"Grace, ada Anthony tuh." Indah menyentuh Grace yang sedang bersandar malas di sofa.
Meskipun bukan hari libur atau akhir minggu, Grace akhirnya meminta satu hari libur dengan alasan sakit. Beruntung ia mendapatkan izin dari Mario yang memang merasa bahwa dirinya perlu istirahat.
Semalam Grace menghabiskan waktu yang lama untuk menangis di kamar. Ketika bangun lebih lambat kira-kira pukul delapan pagi, ia hanya sarapan sedikit lalu duduk di sofa. Di depannya TV menyala, tetapi ia sama sekali tidak menontonnya.
Grace menoleh pada Bundanya. "Suruh masuk aja, Bun. Grace lagi sulit gerak. Mungkin karena haid," ia beralasan. Padahal sebenarnya haidnya sudah selesai minggu lalu.
Indah merasa ada hal buruk yang sudah terjadi. Tetapi putrinya
Yang benci banget sama Evan, ini ada secercah kebaikan Evan dulu. Haha. Jadi ngerti kan kenapa Grace mau banget memperjuangkan sahabatnya sebelum kejadian malam lalu?
Kembali ke kantor bisa disamakan dengan kembali ke medan perang. Grace memperlengkapi dirinya dengan beberapa senjata. Yang pertama untuk menghadang serangan perundungan dari para pegawai yang mulutnya setajam pedang. Yang kedua untuk menghindari keterlibatan dengan Evan. Grace mengajukan permintaan pada Mario agar mengizinkan Nita menjadi asisten manajer pengganti selama beberapa waktu. Awalnya permintaan itu memberatkan baik Mario maupun Nita. Mario lebih suka Grace karena punya lebih banyak pengalaman dan sangat cekatan. Sementara Nita merasa lebih cakap bekerja di depan komputer daripada di depan publik. Namun dengan alibi yang masuk akal, ia mendapatkan izin tersebut. Selama kurang lebih satu bulan Grace berhasil menghindari Evan. Setiap kali diminta untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan GM, selalu ada alasan yang berha
Wejangan wanita yang sampai sekarang tidak Grace ketahui itu membuat dirinya banyak merenung. Secara logika, selama ini hubungannya terhadap Evan hanyalah sebatas sahabat, tidak lebih. Namun yang membuatnya ragu adalah perasaan terselubung yang selama ini membuatnya terus mengharapkan kedatangan Evan kembali. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih. Hanya saja jika dipikirkan lebih lagi, kemungkinan besar Grace saja yang merasakannya. Jika tidak, tentu sikap Evan terhadapnya berbeda. Pada faktanya lelaki itu menunjukkan keacuhan dan tega memperlakukannya sedingin itu. Pikiran Grace selama ini dipenuhi oleh Evan. Hatinya pun menjadi lebih sering gundah ketika pria itu kembali ketimbang saat dia menghilang. Ia merasa bahwa sudah saatnya ia membuka hatinya untuk peluang lain. '...Cari
Seperti impian yang menjadi nyata, pesanan demi pesanan datang. Indah semakin disibukkan dengan membuat kue setiap minggunya. Kue untuk ulang tahun, arisan, acara kantor dan lain sebagainya. Karena itulah Grace selalu pulang kerja tepat waktu demi membantu sang bunda. Tak kalah, Anthony juga turun tangan barang satu atau dua jam di malam hari. Oleh karena itulah Grace merasakan bahwa kedekatannya dengan Anthony mulai dibawa ke level yang berbeda. Pria itu benar-benar menunjukkan ketulusan tanpa desakan untuk membalas perasaannya yang dulu dinyatakannya. Karena itulah Grace mendapatkan rasa nyaman dengan berada di dekatnya. Di hari Minggu sebelum liburan Natal tiba, Grace dan Anthony mengantarkan pesanan kue ke sebuah rumah di area pantai Sanur. Ini adalah pesanan kedua dari pasangan berkewarganegaraan Denmark-Cina. Hanya saja kali ini
[April 2007] ||> Grace'Halo. Aku Grace, orang yang kamu tolong di kecelakaan motor Jumat lalu. Aku belum sempat ucapin terima kasih. Tapi kalau cuma lewat teks, rasanya kurang sopan. Boleh kita ketemu?' ||> Evan'Oh, hai, Grace. Kamu udah sembuh? Gimana mama kamu? Hmm, kita bisa ketemu di deket rumah sakit aja. Satu jam lagi aku bisa kesana.' Grace merasa beruntung karena pemuda itu meninggalkan nomor kontaknya di rumah sakit. Bahkan kata suster yang bertugas, ia bersedia dihubungi jika terjadi sesuatu. Namun keadaan membaik tiga hari kemudian, meskipun sang bunda masih dalam tahap penyembuhan. Sesuai dengan janji yang mereka buat, keduanya bertemu di s
"—terlambat." Anthony berjalan menuju meja. Di tangannya ada sebuah plastik bening hingga terlihat isinya. Ia meletakkannya di sana sebelum mendekati Grace dan Evan.Evan memandang pada Grace tanpa bicara, seakan bertanya siapa lelaki yang baru datang ini."Ah, ya. Hmm, Anthony ini Evan, Evan ini Anthony." Grace memperkenalkan dengan singkat.Anthony terperanjat dan berkomentar, "Oh? Bukannya ...?" tanpa diselesaikan.Grace mengangguk, mengerti apa maksudnya. "Ya, kami ... baikan," beritahunya.Evan menangkap ada sesuatu di antara Grace dan Anthony. Pria itu bahkan terdengar tahu mengenai masalahnya dengan Grace. Karena itulah hatinya menjadi terusik.
Baru berbaikan tapi tiba-tiba berpisah tanpa kata. Lagi. Evan menghilang sejak hari pergantian tahun seperti ditelan bumi. Bahkan Vino sebagai sekretaris tidak mengetahui apa yang terjadi. Selama tiga hari sejak hari kerja dimulai, usaha Grace untuk menghubunginya juga berakhir sia-sia. Apartemennya pun didapati kosong setelah diperiksa. Grace merasa yakin bahwa ada sesuatu yang buruk telah terjadi. Ia harus melakukan sesuatu, entah bagaimanapun caranya. Naasnya, fokusnya teralihkan sepanjang hari di kantor sebagai akibatnya. "Grace, Grace!" Nita harus menyentuhnya sebelum akhirnya berhasil menarik perhatiannya. "Dipanggil Pak Mario tuh." Seperti baru bangun tidur, Grace tampak linglung tapi langsung beranjak dari tempatnya. Ia otomatis berjalan ke tempat Pak
Grace tidak percaya akan apa yang ia dengar. Sejak sang ayah berpisah dengan bundanya, ia sudah tahu alasannya karena perselingkuhan. Tetapi ia tidak pernah mau tahu siapa yang menyebabkannya. Hanya saja begitu mendengar dengan siapa ayahnya berselingkuh, ia pun mematung tak bisa berbicara. "Grace." Evan menyentuh lengan Grace cemas. "Grace, tolong ngomong sesuatu." Tidak membalas perkataan Evan, Grace kemudian menundukkan kepala. Kedua tangannya saling menggenggam erat. Melihat reaksi Grace, Evan menyesal telah menyampaikan kebenarannya seketika itu juga. "Seharusnya aku nggak usah bilang," gumamnya lirih lalu meremas rambutnya. Ia beranjak dari sofa dan berdiri menatap ke luar jendela. 'Kenapa har
"Van, hatiku hancur waktu denger ini. Tapi bukan karena perbuatan ayah. Sejujurnya aku udah nggak pernah peduli sama ayahku. Sama sekali. Mau dia menikah sama siapapun, atau selingkuh lagi, bagiku aku udah nggak punya ayah. Hatiku udah kebal dan nggak akan sakit hati. Tadi hatiku hancur karena ... ini mamamu, yang kamu bilang nggak pernah nyangka akan berbuat gitu. Jadi sekarang, aku mau jalankan peranku sebagai sahabatmu. I'm your support system here. Jangan sembunyi lagi, ayo kita jalani ini sama-sama."~~~Perkataan Grace semalam masih terus terngiang di telinga Evan. Terutama bagian dimana Grace menyatakan bahwa dirinya akan menjadi sistem pendukungnya. Itu menjadi kekuatan tersendiri baginya saat bangun pagi hari tadi. Kini ia kembali ke kantor dengan kondisi yang jauh lebih baik.
Ekstra 02 : Masa DepanMengurus kepindahan dan beberapa hal lain rupanya memakan banyak waktu. Barulah pada bulan Februari sang pengantin baru mendapatkan kesempatan untuk melakukan bulan madu. Namun siapa sangka pandemi yang tidak disangka-sangka menyerang seluruh bumi di awal tahun 2020? Beruntung Evan dan Grace bisa kembali ke Indonesia tepat sebelum pemerintah menutup perbatasan Indonesia.Rumor tentang kejatuhan perekenomian sektor pariwisata sudah ada di sana sini. Sebagai pekerja hotel, Evan dan Grace sangat terlibat mengatasi masalah ini. Terutama setelah pemilik hotel berkata bahwa harus ada pemangkasan pekerja di setiap cabang hotel demi mempertahankan kelangsungan bisnis.Selama beberapa bulan berikutnya, mereka pun harus bekerja lebih keras. Sebagai akibatnya, pasangan suami istri yang baru ini mengalami tantangan dalam mendapatkan keturunan. Program kehamilan sudah pasti menjadi solusi yang terbaik. Namun di sisi lain mereka juga harus mempert
[12 September 2008]“Dua es kelapa muda spesial untuk pelanggan setia Mbok yang paling imut.” Dahayu membawakan dua buah minuman khas kafenya untuk Grace dan Evan yang kembali datang pada akhir minggu. Kedua pemuda itu langsung mengambil untuk mereka masing-masing. “Sebenernya Mbok penasaran sih. Kalian berdua itu pacaran ya?”Mendengar hal itu, masing-masing spontan bereaksi terkejut. Grace menyemburkan minumannya yang sudah ada di mulut sementara Evan terbatuk-batuk.“Eh, aduh. Kenapa jadi gini kalian?” Dahayu menepuk-nepuk punggung keduanya. “Kaget ya sama pertanyaan Mbok?” Ia terkekeh-kekeh geli.“Iya lah. Dari mana coba Mbok pikir begitu? Kami berdua tuh sahabat deket.” Grace yang tidak mengalami masalah dengan tenggorokannya menjawab.Evan menoleh pada Grace setelah batuknya mereda. “Ya tapi maklum Mbok pikir gitu. Kita berdua soalnya deket banget,” ujarnya memikirkan alasan yang paling mungkin. “Mana tiap minggu ke sini untuk nonto
[8 Desember 2006]"Loh, kamu nggak ngumpulin tugas, Grace? Kan Bu Diana bilang ini untuk tugas akhir semester satu? Nanti kamu nggak dapat nilai kelas seni rupa loh."Sebuah gantungan kunci yang terbuat dari resin bening dengan setengah cangkang kerang terjebak di dalamnya tergeletak manis di atas tumpukan buku teks. Grace mengamatinya dengan senyuman lebar, merasa puas melihat hasil kerja kerasnya. "Udah kok. Aku bikin dua," sahutnya."Kenapa bikin dua?""Nggak tahu. Kepingin aja. Siapa tahu gantungan ini bisa bawa kebahagiaan untuk seseorang." Grace asal menjawab. Ia mengangkat gantungan itu di depan wajah sebelum memasukkannya ke dalam saku jaketnya. "Aku pulang duluan ya."Grace berjalan meninggalkan ruang kelasnya yang masih cukup ramai dengan anak-anak kelas delapan. Sementara yang lainnya masih bisa bersenang-senang dengan kawan-kawannya sehabis sekolah, ia harus segera pulang ke rumah. Sang bunda memerlukan bantuannya untuk
Tinggal beberapa jam lagi sebelum hari yang ditunggu-tunggu tiba. Demi mempermudah semuanya, Grace menginap di hotel tempatnya bekerja bersama dengan sang bunda. Tentu saja sebagai calon istri seorang GM di hotel tersebut, ia mendapatkan sebuah akses khusus. Semua yang bertugas menjadikannya seorang ratu sehari juga akan berada di sana sekitar pukul empat pagi keesokan harinya.Hanya saja Grace tidak bisa tidur. Ia terus gelisah, tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya. Kata Indah hal itu wajar bagi seorang calon pengantin. Namun ia merasa ada hal lain yang mengganjal."Tapi kamu harus coba tidur, Grace. Besok bakalan jadi hari yang panjang." Indah memberikan wejangan sambil menepuk-nepuk bahunya sendiri. "Bunda juga udah agak ngantuk, pegel dikit juga, habis bikin kue sama Rosa."
"Grace, terima kasih udah kasih Ayah kesempatan untuk bertemu dan bicara." Randy, masih tidak percaya bahwa ia akhirnya mendapatkan momen yang sudah lama ditunggu. Dengan pandangan mata yang sayu akibat air mata, ia menatap putrinya yang telah sekian lama terpisah darinya."Mama juga terima kasih sama Evan. Seharusnya dari awal Mama kasih tahu yang sebenarnya, supaya kamu nggak harus melewati semuanya sendirian." Rosa menyambung, mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap putra tunggalnya. "Juga maaf sekali lagi. Mama pikir menyimpan semuanya sendiri dan membiarkan kamu menyalahkan Mama itu pilihan yang baik."Bukan perkara mudah bagi Grace dan Evan untuk benar-benar melepaskan pengampunan. Rasa sakit di hati mereka tentu masih terasa, bak luka pasca operasi yang belum sepenuhnya sembuh. Memutuskan untuk mengadakan pe
"Ciyehyang bulan depan udah sah jadi suami istri." Nita menyambangi Grace di jam istirahat setelah mendengar berita tentang penetapan tanggal pernikahannya dengan Evan. "Lo ... bakalan jadiin guebridesmaidkan? Kata orang kalau udah jadibridesmaidtiga kali, lo bakalan menikah habis itu." Grace langsung tertawa begitu mendengar ucapan Nita. "Eh, mana ada hal kaya gitu, Nit? Buktinya aja aku nggak pernah jadibridesmaidtapi bakalan nikah bulan depan," sanggahnya geli. Duduk bersebelahan dengan Grace di atas sofa kecil, Nita menyikutnya. "Songong amat dah nih anak," celetuknya. "Yah, bersyukur aja lo beruntung ketemu Pak Evan. Nggak kaya gue. Udah tunangan, hampir nikah, tapi tiba-tiba ditinggal tanpa jejak." Ia menghela napas panjang.
Sikap kasar Anthony sedikit banyak mempengaruhi pikiran Grace. Bagaimanapun ia pernah dekat dengan lelaki itu; seseorang yang bahkan pernah membuatnya tertawa ketika Evan belum kembali. Setelah Ngaben sang ayah selesai, Anthony menghilang tanpa kabar. Akibat permasalahan yang melibatkan Anthony itu, Grace terpaksa mencari pengganti Nina untuk membantu menjalankan tokopastryIndah. Bukannya ia tidak mau lagi mempekerjakan gadis itu, tetapi keluarganya menarik diri dari berurusan dengan keluarga Grace. Itu bukan sesuatu yang mengejutkan, tetapi tetap saja menyedihkan bagi dirinya. Perlu diakui bahwa pengganti Nina tidak sekompeten dan secekatan gadis itu. Tetapi menemukan seorang yang jujur dan mau bekerja sebagai kasir sebuah toko kecil tidaklah mudah. Maka dari itu, Grace kembali meluangkan sed
Sinar matahari menembus masuk melalui celah tirai yang tidak tertutup sempurna. Dinginnya malam perlahan tergantikan oleh kehangatan matahari. Namun kenyamanan yang menyelimuti Grace membuatnya enggan untuk beranjak dari tempatnya. Tangannya bergerak hendak menarik selimut yang sedikit menjuntai ke lantai. Saat itulah ia merasakan suatu kejanggalan. Suhu AC dipasang paling rendah dan sinar matahari yang tidak langsung itu bukan sumber kehangatannya. Ketika matanya menjadi terang, jelaslah bahwa kini ada sebuah lengan yang menjadi bantalan kepalanya dan lengan lain memeluk pinggangnya dari belakang. Bahkan jemarinya bertautan dengan pemilik lengan tersebut. 'Astaga. Gimana ceritanya aku bisa disini?'Grace menarik selimut sedikit ke atas hanya untuk memeriksa apakah ia masih berpakaian utuh.
Tugas khusus yang diberikan kepada Grace mengharuskannya untuk melakukan perjalanan singkat ke Lombok. Pasangan investor dari Spanyol menyambutnya dengan hangat, bak putri mereka sendiri; terutama sang wanita yang selalu menggelayuti tangannya sedari bertemu sampai tiba di resort indah di selatan Lombok.Adalah sebuah villa pribadi dengan tiga kamar dimana Grace, pasangan Dominguez serta sang pemilik hotel, Roger dan istrinya tinggal. Seperti yang seharusnya, dua kamar lain denganking bedditempati oleh kedua suami istri, dan Grace sendiri di kamar dengantwin beds. Tujuannya adalah memudahkan mereka bernegosiasi tetapi sekaligus saling membangun keakraban di tempat yang menyejukkan hati. Benar-benar tipikal orang Spanyol yang hangat, seperti yang sering Grace baca dari artikel-artikel budaya.