Beranda / Fantasi / Selena (Shirea book 2) / Chapter 16 : Mengulangi Kesalahan

Share

Chapter 16 : Mengulangi Kesalahan

Penulis: Indah Riera
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-09 12:38:07

Aku menaiki tangga menuju balkon sepi untuk menenangkan diri dari gelisah yang mengusik. Mataku tertuju pada sosok pria berambut panjang dengan jubah pangeran khasnya yang berkibar karena angin.

Jantungku berdegup kencang ketika menghampiri sosok yang sudah kukenal itu. Ia menatap ke bawah sambil tersenyum, tapi matanya terlihat sedih.

"Yang Mulia...Erick?"

"Padahal kita telah berbicara dengan akrab, tapi panggilanmu belum berubah?" sahutnya tanpa menoleh.

"Ma-maaf, sa-maksudnya...aku belum terbiasa." Aku mendekatinya dan melihat di bawah sana.

"Tidak apa-apa. Seharusnya kau memang tidak mengenalku seumur hidupmu."

"Tapi faktanya kita tetap saling mengenal, kan? Bahkan aku sudah tahu kalau kau Ayah kandungku yang tewas dengan patah hati."

Ia tertawa sejenak. "Apakah terdengar miris?"

"Hmm...ya." Kutatap dua sejoli di bawah sana yang sedang tertawa riang di kursi halaman sambil menikmati kue mini di tangan masing-masing.

"Yang kau maksud apakah...Valen yang itu?" tanyaku sambil melirik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 17 : Kembali Ke Vainea

    Kepalaku terkulai di atas buku tebal dengan hati sendu. Aroma kertas sedikit menenangkanku meskipun tak mengusik gelisahku sama sekali.Kejadian semalam membuatku tak bisa tidur walau hanya sedetik dan kini kepalaku dilanda pening ringan yang membuatnya terasa berat. Pelupuk mataku sebenarnya juga terasa berat, tapi enggan untuk terpejam."Yang Mulia, anda sudah dipanggil untuk sarapan bersama." Loretta menyentuh bahuku lembut dengan wajah murung."Kenapa wajahmu begitu?" tanyaku."Saya tidak tenang melihat anda tidak tidur semalaman.""Aku cuma tidak bisa tidur, jadi jangan khawatir." Aku terdiam sejenak. "Kau tadi bilang mereka menungguku?"Loretta mengangguk. "Mereka bilang ingin makan bersama sebelum anda berangkat ke Vainea."Aku mengangguk lesu dan segera keluar kamar dengan gontai. Tak lama, aku dibuat ternganga ketika sampai di tempat makan. Makanan di meja terlihat lebih ramai dari biasanya. Di sana juga sudah ada Helena yang sedang terbahak-bahak dan berceloteh dengan Azura

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 18 : Sebutir Rasa

    Mataku mengerjap ketika cahaya matahari masuk melalui jendela yang terbuka. Kurapatkan selimut untuk meneruskan kantukku yang masih menggantung di kantung mata. Bantal yang nyaman membuatku enggan bangkit sedikit pun."Yang Mulia, sudah pagi. Sebentar lagi waktunya sarapan, anda tidak mau Putra Mahkota menunggu, kan?" Loretta mengguncang bahuku lembut."Katakan padanya untuk sarapan lebih dulu. Aku benar-benar masih ngantuk," gerutuku semakin merapatkan selimut."Tidak bisa begitu, Yang Mulia. Masa setelah kalian menghabiskan malam bersama, anda membiarkan beliau sarapan sendirian?"Aku membuka selimut sejenak dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ternyata aku memang berada di kamar Azura dan ya, aku baru tersadar kalau tubuhku hanya berbalut selimut tanpa sehelai pakaian."Jadi...semalam bukan mimpi?" gumamku masih tak menyangka."Sial, kami benar-benar melakukannya semalam? Sungguh?" lanjutku membatin."Mu-mungkin memang terasa seperti mimpi. Tapi kalian memang sudah melakukannya

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 19 : Kerajaan Keylion

    Kami sampai di wilayah Keylion bagian selatan pada malam hari setelah dua hari perjalanan. Kutatap bangunan megah di hadapan kami yang terlihat seperti mansion mewah. Menurut informasi, bangunan ini akan dijadikan asrama para Pangeran dan Putri Raja yang ikut dalam acara ini.Kereta kami berhenti di pintu masuk yang dijaga oleh dua penjaga yang ramah. Aku dan Azura langsung disambut ketika kami turun dari kereta kuda dan dibimbing untuk mengisi data diri sebagai syarat utama pendaftaran.Setelah itu, aku diajak untuk menempati kamarku dan—ya, arahku berlawanan dengan Azura. Ternyata, kamar para Putri dan Pangeran diatur secara terpisah dan beda arah meskipun masih satu bangunan.Aku memasuki ruangan yang terasa kering ketika kuhirup udaranya. Untungnya, aku mendapat kamar yang berada di sudut, jadi aku mendapat dua ventilasi jendela besar. Kamar yang cukup ideal untuk melihat pemandangan di bawah sana, mengingat bangunan ini berdiri di atas bukit dan kamarku di lantai dua.Hal pertama

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-16
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 20 : Menjelajah

    Aku berjalan menyusuri embun yang masih melayang di udara dengan kabut tipis yang dingin. Kuhirup kesejukan yang mengalirkan gumpalan ketenangan ke dalam pikiranku. Kusentuh tanah dan mengambilnya sedikit. Kurasakan butirannya di tangan lalu menciumnya, tidak ada yang aneh. Kemudian kulanjutkan perjalananku menuju tempat kejadian, mungkin saja aku akan menemukan beberapa keanehan. Aku melepas sepatu dan mulai merasakan sensasi butiran tanah di kaki. Kini kupanjat tanah miring perlahan sambil sesekali melihat kondisi pohon di sekitarku. Aku tak menyangka tanahnya akan begitu licin hingga terpeleset beberapa kali dan mengotori pakaianku. Aku mulai mencatat beberapa hal yang kuamati, termasuk kemiringan tebing dan bebatuan. Selain itu, curah hujan tinggi menjadi sebab utama setelah Keylion mengalami musim kemarau panjang hingga tanahnya mengering dan retak. Bukan hanya itu, mayoritas pepohonan di sini bukan lah jenis pohon yang memiliki akar kuat. Jadi tidak heran jika sepanjang jalan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-19
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 21 : Pesta Anggur

    Aku kembali ke kamar pada pagi hari dan langsung membanting tubuh ke tempat tidur. Lelah karena kami benar-benar tak tidur semalaman. Kurasa—Azura juga langsung terlelap setelah aku kembali karena dia juga tampak lelah. Semua teori yang ia kerjakan sudah hampir selesai, terutama masalah sistem perairan."Yang Mulia, Putri Saraya ingin bertemu dengan anda."Aku terbangun dari pembaringanku dan mengijinkannya masuk. Sosok gadis dengan rambut dikepang muncul dari pintu dan menyapaku."Tidak biasanya kau datang ke kamarku, Putri Saraya."Ia duduk sambil menyangga dagu di meja. "Apa kau bersama Pangeran Azura semalaman?Aku mengangguk. "Kami menyelesaikan teorinya yang hampir selesai.""Para Putri membicarakanmu karena bermalam di kamar pria. Terutama Putri Lucia, dia terlihat makin tak senang dengan hal itu." Putri Saraya menyeruput teh yang tersedia."Ah, siapa suruh mereka membicarakanku." Aku meneguk minumanku."Bukan hanya itu, mereka juga membicarakan soal kemarin saat Putra Mahkota

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 22 : Penyihir

    Tubuhku mengerjap dengan pening yang masih bergelayut. Kubuka mata perlahan dan terdapat pemandangan atap yang tak asing di hadapanku. Kuedarkan pandangan ke sekililing dan langsung mengenali ruangan di mana aku berada.Aku terdiam saat mendapati diri sudah berada di kamarku—di Vainea. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi seingatku, seharusnya aku masih berada di Keylion. Hal terakhir yang kuingat adalah pesta Anggur dan Putra Mahkota Keylion. Kenapa aku bisa kembali ke Vainea?Aku memekik pelan saat tubuhku terasa seperti remuk. Bukan hanya itu, kudapati sosok pria tengah terbaring pulas di sampingku. Wajahnya terlihat lelah dalam tidurnya yang tenang."Azura?"Butuh waktu untuk menyadari bahwa tubuh kami hanya berbalut selimut tanpa sehelai pakaian pun, situasi kami terlihat seperti habis bercinta."Azura." Aku mengguncangkan bahunya lembut. "Azura bangun."Ia mengerjap sejenak lalu membuka matanya perlahan. "Kau sudah bangun rupanya.""Apa yang terjadi? Apakah kita—""Menurutmu?" se

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 23 : Mawar Dan Amethyst

    Nyonya Grace berjanji akan menyelesaikannya dalam waktu dua minggu dan tentunya aku memaklumi negosiasi waktunya. Asal pakaiannya sebagus yang ia katakan.Kini aku meninggalkannya dengan tenang di tempat aman dan segera bergegas menuju gudang makanan yang sepi.Aku berhasil keluar dengan aman meskipun keringatku bercucuran karena gugup dan takut ketahuan. Kutengok kanan-kiri sambil mengendap-endap ketika berjalan di dapur, aku baru bernapas lega ketika sudah sampai di koridor."Yang Mulia, anda kemana saja?" tanya Loretta panik. "Yang Mulia Raja memanggil anda.""Aku? Bukan Azura?" Aku berusaha berekspresi setenang mungkin meskipun awalnya sempat kaget."Iya anda. Anda harus segera ganti pakaian karena ada tamu Raja yang ingin bertemu dengan anda."Loretta menarikku ke kamar dan ternyata ia sudah menyiapkan jubah Putri Mahkota beserta lencananya.Aku segera berganti pakaian, sementara Loretta tampak terburu-buru menata rambutku. Kegugupannya menular padaku hingga napasku terasa sesak.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-29
  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 24 : Dendam Tuan Aleea

    Aku duduk di teras balkon utama untuk menikmati mentari pagi. Udara lembut menyapa, meniupkan sejuta ketenangan dalam benakku. Aroma pepohonan dan juga air laut membangkitkan imajinasiku akan dunia yang terbentang luas tak terbatas. Namun pikiranku terusik lebih cepat, bayangan kemarin malam masih menjelma layaknya bingkai baru yang sulit kuhempas. Untuk ketiga kalinya aku bangun tanpa busana. Pergelanganku masih sedikit nyeri akibat terikat. Malam itu, Azura benar-benar menyiksaku seperti orang gila. Ia melampiaskan hasratnya penuh emosi, membuat tubuhku ambruk seharian. Bukan hanya itu, sudah hampir dua hari ini surat yang kukirim ke Axylon belum dibalas sama sekali. Apa Ayah menyebalkan itu benar-benar sudah melupakanku? Ya, aku sadar kalau aku sempat membuat masalah sebelum pergi, tapi setidaknya—tolong balas suratku agar aku bisa tenang. "Yang Mulia, sarapan sudah siap," ujar Loretta mengakhiri ritual pagiku. Loretta membereskan peralatanku sementara aku menuruni tangga men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31

Bab terbaru

  • Selena (Shirea book 2)   Terima Kasih Untuk Pembaca

    Halo salam kenal, saya Indah Riera. Shirea series merupakan karya pertama saya di Goodnovel. Makasih banyak udah mengikuti kisah ini sampai book 2 dan makasih banyak juga buat supportnya selama ini. Semoga kisah ini bisa selalu dinikmati oleh pecinta genre fantasi bertema kerajaan. Jangan lupa bintangnya supaya karya ini tidak tenggelam hehe.. ^^ Karya yang akan publish berikutnya adalah kisah Pangeran dari kerajaan Vainea yang bernama Rein (anak dari Selena dan Azura). Di epilog kisah ini sendiri timeline-nya sudah 15 tahun kemudian, yang berarti dua tokoh kesayangan kita di sini sudah tiada (janji ga nangis ya) dan untuk (couple bocil) Pangeran Hans dan Putri Helena pun akhirnya mereka sama-sama sudah dewasa, begitu pun dengan Putri Erina yang udah jadi penasehatnya Rein di istana. Rein sendiri juga memiliki masalah hidup yang berat seperti orang tuanya. Penasaran? Yukk nantikan Shirea book 3 yang berujudul REIN. Sampai jumpa lagi.. ^^

  • Selena (Shirea book 2)   Epilog

    ___15 Tahun kemudian___ ---KERAJAAN AXYLON--- Seorang gadis duduk di kursi rias dengan pipi bersemu. Ditatapnya cincin berlian yang melingkar di jemari manisnya dengan senyum berseri. Gaun indah menjuntai begitu menawan, senada dengan nuansa suci yang tengah diadakan. Bayangan saat pernikahan benar-benar membuat hatinya berbunga dengan rona malu yang menggelikan. Tak disangka jika dirinya kini telah menjadi milik pria yang selama ini menemaninya. "Yang Mulia, sudah waktunya untuk berganti pakaian. Sebentar lagi acara penobatan akan dimulai," ujar pelayan setia si wanita yang sudah menemaninya selama ini. "Ya," sahutnya dan segera berdiri untuk berganti pakaian. "Nyonya Loretta, menurutmu ... apa dulu Kak Selena merasa gugup sepertiku?" Loretta terkekeh sejenak, membayangkan tingkah mantan tuannya yang gugup dengan perilaku lucu. "Jika Anda tahu, Anda pasti tertawa. Beliau sama sekali tidak bisa diam selama dirias dan banyak protes dengan penampilannya. Mungkin beliau ingin tampil

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 57 : Takdir Terakhir

    Untukmu, Rajaku.Tak ada masa terindah dalam hidupku selain waktu yang kulalui bersamamu. Tak ada hal yang lebih manis selain saat kita berbagi rasa di bawah naungan asa.Jika saja kau tahu bagaimana aku begitu takut kehilanganmu. Jika saja kau tahu bahwa takdir itu terus menghantuiku, apa kau akan tetap pergi dari pandanganku?Saat aku tahu bahwa semua keindahan itu hanya sebuah ilusi, hatiku menjerit dan membangkitkan sebutir ambisi.Untukmu, Rajaku.Aku tahu bahwa aku tak lagi bernapas untukmu, tapi semua rasa itu masih tertinggal layaknya jelaga dingin yang tak rela beranjak dari tempatnya.Namun, aku tak tahu apa perasaan itu akan pergi dari hatimu seiring kepergianku? Begitu menyakitkan saat membayangkan bagaimana aku harus hidup tanpa cintamu, tanpa mendengar kalimat posesif darimu dan juga pelukan hangatmu.Untukmu, Rajaku.Pada akhirnya ... semua telah berakhir seperti yang diinginkan oleh takdir. Kini aku berdiri di baris kematian bersama keputus-asaan. Ini lah saat yang pal

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 56 : Takdir

    Keesokan harinya, aku duduk di meja rapat bersama para petinggi Axylon. Aku juga sudah menyampaikan kabar perang yang akan dilaksanakan lusa. Sesuai dugaan, mereka memberiku kritik tanpa ampun. Pasalnya, Axylon baru saja pulih dan sekarang akan perang lagi.Aku bisa membaca wajah-wajah cemas mereka, bahkan ada yang menggelengkan kepala dengan apa yang terjadi. Namun, yang bisa kulakukan hanya lah memberi penegasan terhadap perang ini.Selain itu, aku juga sudah mengirim utusan untuk meminta bantuan militer dari Keylion dan Axiandra, sesuai perjanjian kerja sama yang sudah disepakati."Apa kali ini perlu menghancurkan sebagian wilayah seperti waktu itu?" tanya Tuan Malory. "Jika menggunakan metode yang sama, kali ini akan lebih sulit mengingat ini sudah masuk musim dingin. Lingkungan bersalju takan menguntungkan untuk menyalakan api.""Tidak. Kali ini, kita akan benar-benar bertempur di perbatasan. Pasukan tambahan dari Keylion dan Axiandra seharusnya sudah cukup membantu untuk membend

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 55 : Cinta Dan Ambisi 3

    Aku membuka perkamen yang baru saja dikirim dari Axylon, berisi—laporan perkembangan di sana. Kini Axylon sudah benar-benar pulih dan semua bala bantuan dari luar sudah dihentikan secara resmi setelah semua kembali seperti semula. Aku menghela lega, juga—rindu kampung halaman. Rasanya ingin kembali ke sana untuk melihatnya langsung, tapi posisiku saat ini sangat sulit untuk keluar dari Vainea. Azura takan setuju jika aku pergi ke Axylon. Kuteguk tehku untuk kesekian kali dengan pikiran tenang. Semenjak malam itu, hidup kami baik-baik saja dan—semakin mesra. Satu minggu telah terlewati dengan begitu indah sampai-sampai aku merasa takut jika semua kebahagiaan ini akan membuatku lengah dan menjadi awal yang buruk. "Yang Mulia." Nyonya Dhea datang dengan santun, tapi wajahnya terlihat tegang. "Yang Mulia Raja memanggil Anda untuk datang ke ruang kerjanya." "Oh, baiklah. Aku akan ke sana," sahutku, sembari membereskan perkamen di tangan. Dalam hati aku bertanya, mengapa dia memanggil

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 54 : Cinta Dan Ambisi 2

    Aku membuka mata perlahan. Pelupuk mataku terasa berat hingga aku harus mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan keadaan. Sepasang tangan sudah menggenggam tanganku erat, disusul belaian lembut yang menenangkan. "Azura," lirihku, melihat sosok yang duduk di samping ranjang. Azura tak menjawab, tetapi ia mengecup tanganku begitu lama. Tatapannya sangat antusias melihatku siuman, juga—kesedihan yang tak luput dari tatapannya. "Akhirnya kau siuman," ujarnya antusias dengan wajah sendu. "Maafkan aku, Selena. Aku tak bisa menepati ucapanku untuk menjagamu, tolong hukum aku." "Kau ... sudah mendapat hukumannya," sahutku lemah, mengingat percakapan dua anak itu. "Kau memang sedang dihukum, Azura. Bukan, lebih tepatnya ... kita." "Apa maksudmu?" Azura menyondongkan tubuhnya ke depan dan menatapku lekat. "Tidak. Bukan apa-apa," jawabku gelisah. Tak lama, seorang tabib wanita datang dan mengecek kondisiku. Raut wajahnya menujukkan ekspresi lega, kemudian bebrapa pelayan juga datang untu

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 53 : Hukuman

    "Aku sudah di ambang batas, Selena," gumamnya menggema. Itu—suara pangeran Erick. "Mungkin ini untuk terakhir kalinya aku bisa menolongmu. Setelah itu, jiwa tua ini akan segera lenyap."Sepasang tangan merengkuhku dari belakang dan mataku masih terpejam. Namun, aku tahu sedang berada di dunia lain.Entah mengapa, tubuh yang mendekapku begitu besar layaknya orang dewasa yang sedang memeluk anak kecil. Tangan itu begitu hangat dan membuatku nyaman. Aku bisa merasakan napasnya yang menghela saat pelukannya semakin erat."Yang Mulia," lirihku. "Maaf sudah melanggar ucapanku. Padahal aku sudah mengatakan kalau aku takan merepotkanmu lagi.""Alasanku masih berada di dunia ini karena aku memang ingin melindungi Ibumu awalnya, tapi takdir berubah dan kini melindungimu adalah tugasku. Kau tak perlu minta maaf, tapi sekarang mungkin ... ini terakhir kalinya kita bersama," sahutnya, kali ini berbisik tepat di telingaku seolah-olah tak ada jarak di antara kami."Kau akan pergi?" tanyaku. Rasa sed

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 52 : Takdir Dan Kutukan

    Aku berdiri di depan istana, menatap rombongan Azura yang pergi membawa 50 pengawal untuk perjalanannya. Kali ini, aku sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi suasana canggung yang dingin.Aku segera menuju ruang kerja, tapi dicegat oleh salah satu suruhanku yang bertuga memata-matai Tryenthee. Segera kuajak ia ke ruang kerja untuk memberi informasi dan pastinya—agar Lucia tidak tahu mengenai hal ini."Katakan padaku, apa yang terjadi di sana?" tanyaku, setelah kami duduk berhadapan di ruang rapat dengan wajah serius."Saat ini Tryenthee sedang dalam keadaan sedikit kacau, Yang Mulia. Terjadi perang saudara dan beberapa perselisihan antar Pangeran yang menjadi penguasa di beberapa wilayah," jawabnya. "Seperti yang Anda tahu, setiap Pangeran di beri wewenang untuk menjadi kepala wilayah di kota-kota besar. Juga, memang terjadi beberapa keributan yang katanya ... ada beberapa kesenjangan di antara mereka.""Selain itu?""Saya tak sengaja mendengar bahwa Raja Tryenthee kini tengah disi

  • Selena (Shirea book 2)   Chapter 51 : Kesedihan Lucia

    "Azura, bisakah aku tetap tinggal di sini?" pintaku merajuk. Ia menggeleng tegas. "Tidak. Kau harus dalam pengawasanku setiap waktu." Aku hanya berdiri dengan pasrah saat melihat beberapa pelayan pria membawa barang-barangku dan memindahkannya ke mansion Raja. Ya, meski tujuannya agar aku aman dalam pengawasannya, tapi—keberadaan Lucia di sana pastinya akan membuat situasiku canggung. Aku terpaksa harus memakai topeng lagi setiap hari saat bertemu dengannya. "Mulai hari ini, pekerjaanmu biar aku yang menyelesaikannya. Kau tidak boleh terlalu lelah." Azura memasukkan semua berkas-berkasku ke dalam peti besar, lalu meminta pelayan pria untuk membawanya. "Aku akan mengadakan rapat dengan para petinggi, kau bisa masuk ke mansion duluan." Ia mengecup keningku lalu melengos pergi. Bisa kurasakan suasana hatinya sedang membaik. Kuhela napas panjang saat kami berpisah ke bangunan yang berbeda. Kulihat Lucia berdiri di balkon dan menatapku dengan wajah datar. Mata kami bertemu, tapi aku

DMCA.com Protection Status