Beranda / Romansa / Sekretaris Kesayangan CEO / Bab 36. Tidak Akan Aku Lepaskan

Share

Bab 36. Tidak Akan Aku Lepaskan

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Pagi, Sayang Reina. Oma ada perlu dengan dokter. Maaf tidak bilang-bilang.” Rupanya Oma baru saja muncul dari video call tersebut. Semua hanya akal-akalan Regan agar Reina ketakutan.

“Harusnya Reina menemani Oma. Maaf, Oma. Reina justru bangun kesiangan.”

Terlihat Oma tersenyum dari balik layar ponsel. Sepertinya nenek itu salah paham mengartikan ucapan Reina. Ia menganggap cucu menantunya bangun kesiangan karena kelelahan bergulat di ranjang bersama Regan.

“Pokoknya kamu tidak boleh membatalkan acara bulan madunya ya? Oma sangat berharap.”

Reina sudah paham apa maksud ungkap Oma. Gadis itu memilih untuk tersenyum malu di hadapan sang nenek.

“Oma hati-hati selalu ya? Nanti Reina dan Pak Regan akan siapkan oleh-oleh spesial untuk Oma.”

“Kamu masih memanggilnya dengan sebutan Bapak?”

“Reina menghormatinya Oma.” Reina menjelaskan sambil melirik ke arah Regan. Lelaki tampan itu tampak melipat kedua tangannya di depan dada. Merasa tidak terima dengan ucapan sang istri kepada Oma Reg
Rich Mama

Udah sweet belum readers??? Komen dong >,<

| 2
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rich Mama
Gems nya dong kakak. biar semangat update (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡
goodnovel comment avatar
Rika Sartikawati
Lanjuuut update doong thoor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 37. Sangat Berantakan

    Reina terperanjat kaget. Seperti baru saja mengalami mimpi yang mengejutkan.“Pak Regan kok peluk-peluk Reina sih?! Mau modus ya?!” Gadis itu segera menjauhkan tubuhnya. Reina benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi beberapa waktu yang lalu.“Astaga, Reina. Kamu yang lebih dulu memelukku dan tidak mau aku lepaskan. Apakah kamu tidak ingat? Hm?!” Regan merapikan pakaiannya yang kusut akibat perbuatan Reina. Ia merasa kesal meski awalnya memang Regan sendiri yang menyandarkan kepala sang istri pada bahunya.‘Tidak mungkin. Bukankah tadi hanya sebuah mimpi?’ batin Reina merasa malu dan salah tingkah.Reina tidak menyanggah ataupun mengiyakan ucapan sang suami. Ia memilih untuk menyisir rambut hitam panjangnya dengan jari-jari tangan kanan.“Teruslah berbuat semaumu.” Regan mengalihkan pandangannya. Sebenarnya ia hanya ingin mendengar ungkapan maaf dari Reina. Tetapi istrinya tersebut masih saja bersikap keras kepala. Reina berlagak tidak tahu. Ia yakin jika Regan tidak akan mungki

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 38. Penyatuan Cinta

    “Em ... sepertinya itu ide yang bagus.” Reina berucap dengan gaya centilnya.Setelah menghabiskan satu mangkok mie instan, ia memang merasa gerah. Keringat sudah sukses membasahi wajahnya karena rasa pedas yang memenuhi lidahnya.Regan geleng-geleng kepala melihat kepergian istrinya. “Reina sungguh keterlaluan. Bukankah seorang istri harus menemani suaminya saat makan?” Regan melirik mie kuah di depannya. Rasanya ia sudah tidak berselera lagi untuk menikmatinya. Apalagi tidak ada yang membuatnya bersemangat duduk sendirian di kursi itu. “Walau cuma mie instan, tetapi aku tidak boleh membuangnya. Dulu Mama selalu mengajariku untuk tidak membuang-buang makanan seenaknya. Dulu keluarga Admaja pernah terpuruk pada masanya.” Lelaki tampan itu menghembuskan napas berat. “Makanan ini adalah buatan istriku. Sebaiknya aku menikmatinya saja.” Dengan semangat Regan menikmati makanan buatan istrinya itu. Ia menghabiskannya dengan sangat cepat. Seorang lelaki memang tidak butuh waktu lama untuk

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 39. French Kiss

    Malam itu Reina tertidur sangat lelap sampai pagi. Hingga kejadian ia bangun kesiangan terulang kembali. Tentu Regan yang terjaga lebih dahulu tidak sampai hati untuk membangunkannya. Lelaki itu justru bersemangat menyiapkan kejutan kecil untuk sang istri. Dan rencananya pagi itu ia akan mengajak Reina berbelanja semua hal yang istrinya sukai. Juga tak lupa membelikan oleh-oleh untuk keluarga besar. “Sayang, bangun.” Regan memberikan kecupan lembut pada bibir istrinya. “Reina masih mengantuk, Pak?” lirih wanita itu tanpa sadar. Regan tersenyum gemas kepada istrinya. Bahkan Reina tidak merasa terganggu oleh ciumannya. “Ini sudah siang, Reina. Kita makan dulu.” Regan mencari cara agar istrinya segera terbangun. “Augh! Sakit Pak!” rintih Reina. Akhirnya Reina membuka kedua matanya sambil meringis menahan perih di dadanya. Dengan beraninya Regan menggigit pucuk merah kembar miliknya meski masih terbalut oleh baju piyama tipis yang ia kenakan.Wanita itu mengerucutkan bibirnya ketik

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 40. Dasar Pengecut!

    Reina menanti dengan resah. “Kenapa Pak Regan lama sekali. Ke mana dia? Sebaiknya aku mencarinya.” Wanita itupun segera berjalan cepat untuk mencari Regan. Tak lupa ia jugaa mencoba menghubungi ponsel suaminya. “Terhubung ... tapi kok tidak diangkat.” Beberapa menit kemudian Reina mencoba menelepon lagi. “Sekarang malah tidak aktif.” Reina berjalan ke sana kemari. Ia mencoba menanyakan keberadaan Regan kepada orang di sekitarnya. Memperlihatkan foto sang suami dari ponsel. “Maaf, Bu. Apakah Ibu pernah melihat orang yang di foto ini?” tanya Reina sungguh-sungguh. Seorang wanita paruh baya menggeleng pelan. “Saya tidak pernah melihatnya.” “Baiklah, kalau begitu. Saya permisi,” pamit Reina. Wanita itu duduk di tempat tadi Regan melihat gadis kecil. Reina melihat es krim terjatuh yang sudah leleh. “Sayang sekali es krimnya terjatuh. Pasti tadi ada yang nangis karena kehilangan,” lirih Reina seorang diri. Netranya melihat ke kanan dan ke kiri. Menerawang hingga kejauhan. “Tidak ad

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 41. Panggilan Kesayangan

    “Kamu tidak perlu tahu, Regan. Anggap saja semua ini balasan atas perbuatan keluarga Admaja di masa lalu.” Regan tidak mengerti apa yang dikatakan oleh lelaki itu. ‘Perbuatan apa yang dia maksudkan? Apakah Papa pelakunya? Atau kakek?' Regan tidak bisa berpikir dengan jernih. Pikirannya tentu saja hanya memikirkan keselamatan Reina. Meski dirinya sendiri butuh dukungan. Lelaki jahat itu merasa geram. Ia memberikan perintah kepada anak buahnya. “Tunggu apalagi. Dorong dia ke jurang. Jangan lupa untuk mendokumentasikannya. Ini akan menjadi berita yang menggemparkan.” “Bagaimana kalau kita tertangkap gara-gara mengambil videonya, Pak?” ungkap anak buah yang tak mengerti apa-apa. “Bodoh?” Lelaki itu mendorong kepala anak buahnya. “Semua perlu strategi.” Sang anak buah hanya menurut saja. Ia menganggukkan kepalanya dan bersiap untuk memasukkan Regan ke jurang. Sementara Reina masih terus berusaha menemukan Regan. Ia melacak telepon sang suami yang tadi sempat melakukan panggilan. Aku

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 42. Berbisik-bisik

    Regan terbangun di sebuah ruangan bernuansa warna putih. Hal pertama yang ia khawatirkan adalah istrinya.“Reina?” Regan memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Kemudian ia melihat ada orang suster yang berdiri tak jauh darinya.“Suster ... di mana istri saya?” tanya Regan sedikit membesarkan volume suaranya.Suster itu tersenyum sambil berkata, “Ada di sebelah Anda, Pak Regan.” Tangannya menunjuk ruangan sebelah yang tertutup gorden berwarna biru muda.“Boleh saya melihat istri saya, Sus?” pinta Regan merengek.Suster itupun mengangguk. “Hati-hati, Pak Regan.” Suster berusaha menolong Regan. Takut jika lelaki tampan itu akan tumbang.“Tidak apa-apa, Sus. Saya sudah kuat.”Regan sangat antusias untuk menemui istrinya. Ia ingin memberikan semangat kepada Reina.“Jeffan? Kamu di sini?” Kedua alis Regan mengkerut. Ia tidak tahu jika Jeffan yang telah menolong dan membawa mereka ke rumah sakit.Jeffan pun menoleh. “Bos, sudah siuman?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.“Kamu belum men

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 43. Hukuman Untuk Sang Istri

    “Tidak Bos. Saya tidak memberitahukan hal ini kepada Nyonya Regina. Saya hanya bilang akan menjemput Tuan Regan. Itu saja,” terang Jeffan jujur.“Baguslah. Aku tidak mau Oma semakin syok dan kepikiran. Aku akan mencari tahu siapa yang telah melakukan ini semua. Jangan sampai Reina menjadi korban lagi.” Jeffan manggut-manggut. Ia pasti juga akan diberi tugas lebih.“Ehem!” Reina berdehem cukup keras. Ia mengerutkan bibir karena merasa terabaikan. “Astaga!” Regan menepuk keningnya. “Kau membuatku melupakan sesuatu Jeffan. Kasihan istriku. Tadi Reina bilang sedang lapar.” Jeffan tersenyum kikuk. Tentu ia merasa bersalah. Asisten kepercayaan Regan tersebut memilih untuk undur diri dan menjaga di luar. Malangnya di depan ruangan Reina, Jeffan sudah ditunggu oleh Alice.“Jeffan, lama sekali?!” protes Alice. “Sebaiknya kamu menemaniku ambil barang yang ketinggalan. Antarkan aku ke kediaman Kakak Regan.” “Tapi Nona Alice. Bukankah seharusnya izin kepada Pak Regan terlebih dahulu?” Jeffan

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 44. Saling Diam

    “Ampun, Pak. Reina sudah tidak kuat!” Wanita itu terlihat ngos-ngosan. Mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Keringat membasahi wajah dan rambut membuatnya semakin bertambah cantik. Namun Regan menyadari sesuatu. “Astaga. Maafkan aku, Reina. Kamu baru saja masuk rumah sakit. Tidak seharusnya berlari-larian seperti ini.” “Pak Regan juga sama.” Reina tidak mau kalah. Sesungguhnya ia juga memiliki rasa khawatir terhadap suaminya. Hanya saja Regan sangat pandai menutupi rasa sakit pada tubuhnya. “Baiklah, tunggu sebentar. Akan aku ambilkan air putih. Ayo, duduk dulu di dalam.” Regan memapah tubuh Reina. Namun saat memasuki kediamannya itu, mereka melihat Jeffan dan Alice sedang berada di ruang tamu. Gadis itu sedang menikmati sesuatu. “Eh, Kak Regan sudah pulang!” dapat Alice bernada manja seperti biasanya. Regan melirik ke arah Jeffan. “Pantas saja tidak ada yang menjemput kami. Ternyata sedang sibuk pacaran di sini.” “Kak Regan apa-apaan sih?! Siapa yang pacaran!” protes Alice

Bab terbaru

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Spesial Part

    Hari pernikahan Xavier dan Karin telah tiba. Udara pagi terasa segar dan cerah, seakan menyambut kebahagiaan yang akan segera berlangsung. Keluarga dan sahabat berkumpul di sebuah taman indah yang telah dihias dengan bunga-bunga warna-warni dan lampu-lampu gemerlapan. Suasana penuh dengan tawa dan senyum. Regan dan Reina tiba lebih awal bersama bayi kembar mereka, Alana dan Bianca, yang tertidur pulas di kereta dorong. Mereka disambut oleh Olivia dan Danny yang sudah tak sabar menantikan momen bahagia itu. “Aku tak percaya Xavier akhirnya menemukan kebahagiaan bersama Karin,” ucap Reina dengan mata berkaca-kaca. “Dia memang pantas mendapatkannya,” jawab Regan sambil tersenyum, merangkul Reina yang terlihat anggun dalam gaun biru muda. “Kita semua pantas bahagia.” Tak lama kemudian, para tamu mulai berdatangan. Leon, mantan pacar Reina dan Karin juga hadir dengan pasangan barunya. Mereka tampak sangat bahagia, saling berpegangan tangan dan tertawa bersama. Leon menghampiri Reg

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 175. Hari Yang Dinanti

    Tanpa disangka, suatu hari Regan menemukan fakta baru yang mengejutkan. Saat itu, dia sedang bekerja di ruangannya. Berkas-berkas tersebar di atas meja ketika ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari salah satu anak buah kepercayaannya. “Ada apa, Roni?” tanya Regan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Ada perkembangan baru, Pak Regan. Kami berhasil melacak beberapa transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan Shadow Phoenix. Dan yang mengejutkan, ada keterlibatan Alex Ricardo di dalamnya,” lapor Roni. Regan terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. “Apa kamu yakin? Alex Ricardo? Bukankah dia masih berada di dalam penjara?” “Betul, Pak. Tapi tampaknya dia masih mengendalikan beberapa hal dari dalam penjara. Kami menemukan bukti bahwa beberapa anak buahnya masih menjalankan perintahnya dan menggunakan nama Shadow Phoenix untuk menyamarkan identitas asli mereka,” jelas Roni. Regan merasakan darahnya mendidih. “Teruskan penyelidikannya, Roni. Dan pastikan ki

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 174. Berulang Kali

    Tanpa terasa, usia kehamilan Reina sudah memasuki trimester ketiga. Perutnya semakin membesar, membuatnya sulit menemukan posisi tidur yang nyaman. Setiap malam menjadi tantangan baru bagi Reina. Sementara Regan berusaha sebaik mungkin untuk membuat istrinya merasa nyaman dan bisa tidur nyenyak. Malam itu setelah mencoba berbagai posisi tidur dan tidak menemukan yang pas, Reina merasa frustasi. Ia berguling-guling di tempat tidur sambil menghela napas panjang. Regan yang melihatnya merasa kasihan dan ingin membantu. “Ada yang bisa aku lakukan, Sayang?” tanya Regan lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mengelus rambut istrinya. Reina menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Pak Regan. Aku sudah mencoba semua posisi tapi tetap saja tidak nyaman. Perutku terlalu besar.” Regan berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Bagaimana kalau kita coba sesuatu yang baru? Tunggu sebentar.” Ia keluar dari kamar dan kembali dengan bantal-bantal tambahan. “Ayo, kita coba dengan bantal-banta

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 173. Tidak Punya Kekasih

    Pagi itu di kantor, suasana di ruang CEO terasa lebih sibuk dari biasanya. Regan tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen dan panggilan telepon yang tak henti-hentinya. Di luar ruangan, para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan Reina pergi ke toilet sebentar untuk menyegarkan diri. Saat Reina keluar dari ruangan, pintu lift terbuka dan dua orang masuk ke lantai itu. Claudia dan Xavier melangkah dengan hati-hati menuju kantor CEO. Claudia tampak sedikit gugup, sementara Xavier berusaha tampak tenang meskipun jelas terlihat gelisah. Mereka mengetuk pintu dan menunggu sebentar sebelum mendengar suara Regan dari dalam yang mempersilakan mereka masuk. Ketika pintu terbuka, Claudia dan Xavier masuk dengan hati-hati. Regan yang tadinya duduk di balik mejanya langsung berdiri. Ekspresi wajahnya berubah dari fokus keheranan. “Mama Claudia? Xavier? Apa yang membawa kalian berdua datang ke sini?” tanya Regan dengan nada sedikit terkejut. Claudia mendekat de

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 172. Jangan Bersedih

    Saat kehamilan Reina menginjak usia lima bulan, Regan memutuskan untuk mengajak Reina jalan-jalan di taman kota. Hari itu cerah, dengan langit biru dan angin sepoi-sepoi yang membuat suasana terasa sejuk. Reina tampak sangat bahagia, mengenakan gaun hamil berwarna pastel yang membuat perutnya yang semakin membesar terlihat menawan. Regan tak henti-hentinya tersenyum, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan taman yang indah. Banyak anak-anak bermain di taman bermain, pasangan-pasangan duduk di bangku menikmati suasana, dan para pedagang menjajakan makanan ringan di kios-kios kecil di sepanjang jalan setapak. “Ini hari yang sangat indah, ya?” ungkap Reina sambil menggenggam tangan Regan erat. “Ya, benar-benar indah,” jawab Regan, menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku senang kita bisa meluangkan waktu bersama seperti ini.” Mereka melanjutkan berjalan, berhenti sesekali untuk melihat bunga-bunga yang sedang mekar dan menikmati

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 171. Nama Yang Indah

    Kehamilan Reina telah memasuki usia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Setiap hari Regan semakin takjub melihat perubahan pada tubuh istrinya dan merasa tidak sabar untuk menyambut kehadiran anak mereka. Pagi itu Regan memutuskan untuk membawa Reina ke klinik untuk melakukan USG. “Sayang, hari ini kita akan ke klinik untuk melihat bayi kita,” ucap Regan dengan senyum lebar. Reina tersenyum bahagia, merasa tak sabar untuk melihat perkembangan bayinya. “Aku tidak sabar, Pak Regan. Pasti mereka sudah semakin besar sekarang.” Regan mengangguk. "Aku juga sangat bersemangat. Ayo kita bersiap-siap." Setelah bersiap-siap, mereka berdua berangkat ke klinik dengan penuh semangat. Dalam perjalanan, mereka terus berbicara tentang rencana masa depan dan bagaimana mereka akan merawat anak mereka. Regan menggenggam tangan Reina dengan erat, memberikan rasa tenang dan nyaman. Sesampainya di klinik, mereka disambut oleh dokter dan perawat yang ramah. “Selamat pag

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 170. Merasa Aman

    Reina berdiri di dekat jendela kamar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Matanya menyapu pemandangan yang indah, tetapi pikirannya jauh dari sana. Di luar, matahari mulai terbenam, menyinari langit dengan warna-warna keemasan, tetapi dalam hati Reina, ada kegelapan yang sulit hilang. Regan, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian dari rumah mulai memperhatikan istrinya. Ia berjalan mendekat dan dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Reina. “Ada apa, Sayang?” tanyanya dengan suara penuh perhatian. Reina tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah Regan. “Aku masih memikirkan Kak Amel,” jawabnya dengan suara lirih. “Aku merasa bersalah dan cemas tentang apa yang terjadi padanya.” “Sayang, kamu sudah melakukan yang terbaik. Kadang-kadang, kita tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi di sekitar kita. Apa yang terjadi pada Amel adalah akibat dari pilihannya sendiri.” “Tapi, aku tetap merasa harus melakukan sesuatu,” lanjut Reina dengan nad

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 169. Selalu Ada Untukmu

    Linda dan Amel tampak berjalan menuju mereka. Kehadiran dua orang itu seakan membawa aura negatif. Amel, dengan tatapan jahat, mulai merencanakan sesuatu yang licik terhadap Reina. Linda dan Amel berpura-pura bergabung dengan kebersamaan keluarga Danny, tapi Amel dengan hati-hati mendekati Reina yang sedang berjalan di atas bebatuan. Amel mengatur langkahnya agar Reina terpeleset di atas batu licin. Namun, rencana jahat itu berbalik. Saat Amel mendorong Reina, dirinya sendiri yang kehilangan keseimbangan. Amel terjatuh keras di atas batu tajam. Semua orang terkejut dan bergegas menghampiri. Linda berteriak panik, “Amel! Apa yang terjadi?!” Regan, yang melihat situasi tersebut, segera memanggil bantuan. Amel tampak mengalami pendarahan hebat. Regan memeluk Reina erat-erat, memastikan dia baik-baik saja. “Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Reina mengangguk. “Aku baik-baik saja, Pak Regan. Tapi Kak Amel ... dia tampak sangat parah.” Ambulans segera

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 168. Mencelakai Reina

    Liburan keluarga besar ke pantai adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga. Reina dan Regan memang telah merencanakan hal itu jauh-jauh hari. Hanya saja baru terealisasi saat ini. Dengan persiapan yang matang, mereka berangkat dari rumah dengan semangat tinggi. Olivia, Bi Nita, Danny, Rafa, Alya, dan Bi Siti bergabung dalam perjalanan tersebut, ikut memastikan tidak ada yang tertinggal. Mereka membawa perbekalan lengkap, termasuk makanan, minuman, mainan pantai, dan berbagai kebutuhan lainnya. Sesampainya di pantai, suasana langsung berubah menjadi ceria. Mereka menata tempat dengan menyiapkan tenda, menggelar tikar, dan menata makanan piknik. Rafa dan Alya segera berlari ke air, bermain dengan ombak dan tertawa riang. Danny dan Bi Siti membantu Olivia dan Bi Nita menyiapkan makanan. Regan dan Reina berkeliling, memastikan semuanya tertata dengan baik. “Ayah, jangan terlalu jauh, ya!” teriak Reina sambil melambai ke arah Danny yang sedang membawa ko

DMCA.com Protection Status