Home / Romansa / Seleksi Calon Mantu / 39. Hanya Sedang Ingin Menangis

Share

39. Hanya Sedang Ingin Menangis

Author: Renti Sucia
last update Last Updated: 2023-09-15 22:46:03

Dea Posa masih tertawa di depan minimarket dengan sahabatnya, Nana. Sampai ketika Daffa tiba dengan motor maticnya, tawa lepas Dea langsung terhenti kontan.

Tak lama Nana yang nyusul berhenti tertawa. Dia mengikuti pandangan Dea ke mana, dan hmm ... saat tahu siapa yang membuat tawa serta keceriaan Dea sirna, Nana langsung merangkul lengannya.

"Udah, mending sekarang masuk, yuk. Jangan nodai matamu dengan melihat kebucinan pasangan kecamatan itu. Nanti yang ada kamu beneran jadi gila. Lagian sekarang ada Rio yang siap bikin kamu insyaf."

Dea menatap Nana dengan gemas. "Jangan bahas insyaf lagi, aku jadi mau ketawa."

Sejujurnya berat melangkah meninggalkan pemandangan indah di depan sana, tapi ya sudahlah ... untuk kali ini Dea nyerah. Lagian pasti tak lama setelah itu akan muncul Nadewi, ia yang dianggap Dea si wanita kuyang gara-gara merebut pujaan hatinya lewat jalur camat.

Dea berani bersumpah, gedek tingkat dewa kalau ingat bagaimana para pegawai kantor camat itu membeberkan tenta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Seleksi Calon Mantu   40. Jalan Bareng Rio

    Salep luka itu Dea gunakan setelah magrib. Saat itu Dea sudah selesai mandi."Sshhh ...." Ia meringis kesakitan karena terlalu dalam menekan permukaan wajahnya.Salep di tangannya itu merupakan benda pertama yang Daffa berikan tanpa Dea minta. Masalahnya Dea masih saja penasaran kenapa tiba-tiba si doi memberikannya? Bukankah dia benci padanya?Arrrgh! Ingin sekali Dea berteriak saking kesalnya tak dapat menemukan alasan itu.Tok Tok Tok!Kegilaan Dea buyar sekejap mata. Dia yang sedang sibuk mengoleskan salep itu kontan mengambil consealer dan mengoleskannya di wajah untuk menyamarkan warna hijau keunguan di pipi."Dea ...." Itu suara Pak Jhon.Hmh! Dea menatap pintu dengan sinis. Kalau ingat lagi dengan raut bahagia Pak Jhon malam kemarin, rasanya Dea masih saja dendam."Ada calon suami kamu datang. Keluar cepetan," suruhnya sambil mengetuk-ngetuk pintu. Uh, untung saja Dea kunci dari dalam, jadi siapa pun tak bisa masuk sembarangan."Calon suami kampret?" gumam Dea. Rio datang mala

    Last Updated : 2023-09-16
  • Seleksi Calon Mantu   41. Takdir Macam Apa Ini?

    Asli, malunya segede gaban. Dea sampai berbalik pergi sambil menutup muka dengan kedua tangannya.'Anjay, bisa-bisanya aku malah ngira mereka lagi ngemis ....' Dea berlari ke seberang sambil membatin. Untung saja dia tidak lupa lirik kanan dan kiri dahulu sebelum nyebrang.Sekali lagi menoleh, saat melihat pasangan lansia itu lagi, entah mengapa ada rasa empati yang amat dalam tak terkendali. Ada ras penasaran yang menjadi-jadi, jika keduanya bukan sedang mengemis, terus lagi apa? Pertanyaan itu menggondok dalam hati.Apalagi saat Dea melihat sepasang lansia itu saling peluk. Aih ... kasihannya Dea Posa.'Ditinggalin aja apa balik lagi, nih?' Dea membatin. Ragu, tapi dia ingin tahu lebih lagi tentang keduanya, mengapa mereka sangat terlihat sedih sekali. 'Atau jangan-jangan mereka baru aja dibuang anak cucunya?'Ih, amit-amit jabang bayi. Dea ngeri sendiri usai menebaknya. Tetapi itu bukan hal tak mungkin, kan? Zaman sekarang banyak anak dan cucu biadab yang menelantarkan orang tua ya

    Last Updated : 2023-09-16
  • Seleksi Calon Mantu   42. Baru Daffa Sadari

    Tubuh itu hilang dalam sekejap dilahap gelap. Daffa yang merasa harus bicara dengannya segera bertindak. Ia meminta nenek dan abahnya masuk terlebih dahulu, karena ia harus mengejar Dea.Kaki pun berlari di jalanan becek."Dea, tunggu! Dea!"Dea mendengar namanya dipanggil, tapi entah karena apa ia jadi tak ingin ditemui untuk saat ini. Dea merasa tak siap menghadapi wajah laki-laki itu. Takut akan semakin dalam jatuh cinta padanya.Sembunyi adalah cara satu-satunya bagi Dea kini bertindak. Ada pos ronda tak jauh dari jalan raya besar, ia berbelok dan sembunyi di belakangnya. Sambil mati-matian menahan sesak di dada, juga rasa yang mau meledak segera. Perasaan muak yang sudah tumbuh dalam benak.Daffa lewat begitu saja tanpa menyadari Dea sembunyi di pos sana. Daffa mengejar, tapi tetap tak terkejar. Akhirnya ia kembali tanpa hasil, dan pulang ke rumah kontrakannya untuk mengurus nenek dan kakeknya.Barulah Dea keluar dari persembunyiannya untuk pergi. Dia memastikan Daffa hilang dulu

    Last Updated : 2023-09-17
  • Seleksi Calon Mantu   43. Dicari Daffa

    GLEGAAAAR!Guntur menyambar dengan ganasnya. Pohon pinang yang tumbuh di pekarangan rumah Pak Jhon tersambar. Dahsyat sekali suaranya sampai semua penghuni rumah terkaget-kaget, terutama Kak Maya. Untungnya kagey dia tak sampai membrojolkan anak.Jangan dulu, lah. Kan, belum waktunya lahir.Lampu mati lagi. Buset, dah Pak Jhon jadi marah-marah. Bukan apa-apa, dia sedang makan. Bikin sambat aja makan jadi tak tuntas gara-gara gelap gulita.Yang diambil bukannya sendok, malah pisau.Kena gigi untungnya, bukan kena bibir apalagi lidah. Ngeri sekali andai salah satu dari itu yang kena."Duh, sialan! Orang lagi makan malah gelap!" Kan, akhirnya Pak Jhon mengumpat kasar. Dia bangkit dari duduknya, kemudian meraba dinding. Niatnya mau cari senter atau HP. Ya, apalah pokoknya yang bisa ia gunakan untuk penerangan.Sayang banget semur jengkol bila ditinggal begitu saja. Padahal sangat menggugah selera, dan lagi pas perut sedang lapar-laparnya."Pak, Bapaaak!" Itu suara Kak Anita. Anak Pak Jhon

    Last Updated : 2023-09-18
  • Seleksi Calon Mantu   44. Cerita Sedih Abah dan Nenek Daffa

    Kaki sudah berlari hingga badan jalan raya, masih saja tak tampak sosok Dea Posa. Melirik kanan dan kiri, tetapi yang terlihat hanyalah kendaraan lalu lalang, juga gerimis di tengah kebisingan. Yang akhirnya membuat Daffa sadar bahwa Dea sudah hilang."Mungkin aja dia sudah pergi."Daffa kembali, dan melihat kakek neneknya masih berdiri di depan kosan."Duh, Abah dan Nenek kenapa masih di luar? Bukannya masuk!" Daffa gemas bukan main. Dirinya gegas menari tangan keduanya dan membawa mereka masuk ke dalam rumah.Rumah kontrakan sempit, sih, tapi lumayan bisa dijadikan tempat berteduh yang cukup nyaman, apalagi Daffa ini sejenis manusia yang tak suka rumah berantakan. Makanya dia selalu rajin membersihkannya.Daffa buru-buru masuk ke dalam kamar, lalu memberikan handuk masing-masing pada mereka yang terlihat basah. Meski tidak basah kuyup.Keduanya menerima handuk itu dengan lemas. Masih tak sanggup bicara."Nenek cepetan ganti baju. Bajunya basah gitu. Mana tasnya?" Daffa berusaha menc

    Last Updated : 2023-09-19
  • Seleksi Calon Mantu   45. Demam Meriang

    Awalnya Daffa mencoba untuk cuek bebek tentang makanan yang seharusnya sudah ada di tangan Dea itu, tapi kenyataannya ia tak bisa secuek yang ia coba. Terbayang-bayang wajah neneknya yang berseri-seri kala membuatnya."Duh, nggak mungkin juga aku balik lagi ke sana. Tambah gencar saja orang nanti bergosip." Daffa bermonolog sendiri.Kini terasa pahitnya menjadi laki-laki yang digemari wanita, dan ia merespons mereka. Jadi timbul gosip di mana-mana bak air hujan yang tumpah-tumpah. Lubang semut saja sampai kebanjiran airnya.'Itulah kenapa aku paling benci berurusan dengan wanita. Cuma semua sudah terlanjur, bukan? Aih nasib, nasib ....'Ujungnya mengeluh pun terasa sia-sia.Daffa mengambil ponsel. Ceritanya mau menghubungi Dea Posa untuk mengatakan soal makanan yang lupa ia berikan. Sudah masuk ke menu chat.Tapi ...."Daffa." Seseorang membuyarkan niatnya. Daffa mendongak mendapati sosok Nadewi sedang berdiri menghadap meja kerjanya.Dia tersenyum manis, tapi sayang sekali kemanisann

    Last Updated : 2023-09-29
  • Seleksi Calon Mantu   46. Gara-Gara Demam, Rio Tahu

    Tak pernah Daffa sangka, untuk pertama kali dalam seumur hidupnya, ia menunggu balasan pesan. Pesan dari siapa lagi jika bukan dari Dea. Berjam-jam sudah Daffa layangkan berpesan-pesan chat, tetapi gadis itu tak kunjung membalas. Sampai hati Daffa bertanya, apakah Dea sedang berusaha menjauhinya sejak gosip tak enak itu merebak macam bau bunga bangkai? Sial sekali memang, Daffa jadi kepikiran terus. Sore ini hujan kembali mau turun. Daffa baru saja pulang. Seperti bisa, dia yang paling akhir kalau soal pulang. Sering lemburnya. Dari kejauhan ia melihat Dea sudah mau naik ke motor Nana. Seketika, entah setan macam apa merasuki, dada Daffa bergemuruh bagaikan angin di tengah badai lautan. Tidak boleh terlewatkan lagi, dia harus datang kepadanya, mengatakan semua penyesalan dan tentang hal-hal yang menyakitinya. Dan tentu ... memberikan makanan yang neneknya buat khusus itu. Mumpung belum basi. Dinyalakannya motor, langsung melesat tancap gas. Beruntung jalanan sedang lenggang. Jika

    Last Updated : 2023-10-01
  • Seleksi Calon Mantu   47. Rahasia yang Mulai Terbongkar

    Tak Dea sangka, Rio akan mengetahuinya karena ia ceroboh salah menyebut nama. Kini Dea dirundung banyak rasa bersalah, lelaki yang mungkin saja tulus padanya ini telah mengetahui faktanya jika ia wanita normal yang mencintai seorang pria, dan pria itu bukan diri Rio, melainkan Daffa. Gugup, takut, semua perasaan itu bercampur menjadi satu. Dea memilih memalingkan muka dan berkata lagi, "Aku ingin tidur lagi, bisa tinggalkan aku sendiri?" Bukan tega, hanya saja Dea tak siap diberondong lagi oleh pertanyaannya. Tapi ada hal lain yang lebih menakutkan, yaitu tentang bapaknya. Dea sangat takut Rio melaporkan masalah ini kepada Pak Jhon yang galak dan tak ragu mengapungkan pecut ke udara. Meski sesungguhnya tak pernah sekalipun Dea rasakan pecutan itu di mana pun, di bagian tubuhnya. Seumur hidupnya, bahkan saat Pak Jhon ada di puncak kemarahannya. Mata Rio memanas, tangannya mengepal sekuat amarahnya yang kini bergejolak ria, meriak-riak bak debur ombak menghantam karang. Sangat menyak

    Last Updated : 2023-10-02

Latest chapter

  • Seleksi Calon Mantu   89. Berakhir Bahagia

    Hari-hari berlalu begitu saja. Normal seperti yang kemarin-kemarin. Herman masih berusaha sekuat hati mendapatkan Kak Dina serta perhatiannya.Tapi tak kunjung mendapat respons yang baik."Kamu, tuh ngapain, sih setiap hari ngikutin?! Kulapoin kamu ke polisi kalau gini terus, dasar penguntit!" Bahkan Kak Dina mengancam saking gedeknya dengan kelakuan Herman yang ada setiap kali ia keluar rumah.Seperti ketika ia lari pagi, tiba-tiba muncul dan sok akrab. Ketika ia mau makan di luar, tiba-tiba duduk di belakangnya atau di sebelahnya. Sampai hari ini ... malam ini, ketika Kak Dina keluar untuk membeli sesuatu di mart, dia muncul lagi, malah pake sok-sok'an mau ngebayarin barang belanjaannya segala.Kak Dina semakin ilfeel."Nanti kalau pak polisinya nanya kenapa aku menguntit, aku pasti jawab karena Dina cantik," ujar Herman tidak takut sekali. Kalaupun dia beneran dilaporkan, pikirnya tak akan mungkin bisa dipenjara lama-lama. Toh, kesalahannya hanya jatuh cinta. Tak ada sentuhan tanga

  • Seleksi Calon Mantu   88. Rencana Daffa

    "Saya akan hubungi abah dan nenek saya di kampung, Pak. Segera."Malam itu Daffa berpikir bahwa semuanya sudah selesai, dan ia hanya tinggal membawa keluarganya untuk menghadap Pak Jhon. Tak pikiran bahwa akan ada halangan lain sama sekali."Tapi sebelum itu terjadi, kamu harus meluluhkan hati kakak Dea dulu, Dina. Karena saya tak bisa mengizinkan kalian menyeriusi hubungan ini tanpa restu dari semua anak-anak saya."Sampai ketika Pak Jhon berkata begini, Daffa pun terkejut. Dia menatap Dea yang murung. Pantas saja Dea tak seantusias dirinya.Jantung Daffa yang semula berdentum-dentum penuh dengan pukulan cinta itu perlahan tak sesemangat itu lagi. Dirinya merasa lemas lunglai seketika.***Dea Dan Daffa duduk berdua di teras rumah. Saling diam awalnya."Kak Dina beneran nggak mau nerima aku sebagai calon iparnya, ya?" Sampai detik ini ia tak mengerti, apa yang salah dari dirinya sampai kakak Dea yang sulung itu tak mau bahkan hanya sekadar melirik saja.Dea tertunduk tak kalah lesu.

  • Seleksi Calon Mantu   87. Restu Pak Jhon

    Mentari semakin gencar menyemai cahayanya di jam dua belas siang ini. Panasnya lumayan membakar kulit kepala siapa saja yang ada di bawah cahayanya.Pak Jhon melihat ke luar jendela kaca, menatap betapa indah cuaca hari ini sebab tak mendung seperti kemarin.Pikirnya, mungkin karena hujan sudah puas menghujani bumi semalaman, jadi alam menciptakan cuaca bagus hari ini sebagai gantinya.Hati yang awalnya dipenuhi ragam curiga, prasangka, serta ketakutan itu telah kosong ruang-ruangnya. Semua perasaan semu itu telah lari entah ke mana. Pergi, sejak ia selesai bicara dengan Daffa.***Dea dan Daffa kini sedang bergandengan tangan di pinggir pantai. Tidak dekat airnya, sebab panas. Mereka berjalan-jalan di sepanjang deretan pohon-pohon kelapa.Hari yang cerah, hubungan yang sedikit diberi izin, dua hal itu membuat Dea dan Daffa senang bukan main."Jadi, bapak bilang gitu? Izinkan Mas buat ikut seleksinya?" Antara senang dan resah, keduanya menyatu seperti kopi dan gula.Duh, berbahaya. Ra

  • Seleksi Calon Mantu   86. Lolos Jadi Kandidat

    Nadewi terhenti ketika melihat Daffa terburu-buru. Ia segera kembali, mengikuti langkah Daffa yang entah mau ke mana. Tapi melihat wajahnya begitu berseri, Nadewi pikir mood Daffa sudah membaik, makanya dia berniat untuk PDKT lagi.Ya ... namanya mental pelakor tak ada urat malunya. Dia akan kembali lagi dan lagi sampai laki orang benar-benar berhasil direbutnya.Namun, ketika melihat apa yang terjadi di luar gedung hotel, niat terselubungnya runtuh sudah.Semua karena Nadewi melihat Dea Posa memeluk Daffa. Tidak, lebih tepatnya mereka berdua saling berpelukan sama-sama."Dasae nggak tahu malu! Nggak tahu tempat! Najis amit-amit ih! Liatnya aja jijik!" umpat kasar Nadewi. Inilah bentuk rasa kecewanya karena berkali-kali melihat Daffa benar-benar hanyut dalam cinta yang Dea beri.Kenapa tidak bisa ke dirinya, sih? Dia cantik dan seksi!Ya, bila dibandingkan dengan Dea, Nadewi unggul. Tapi hanya unggul di badan, tidak di hati dan pikiran. Nadewi terlalu gila untuk bisa menjadi kekasih h

  • Seleksi Calon Mantu   85. Dijemput Ayang Dea

    "Ya Allah ... pagi-pagi ada aja yang membuatku mau julid." Daffa ngelus Dada. Lantas masuk kamar mandi. Akhirnya dia cuci muka saja, lalu berdoa kepada Allah untuk mengampuninya karena tidak salat subuh.Meski Daffa niatkan, nanti di-qodho, tetap saja rasa bersalah itu menghantui. Saking tak biasanya Daffa melewatkan waktu salat seperti hari ini.Daffa membenahi koper, bersiap pulang. Semalam ia dan pak camat sudah sepakat akan langsung pulang menjelang siang karena tugas sudah tak ada lagi.Tapi karena pak camat melewatkan satu tanda tangan di dokumen, mungkin waktu pulang tertunda. Daffa akan menunggu.Ketukan di pintu mengejutkan Daffa yang masih mengemas pakaian. Tak lama menyusul suara Pak Ridwan, salah satu rekan yang pak camat ajak juga.Daffa buru-buru meninggalkan aktivitasnya dulu, lalu menghampiri pintu dan membukanya."Daffa, kamu katanya kecelakaan. Apa kamu baik-baik saja?!" Pak Ridwan memang terlihat galak, tapi aslinya perhatian. Daffa tersenyum, memperlihatkan tangann

  • Seleksi Calon Mantu   84. Pagi-pagi Sudah Dibuat Kesal

    Malam terasa syahdu dan damai. Entah apa yang terjadi setelah Pak Jhon pingsan, dia tidak ingat. Ingatan terakhirnya hanyalah betapa erat Daffa menggenggam tangannya agar ia tak lepas."Ya Allah, aku telah menzalimi anak sebaik itu," gumam Pak Jhon di tengah sesal yang mengungkungnya.Setelah kejadian yang terjadi, banyak hal yang Pak Jhon ketahui tentang seorang Daffa. Dia memang miskin, tapi tidak dengan akal dan hatinya.Jika kelak Pak Jhon menitipkan Dea padanya, mungkin dia akan menjadi sosok yang tepat untuk menjaga anak bontotnya. Memang benar kekayaan tidak bisa menjamin kebahagiaan akan selalu melanda, kadang kesederhanaan pun bila dijalani dengan rasa syukur serta ikhlas, kebahagiaan itu sendiri akan hadir tanpa diminta.Mungkin maksud Dea begitu, hanya saja Pak Jhon selalu dibutakan oleh yang namanya bibit beber bobot. Pria tampan, kaya, berwibawa, berasal dari keluarga jelas dan berpangkat. Selama ini patokan sempurna Pak Jhon begitu adanya. Bukankah itu salah?"Ternyata a

  • Seleksi Calon Mantu   83. Selamat Dari Badai Lautan

    "Bu-bukan begitu, Om. Sa-saya hanya ... aih, ya sedikit—""Dakjaaaaaal! Kamu kurang ajar!" Jelas Pak Jhon murka. Tak ada orang tua yang akan diam saja mengetahui anaknya sudah disentuh pria asing yang bukan pria sah-nya.Pak Jhon melepas kedua sisi perahu yang akhirnya mengakibatkan oleng. Kedua tangan Daffa segera bergerak mencoba menenangkan."Om, tenang dulu. Saya akan jelaskan! Se-semua terjadi begitu saja. Saya mengaku salah, tolong maafkan saya sekali ini saja, saya berjanji tidak akan melakukannya lagi. Sumpah demi Allah!" Ia juga ikut berdiri sekarang, gara-gara takut perahunya terbalik tiba-tiba. Mana hujan belum reda, ombaknya semakin ganas.Wah, kalau sampai nyemplung, untuk selamat rasanya sangat mustahil sekali. Daffa tetap ingin hidup, belum mau mati."Kamu gila?! Terjadi begitu saja?! Bawa-bawa Allah segala! Disambar petir baru tahu rasa!""Haih, Om boleh marah! Boleh memukul saya, tapi tolong jangan sekarang. Sekarang tidak tepat, kita bisa jatuh ke lautan, Om. Saya mo

  • Seleksi Calon Mantu   82. Terjebak di Lautan

    GLEGAAAR!Hujan kembali turun dari angkasa, menyerbu manusia yang ada di muka bumi, termasuk Dea dan lainnya yang kini masih panik melihat pertikaian antara Pak Jhon dan Daffa.Payung yang Dea kenakan akhirnya tak berguna gara-gara dihantam angin kencang. Melayang, terbang, lalu entah mendarat di mana.Pada akhirnya menunggu hujan reda hanya sia-sia, sebab badan Dea tetap saja basah."Kak Anita! Tolong itu gimana ya Allah!" Dea merangkul kakaknya, tapi Kak Anita pun sama tak tahu harus bagaimana. Dia stres hanya dengan melihat pedang itu bergerak ke kanan dan kiri berusaha menebas Daffa."Telepon polisi!""Jangan Dea! Mau mampus bapakmu masuk sel?!"Ya, pilihan sulit. "Tapi kalau sampai Daffa terluka, bapak tetap akan masuk penjara!" kukuhnya."Ya Allah Dea, masih aja kamu bela pacarmu di saat begini. Iya aku tahu ini sangat menakutkan, aku juga takut bapak melukai anak orang, tapi aku lebih takut bapak kenapa-kenapa. Kecapean aja bisa kumat jantungnya!"Kak Anita melepaskan tangan De

  • Seleksi Calon Mantu   81. Keluarnya Samurai Dari Sarungnya

    Dea masih memeluk Daffa, erat. Tak peduli Daffa memaksa untuk melepaskannya, Dea tetap tak mau beranjak jauh darinya."Astagfirullah Dea! Ini udah hampir jam sembilan. Kalau kamu nggak pulang, putus kepalamu!" Bukan hanya Dea saja yang Daffa khawatirkan, tapi dirinya sendiri juga. Alamat putus sungguhan kalau anak gadis Pak Jhon tidak diantar pulang sesegera mungkin."Dea nggak mau putus! Kita kawin lari aja gimana?" ucap Dea sekata-kata. Sambil sesenggukan menangis lara."Innalillahi. Kamu ngomong apa?! Buruan lepas ya Allah! Nggak ada, ya kawin lari. Aku tak mau!" tolak Daffa blak-blakan. "Nggak ada pernikahan yang akan langgeng tanpa restu orang tua! Kalau pun ada, pasti rumah tangganya dihantui rasa bersalah dan tak akan bahagia! Sadarlah dan lepaskan Dea!"Melihat jam berdenting begitu cepat membuat Daffa semakin putus asa. Dia seperti prajurit di tengah gempuran bom dan anak panah. Hanya sendirian, tinggal menunggu waktu saja sampai semua buah senjata itu mengenai dirinya.Bersa

DMCA.com Protection Status