia membuka mata, seluruh ruangan terlihat berputar-putar membuatnya merasa semakin pusing.‘Tok tok tok’“Masuk.” Anna menjawab kepada Sunny y
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Satu tahun terlewatkan begitu saja tanpa masalah yang berarti. Hanya saja rencana resepsi pernikahan Marcus dan Anna harus tertunda selama beberapa bulan karena kondisi Anna yang tidak memungkinkan untuk berada di tempat keramaian. Apalagi usia Kennard yang masih begitu kecil dan rentan membuat Anna khawatir bahwa bayi kecil itu akan kelelahan dan rewel selama mereka mengadakan acara resepsi. Jadi, karena itulah acara resepsi ditunda setelah berdiskusi dengan keluarga Marcus.“Kau akan ke kantor?” tanya Marcus ketika melihat istrinya sedang duduk di depan meja rias untuk berdandan dalam balutan baju kerjanya. Anna menatap Marcus melalui cermin di depannya dan mengangguk. “Ya, ada beberapa design baru yang harus kulihat. Apalagi Rosy sedang mengalami morning sicks jadi dia tidak bisa selalu hadir di kantor untuk terus menggantikanku.”“Kau akan membawa Ken, juga?” tanyanya lagi.“Ya, bersama bibi Jessy.”“Baiklah, kalau begitu aku akan menga
“Apa menurut Bibi aku harus menikah sendirian tanpa Ayah dan keluargaku?” tanya Anna lirih. Ekspresinya seolah ingin menangis memikirkan nasib dirinya sendiri yang dicampakkan oleh keluarga kandungnya. Jessy memandangi wanita itu dengan ekspresi sedih. Bayangan Anna kecil entah mengapa tiba-tiba terlintas di kepalanya. Sosok gadis kecil yang selalu memangis di malam hari itu kini sudah tumbuh dewasa menjadi seorang istri dan ibu yang baik hati. “Bibi tidak mengatakan bahwa Nyonya harus menikah tanpa keluarga Nyonya, tapi apakah Tuan Besar dan para Tuan Muda pernah menganggap Nyonya sebagai keluarga mereka?” Anna terdiam. Ia ingin membantah bibi Jessy namun ia sadar bahwa apa yang wanita paruh baya itu katakan memang benar. Ayah dan para kakak laki-lakinya tidak pernah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga. Hanya para pelayan dan kepala pelayan yang bekerja di kediaman Mansion Walkins yang menyayanginya.Meskipun Anna dibenci oleh Ayah dan Kakak laki-lakinya, mereka tet
"Aku sudah memikirkannya beberapa hari ini,” ujar Marcus tiba-tiba saat ia dan Anna tengah menikmati waktu makan siang bersama. Anna menghentikan gerakannya dan menatap Marcus dengan bingung, “apa itu?” tanyanya penasaran. “Aku ingin mengadakan acara resepsi pernikahan kita di hari ulang tahunmu.” Hening beberapa saat. Anna menatap Marcus terkejut seolah tidak memahami apa yang baru saja ia dengar dari suaminya. Resepsi pernikahan... Itu bukanlah acara biasa yang bisa Anna putuskan begitu saja. Banyak hal yang harus mereka pikirkan dan persiapkan untuk hal itu. Termasuk restu dari ayahnya. Setidaknya, ia butuh pria itu untuk mendampinginya berjalan di altar sebagai seorang ayah. Marcus yang menyadari perubahan di wajah istrinya merasakan ada yang tidak benar. Apa Anna tidak menyukai idenya? Pikirnya dengan kebingungan. “Kau tidak suka?” tanyanya. Wanita itu menatap Marcus sekali lagi lalu tersenyum dan menggeleng pelan, “aku menyukainya. Bukankah mengadakan resepsi pernikahan a
Hari semakin gelap ketika mereka mencoba satu per satu wahana yang ada di taman itu. Dari semua wahana, Rosy sengaja menyisakan wahana bianglala untuk mereka naiki paling akhir ketika matahari akan tenggelam. Rosy ingin melihat sunset ketika mereka berada di atas bianglala, dan Ernest dengan sabar menuruti semua keinginan istrinya itu.“Selamat sore, Tuan Mars, Nyonya Mars.” Seorang pria berambut hitam mengenakan jas biru muda sedikit membungkuk menyambut Ernest dan Rosy ketika mereka tiba di depan pintu masuk bianglala.Sebelumnya asisten Ernest memang telah menghubungi manajerial taman hiburan jika Ernest dan Rosy akan datang mengunjungi taman itu untuk berkencan. Dan berkat itulah Ernest dan Rosy dapat menaiki semua wahana dengan nyaman tanpa harus mengantri panjang mengikuti pengunjung lainnya.Rosy yang pertama kalinya mendapatkan perlakuan seistimewa itu merasa takjub akan kuasa suaminya. Menjadi kaya dan berkuasa memang sangat menyenangkan!“Halo, George. Kau menjaga taman ini
Tidak banyak hal yang berubah dari hubungan Ernest dan Rosy setelah mereka menikah. Yang berubah hanya sikap Ernest yang semakin posesif setiap harinya terhadap Rosy. Meskipun wanita itu tidak membencinya, namun terkadang sikap Ernest yang terlalu berlebihan membuat Rosy merasa lelah.Seperti saat ini, ketika mereka akan pergi kencan di luar, pria itu terus-terusan mengomentari baju yang Rosy kenakan.“Ganti, itu terlalu pendek.”“Terlalu terbuka, kau bisa kena flu.”“Pria mana yang akan kau goda dengan penampilan itu?”Dan banyak lagi komentar yang pria itu lemparkan padanya hingga akhirnya Rosy hanya mengenakan summer long dress lengan panjang dengan belahan dada yang sedikit rendah.“Please, hentikan itu, Ernest. Kau terlalu berlebihan,” keluh Rosy pada suaminya yang memasang ekspresi curiga dengan kedua alis hampir bersatu.“Kenapa? Apa mungkin memang itu tujuanmu? Memakai baju terbuka untuk menggoda pria lain?” tuduh Ernest dengan ekspresi gelap.Rosy memutar bola mata malas dan
Pagi itu Marcus bangun dengan memandangi sosok indah di depannya. Wajah terlelap istrinya yang tenang, hembusan nafas yang lembut, serta bibir pink merona yang terlihat penuh dan menggoda membuat Marcus ingin memakannya. Tangannya terulur merapikan anakan rambut Anna yang menutupi sebagian wajahnya dan menyisipkannya di belakang telinga wanita itu membuat Anna sedikit mengerutkan kening dan semakin merapatkan tubuhnya pada Marcus. Lagi-lagi pria itu menarik senyum lebih lebar merasakan tubuh Anna yang semakin memeluknya. Ia membalas pelukan itu dan memberi kecupan lembut di kening wanita itu. Rasa takut akan kehilangan wanita itu yang menghantuinya beberapa bulan ini kembali mengusik hati Marcus, membuatnya merasa sesak. ‘Apa yang harus kulakukan agar membuatmu tetap aman?’ batinnya dengan tatapan kosong. “Marcus?” suara Anna yang serak membuat Marcus menunduk, sedikit melonggarkan pelukan untuk melihat wajah wanita itu yang mulai membuka matanya setengah sadar. “Apa aku membangu
Anna terbangun ketika igauan Marcus terdengar di sebelahnya. Ia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul dua pagi, dan ini seperti sebuah rutinitas bahwa Marcus selalu bermimpi buruk dan mengigau di tengah malam.“Marcus! Marcus!” suara Anna terdengar mendesak, menarik Marcus dari kedalaman mimpi buruknya, kedalaman rasa putus asanya. “Aku di sini. Aku di sini,” bisik Anna kembali dengan suara yang lembut. Ia memeluk pria di sebelahnya dan mengusap-usap kepalanya.Marcus bangun dan wanita itu membungkuk mendekat padanya, dia menggenggam bahunya, mengguncangnya, wajahnya menggoreskan kepedihan yang mendalam, mata birunya terbuka lebar dan penuh dengan airmata.“Anna,” suaranya merupakan bisikan yang terengah-engah. Rasa takut menodai mulutnya. “Kau di sini,” katanya dengan suara lega ketika netranya menemukan istrinya berada di sisinya.“Tentu saja aku di sini.” Anna terus memberikan usapan lembut di bahu suaminya itu berusaha meyakinkan Marcus bahwa ia ada di sini bersamanya.“Ak
Selama tiga bulan kemudian, tidak ada kabar apapun mengenai keberadaan Lisa maupun Arthur. Dari yang Marcus ketahui adalah Arthur dipecat dari jabatannya di perusahaan milik keluarga Walkins. Ada kemungkinan Tuan Walkins mengurungnya di rumah agar tidak menyebabkan keributan lain, mengingat Marcus telah memberikan peringatan yang keras.Namun, di sisi lain, Ernest menduga bahwa Arthur mengalami patah kaki dan tangan yang parah akibat siksaan Marcus hingga membuat pria itu lumpuh dan tidak dapat bergerak seperti dulu lagi. Hal ini berdasarkan fakta bahwa terlihat beberapa dokter ternama di kota itu beberapa kali mengunjungi kediaman Walkins.Yang manapun itu, Marcus merasa sedikit lega memikirkan pelaku yang telah mencelakai istri dan anaknya mendapatkan balasan yang setimpal, dan ancaman terhadap anak dan istrinya untuk saat ini akan berkurang.“Apa yang sedang kau pikirkan?” suara Anna di depannya menyadarkan Marcus dari lamunan.Wanita itu telah pulih sepenuhnya. Begitupun dengan pu