Home / Fantasi / Selena (Shirea book 2) / Chapter 35 : Penyergapan

Share

Chapter 35 : Penyergapan

Author: Indah Riera
last update Last Updated: 2023-05-11 00:04:50

Matahari mulai terbit, bau anyir memenuhi penciumanku ketika ratusan orang dari kelompok itu mati terbantai oleh pasukanku. Benar-benar merusak udara pagiku yang seharusnya segar.

Beberapa tabib mulai berdatangan untuk mengobati prajurit yang terluka, sementara aku mulai menghitung jumlah mereka untuk memastikan tak ada yang lolos dari sergapanku.

Aku menghela lega, tapi tubuhku semakin lelah. Hari ini mungkin sebagian kelompok itu sedang menjalankan aksinya untuk menyerang Vainea.

"Buang mereka semua ke tanah kosong, burung pemakan bangkai di sana mungkin akan berterima kasih karena sudah memberi mereka makan banyak," ujarku sembari menunggang kuda menuju istana. "Lalu bersihkan seluruh tempat ini."

"Baik, Yang Mulia," sahut Tuan Shaquille senang.

"Oh iya, Tuan. Hari ini saya akan pergi ke Vainea lagi untuk bertemu Raja Azura. Mungkin selama tiga hari saya tidak akan kembali. Tolong jaga tempat ini selama saya pergi."

"Tapi sebaiknya anda istirahat sebentar, Yang Mulia. Kondisi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 36 : Ambisi

    Sudah dua minggu lebih semenjak aku menerima surat terakhirnya, ia tak lagi mengirim surat untukku. Aku mendesah risau karena rindu ini perlu dipuaskan. Hampir setiap hari aku menanyakan tentang kedatangan surat pada Loretta, bahkan terkadang menanyakannya langsung pada petugas pengirim surat. "Kenapa dia tidak membalas suratku lagi? Apa dia sesibuk itu dalam waktu dua minggu ini?" gerutuku sambil menutup perkamen di tanganku. "Apa sebaiknya aku datang ke Vainea dan memberinya kejutan?" Ya, akhir-akhir ini aku juga banyak disibukkan oleh urusan dalam negeri dan beberapa proyek terutama—tentang pengolahan sumber daya ketika musim panen tiba. Namun, setidaknya aku selalu meluangkan waktu untuk mengirim surat padanya. "Mungkin dia sangat sibuk dan langsung tidur begitu pekerjaannya selesai," gumamku dengan pikiran positif. "Dia sudah berusaha untuk mengerti situasiku, mungkin aku juga harus memahami alasan ia tak mengirim surat dalam waktu yang menurutku...lama." Aku manggut-manggut

    Last Updated : 2023-05-18
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 37 : Nestapa

    Aku berlarian menuju belakang istana dengan mengendap-endap. Tak lama, aku berhasil menerobos masuk di dapur istana yang sudah mengeluarkan aroma makanan yang sedap. "Astaga, anda—anda, Yang Mulia Selena?" ucap salah satu pelayan yang menyadari keberadaanku dengan syok. "Bagaimana anda bisa masuk ke sini?" "Boleh aku minta bantuanmu?" "Ya silahkan, Yang Mulia. Apa yang perlu saya bantu?" "Carikan aku pakaian, tidak perlu mewa. Hmm...seperti pakaianmu ini." "Tapi itu akan membuat anda terlihat seperti pelayan." "Tidak apa-apa. Aku hanya kemari sebentar, setelah itu aku akan kembali ke Axylon." "Baik, Yang Mulia." Aku hanya menunggu di ruang kecil tempat penyimpanan rempah-rempah, sesekali aku mengusap air mata yang masih mengalir perlahan dalam kesendirianku. "Yang Mulia, saya sudah membawa pakaian untuk anda." "Terima kasih." Aku segera berganti pakaian, dibantu oleh pelayan lain. "Mata anda terlihat sembab, ini pasti sangat berat untuk anda," ujar salah satu pelayan yang

    Last Updated : 2023-06-07
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 38 : Abu Di Tanah Axylon

    Kuhela napas berat ketika Gretta membantuku mengenakan jubah perang yang sudah dirancang agar tahan api. Aku sudah memutuskan untuk menghancurkan wilayahku sendiri agar bisa bertahan. Mungkin memang terdengar masokis, tapi tidak ada cara lain dalam serangan dadakan ini. Semua sudah dipersiapkan sesuai rencana. Seluruh penduduk dari berbagai wilayah sudah diamankan di tiga kota yang memiliki benteng pertahanan kuat. Semua bahan pangan dari berbagai lumbung juga sudah bawa ke pusat kota. Kini tinggal menunggu kehancuran mereka di tanah Axylon. Aku berangkat menuju benteng kota. Kali ini, aku meminta semua gerbang perbatasan di buat rapuh agar mereka bisa menerobos masuk. Ada lima ratus pasukan yang sengaja kukirim untuk menutup gerbang besi cadangan dari berbagai arah supaya mereka terjebak. Semua peledak sudah dipasang di bawah tahan dan aku siap untuk melihat bagaimana Axylon akan menjadi debu dalam sesaat. Kini aku sudah berdiri di atas menara benteng tertinggi sembari memakai te

    Last Updated : 2023-06-14
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 39 : Krisis

    Aku membuka mata perlahan dengan pelupuk yang terasa berat. Aroma obat-obatan memenuhi penciuman saat aku menatap langit-langit kamar. Kulihat seorang gadis kecil terbaring meringkuk sambil mendekap lenganku. Wajahnya begitu sayu dengan bekas air mata yang menggaris di pipinya. "Helena." Aku mengusap pipi lembutnya perlahan. Anak itu mengerjap sejenak, lalu membuka matanya. "Kakak?" Kini mata itu membulat sempurna. "Kakak sudah sadar!" Suara Helena yang melengking membuat Gretta di luar sana segera memanggil tabib, kemudian gadis itu masuk dengan akspresi lega. Tak lama, seorang Tabib wanita datang dan mengecek kondisiku. "Benar-benar keajaiban," ujar si Tabib. "Racun di tubuh anda sebelumnya sudah kami bersihkan, tapi kami kesulitan untuk mengobati luka dalam anda. Sangat luar biasa kalau anda bisa pulih secepat ini. Saya akan menulis beberapa resep obat penunjang untuk kesembuhan anda." Tabib itu segera mengeluarkan perkamen dan pena lalu menuliskan beberapa daftar obat-obatan

    Last Updated : 2023-06-23
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 40 : Bantuan

    "Gretta! Gretta!" panggilku geram. Aku sadar betul, semenjak pernikahan Azura dengan Lucia, emosiku menjadi tidak stabil. Rasa kecewa ini masih ada, begitu mendendam. Amarahku sering kali meluap tanpa bisa dikendalikan, untuk pertama kalinya aku memperlakukan pelayanku dengan kasar. Kesedihan juga masih meraup di sebagian hatiku, menggerogotiku layaknya parasit. "Ya, Yang Mulia?" Gadis itu akhirnya datang menghadap dengan raut takut ketika melihat ekspresiku. "Bingkisan uang di kantung besar itu, kau dapat dengan cara apa?" tanyaku dingin. Gretta tampak bingung sejenak, tapi a masih berusaha tenang untuk menutupi sesuatu. "I-itu...saya menjual harta saya ke wilayah Keylion. Bukankah, saya sudah pernah mengatakannya, Yang Mulia?" Aku melepas sebutir amarahku dengan menamparnya. "Jawab aku, Gretta! Harta macam apa yang sudah kau jual di sana?" "Su-sungguh. Saya menjual perhiasan dan-" "Dirimu?" potongku tak tahan dengan kebohongannya. Gretta tampak terkejut mendengar kalimatku.

    Last Updated : 2023-07-05
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 41 : Permohonan

    Kutatap gadis mungil itu ketika ia menyuap sesendok sup ke mulutnya. Pipinya mengembung, membuatku tak bisa berpaling dari wajah imutnya. Aku menghela napas sejenak, membayangkan gadis itu yang semakin tumbuh. "Helena, akhir-akhir ini...kau pasti sangat kesepian," ucapku membuka suara pada saat makan malam. "Semenjak Kakak menggantikan Ayah, aku memang merasa kesepian," sahutnya menyuap sesendok sup lagi. "Kakak tak lagi memiliki banyak waktu untuk menemaniku seperti dulu." "Maaf, Kakak memang...sangat sibuk sampai tidak memperhatikanmu." Aku manggut-manggut dengan rasa bersalah. "Helena, apa kau membenciku?" Helena menggeleng cepat. "Aku tidak membenci Kakak. Tapi terkadang aku melihat kakak berubah menjadi orang lain saat berada di singgasana. Aku tidak tahu kenapa akhir-akhir ini Kakak seperti...wanita kejam. Maaf jika aku terlalu lancang berpikir seperti itu." "Ya, memang banyak hal yang belum kau tahu, Helena. Saat kau dewasa nanti, mungkin kau bisa memahami situasi Kakak sa

    Last Updated : 2023-07-12
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 42 : Antara Cinta Dan Politik 5

    "Kakak! Kakak!"Teriakan Helena di luar melengking sampai terdengar di ruang kerjaku. Ia berlari dengan derap kaki yang berisik, tapi kulihat wajahnya begitu semringah ketika menerobos masuk ke ruanganku.Yah, ini sudah lima hari setelah aku mempertemukan Helena dengan Pangeran Hans. Aku lega, akhirnya anak itu kembali ceria setelah beberapa bulan terlihat murung semenjak Ayah dan Ibu tiada. Sinar di matanya kembali berpijar atas kebahagiaan yang membuatnya kembali bersemangat."Kakak, lihat! Aku dapat kiriman hadiah dari Pangeran Hans!" ujarnya senang sambil menunjukkan kotak berukuran sedang di tangannya."Kau sudah membukanya?"Helena menggeleng. "Belum, aku ingin membukanya bersama Kakak."Aku meletakkan pena di tangan lalu menerima kotak itu. "Baiklah, kita lihat. Hadiah apa yang kau dapat."Helena mengangguk antusias, sementara aku mulai membukanya."Wah, kalung yang cantik!" seru Helena ternganga.Aku terdiam sejenak melihat kalung Aquamarine yang tampak elok. Ada rasa sakit ya

    Last Updated : 2023-09-26
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 43 : Antara Cinta Dan Politik 6

    Dua minggu ini, aku menyerahkan sebagian tugasku pada tuan Velian, selaku adipati kepercayaan. Dia sudah menyanggupi untuk membantuku membereskan masalah Axylon selama aku pergi ke Vainea. Rencana ke Vainea ini juga sudah kuberitahu pada petinggi lain. Awalnya mereka kecewa dan menganggap kalau aku terlalu lemah, karena masih bersedia mengurusi Vainea. Namun, aku berhasil meyakinkan mereka bahwa ini bukan suatu kelemahan, tapi sebuah celah yang menakjubkan. Sejauh ini, Pangeran Hans juga mulai memahami Axylon secara bertahap dan anak itu bersedia membantuku dengan sedikit menyumbangkan ide-idenya yang cemerlang. Benar-benar anak yang jenius! Selain itu, Putri Erina perlahan pulih dan mulai bisa berjalan meskipun sedikit pincang. Kali ini aku sudah mengijinkan Helena untuk menemuinya dan anak itu terlihat senang, tentunya. Ada kalanya mereka harus mengobrol sebagai sesama putri. "Putri Erina, bersiaplah untuk pulang ke Vainea besok," ujarku saat aku mengunjungi kamarnya. "Apa anda

    Last Updated : 2023-09-28

Latest chapter

  • Selena (Shirea book 2)   Terima Kasih Untuk Pembaca

    Halo salam kenal, saya Indah Riera. Shirea series merupakan karya pertama saya di Goodnovel. Makasih banyak udah mengikuti kisah ini sampai book 2 dan makasih banyak juga buat supportnya selama ini. Semoga kisah ini bisa selalu dinikmati oleh pecinta genre fantasi bertema kerajaan. Jangan lupa bintangnya supaya karya ini tidak tenggelam hehe.. ^^ Karya yang akan publish berikutnya adalah kisah Pangeran dari kerajaan Vainea yang bernama Rein (anak dari Selena dan Azura). Di epilog kisah ini sendiri timeline-nya sudah 15 tahun kemudian, yang berarti dua tokoh kesayangan kita di sini sudah tiada (janji ga nangis ya) dan untuk (couple bocil) Pangeran Hans dan Putri Helena pun akhirnya mereka sama-sama sudah dewasa, begitu pun dengan Putri Erina yang udah jadi penasehatnya Rein di istana. Rein sendiri juga memiliki masalah hidup yang berat seperti orang tuanya. Penasaran? Yukk nantikan Shirea book 3 yang berujudul REIN. Sampai jumpa lagi.. ^^

  • Selena (Shirea book 2)   Epilog

    ___15 Tahun kemudian___ ---KERAJAAN AXYLON--- Seorang gadis duduk di kursi rias dengan pipi bersemu. Ditatapnya cincin berlian yang melingkar di jemari manisnya dengan senyum berseri. Gaun indah menjuntai begitu menawan, senada dengan nuansa suci yang tengah diadakan. Bayangan saat pernikahan benar-benar membuat hatinya berbunga dengan rona malu yang menggelikan. Tak disangka jika dirinya kini telah menjadi milik pria yang selama ini menemaninya. "Yang Mulia, sudah waktunya untuk berganti pakaian. Sebentar lagi acara penobatan akan dimulai," ujar pelayan setia si wanita yang sudah menemaninya selama ini. "Ya," sahutnya dan segera berdiri untuk berganti pakaian. "Nyonya Loretta, menurutmu ... apa dulu Kak Selena merasa gugup sepertiku?" Loretta terkekeh sejenak, membayangkan tingkah mantan tuannya yang gugup dengan perilaku lucu. "Jika Anda tahu, Anda pasti tertawa. Beliau sama sekali tidak bisa diam selama dirias dan banyak protes dengan penampilannya. Mungkin beliau ingin tampil

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 57 : Takdir Terakhir

    Untukmu, Rajaku.Tak ada masa terindah dalam hidupku selain waktu yang kulalui bersamamu. Tak ada hal yang lebih manis selain saat kita berbagi rasa di bawah naungan asa.Jika saja kau tahu bagaimana aku begitu takut kehilanganmu. Jika saja kau tahu bahwa takdir itu terus menghantuiku, apa kau akan tetap pergi dari pandanganku?Saat aku tahu bahwa semua keindahan itu hanya sebuah ilusi, hatiku menjerit dan membangkitkan sebutir ambisi.Untukmu, Rajaku.Aku tahu bahwa aku tak lagi bernapas untukmu, tapi semua rasa itu masih tertinggal layaknya jelaga dingin yang tak rela beranjak dari tempatnya.Namun, aku tak tahu apa perasaan itu akan pergi dari hatimu seiring kepergianku? Begitu menyakitkan saat membayangkan bagaimana aku harus hidup tanpa cintamu, tanpa mendengar kalimat posesif darimu dan juga pelukan hangatmu.Untukmu, Rajaku.Pada akhirnya ... semua telah berakhir seperti yang diinginkan oleh takdir. Kini aku berdiri di baris kematian bersama keputus-asaan. Ini lah saat yang pal

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 56 : Takdir

    Keesokan harinya, aku duduk di meja rapat bersama para petinggi Axylon. Aku juga sudah menyampaikan kabar perang yang akan dilaksanakan lusa. Sesuai dugaan, mereka memberiku kritik tanpa ampun. Pasalnya, Axylon baru saja pulih dan sekarang akan perang lagi.Aku bisa membaca wajah-wajah cemas mereka, bahkan ada yang menggelengkan kepala dengan apa yang terjadi. Namun, yang bisa kulakukan hanya lah memberi penegasan terhadap perang ini.Selain itu, aku juga sudah mengirim utusan untuk meminta bantuan militer dari Keylion dan Axiandra, sesuai perjanjian kerja sama yang sudah disepakati."Apa kali ini perlu menghancurkan sebagian wilayah seperti waktu itu?" tanya Tuan Malory. "Jika menggunakan metode yang sama, kali ini akan lebih sulit mengingat ini sudah masuk musim dingin. Lingkungan bersalju takan menguntungkan untuk menyalakan api.""Tidak. Kali ini, kita akan benar-benar bertempur di perbatasan. Pasukan tambahan dari Keylion dan Axiandra seharusnya sudah cukup membantu untuk membend

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 55 : Cinta Dan Ambisi 3

    Aku membuka perkamen yang baru saja dikirim dari Axylon, berisi—laporan perkembangan di sana. Kini Axylon sudah benar-benar pulih dan semua bala bantuan dari luar sudah dihentikan secara resmi setelah semua kembali seperti semula. Aku menghela lega, juga—rindu kampung halaman. Rasanya ingin kembali ke sana untuk melihatnya langsung, tapi posisiku saat ini sangat sulit untuk keluar dari Vainea. Azura takan setuju jika aku pergi ke Axylon. Kuteguk tehku untuk kesekian kali dengan pikiran tenang. Semenjak malam itu, hidup kami baik-baik saja dan—semakin mesra. Satu minggu telah terlewati dengan begitu indah sampai-sampai aku merasa takut jika semua kebahagiaan ini akan membuatku lengah dan menjadi awal yang buruk. "Yang Mulia." Nyonya Dhea datang dengan santun, tapi wajahnya terlihat tegang. "Yang Mulia Raja memanggil Anda untuk datang ke ruang kerjanya." "Oh, baiklah. Aku akan ke sana," sahutku, sembari membereskan perkamen di tangan. Dalam hati aku bertanya, mengapa dia memanggil

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 54 : Cinta Dan Ambisi 2

    Aku membuka mata perlahan. Pelupuk mataku terasa berat hingga aku harus mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan keadaan. Sepasang tangan sudah menggenggam tanganku erat, disusul belaian lembut yang menenangkan. "Azura," lirihku, melihat sosok yang duduk di samping ranjang. Azura tak menjawab, tetapi ia mengecup tanganku begitu lama. Tatapannya sangat antusias melihatku siuman, juga—kesedihan yang tak luput dari tatapannya. "Akhirnya kau siuman," ujarnya antusias dengan wajah sendu. "Maafkan aku, Selena. Aku tak bisa menepati ucapanku untuk menjagamu, tolong hukum aku." "Kau ... sudah mendapat hukumannya," sahutku lemah, mengingat percakapan dua anak itu. "Kau memang sedang dihukum, Azura. Bukan, lebih tepatnya ... kita." "Apa maksudmu?" Azura menyondongkan tubuhnya ke depan dan menatapku lekat. "Tidak. Bukan apa-apa," jawabku gelisah. Tak lama, seorang tabib wanita datang dan mengecek kondisiku. Raut wajahnya menujukkan ekspresi lega, kemudian bebrapa pelayan juga datang untu

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 53 : Hukuman

    "Aku sudah di ambang batas, Selena," gumamnya menggema. Itu—suara pangeran Erick. "Mungkin ini untuk terakhir kalinya aku bisa menolongmu. Setelah itu, jiwa tua ini akan segera lenyap."Sepasang tangan merengkuhku dari belakang dan mataku masih terpejam. Namun, aku tahu sedang berada di dunia lain.Entah mengapa, tubuh yang mendekapku begitu besar layaknya orang dewasa yang sedang memeluk anak kecil. Tangan itu begitu hangat dan membuatku nyaman. Aku bisa merasakan napasnya yang menghela saat pelukannya semakin erat."Yang Mulia," lirihku. "Maaf sudah melanggar ucapanku. Padahal aku sudah mengatakan kalau aku takan merepotkanmu lagi.""Alasanku masih berada di dunia ini karena aku memang ingin melindungi Ibumu awalnya, tapi takdir berubah dan kini melindungimu adalah tugasku. Kau tak perlu minta maaf, tapi sekarang mungkin ... ini terakhir kalinya kita bersama," sahutnya, kali ini berbisik tepat di telingaku seolah-olah tak ada jarak di antara kami."Kau akan pergi?" tanyaku. Rasa sed

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 52 : Takdir Dan Kutukan

    Aku berdiri di depan istana, menatap rombongan Azura yang pergi membawa 50 pengawal untuk perjalanannya. Kali ini, aku sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi suasana canggung yang dingin.Aku segera menuju ruang kerja, tapi dicegat oleh salah satu suruhanku yang bertuga memata-matai Tryenthee. Segera kuajak ia ke ruang kerja untuk memberi informasi dan pastinya—agar Lucia tidak tahu mengenai hal ini."Katakan padaku, apa yang terjadi di sana?" tanyaku, setelah kami duduk berhadapan di ruang rapat dengan wajah serius."Saat ini Tryenthee sedang dalam keadaan sedikit kacau, Yang Mulia. Terjadi perang saudara dan beberapa perselisihan antar Pangeran yang menjadi penguasa di beberapa wilayah," jawabnya. "Seperti yang Anda tahu, setiap Pangeran di beri wewenang untuk menjadi kepala wilayah di kota-kota besar. Juga, memang terjadi beberapa keributan yang katanya ... ada beberapa kesenjangan di antara mereka.""Selain itu?""Saya tak sengaja mendengar bahwa Raja Tryenthee kini tengah disi

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 51 : Kesedihan Lucia

    "Azura, bisakah aku tetap tinggal di sini?" pintaku merajuk. Ia menggeleng tegas. "Tidak. Kau harus dalam pengawasanku setiap waktu." Aku hanya berdiri dengan pasrah saat melihat beberapa pelayan pria membawa barang-barangku dan memindahkannya ke mansion Raja. Ya, meski tujuannya agar aku aman dalam pengawasannya, tapi—keberadaan Lucia di sana pastinya akan membuat situasiku canggung. Aku terpaksa harus memakai topeng lagi setiap hari saat bertemu dengannya. "Mulai hari ini, pekerjaanmu biar aku yang menyelesaikannya. Kau tidak boleh terlalu lelah." Azura memasukkan semua berkas-berkasku ke dalam peti besar, lalu meminta pelayan pria untuk membawanya. "Aku akan mengadakan rapat dengan para petinggi, kau bisa masuk ke mansion duluan." Ia mengecup keningku lalu melengos pergi. Bisa kurasakan suasana hatinya sedang membaik. Kuhela napas panjang saat kami berpisah ke bangunan yang berbeda. Kulihat Lucia berdiri di balkon dan menatapku dengan wajah datar. Mata kami bertemu, tapi aku

DMCA.com Protection Status