Beranda / Romansa / Sekretaris Kesayangan CEO / Bab 22. Sudah Tidak Tahan

Share

Bab 22. Sudah Tidak Tahan

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Reina berjalan menuju pangkalan ojek. Ia memilih untuk naik ojek motor daripada diantarkan oleh Regan.

Bukan apa-apa. Reina melakukan hal itu karena ia tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan gadis itu rindu dengan mamanya. Ya, dia pergi ke pemakaman. Dan sebelumnya gadis itu membeli bunga untuk ditaburkan di atas makam mamanya.

Reina terduduk lemas setelah berhasil menaburkan semua bunga yang ia bawa. Gadis itu memandangi batu nisan di atas pusara yang bertuliskan nama ibunya.

“Ma ... Apa kabar? Maaf ya, sudah lama Reina tidak menjenguk Mama.”

Gadis itu berucap dengan sedih. Butiran air bening sudah menggenang di pelupuk matanya dan bersiap untuk segera jatuh. Namun Reina masih berusaha untuk menahannya. Ia tidak ingin terlihat lemah.

“Reina bingung, Ma. Apakah keputusan Reina ini sudah tepat? Tapi Reina takut hamil, Ma. Reina sudah melakukan kesalahan fatal. Pasti Mama kecewa sama Reina. Maafin Reina ya, Ma? Semoga Mama tenang di atas sana. Reina sangat sayang sama Mama.”

Rei
Rich Mama

OMG hello.... Reina bakalan marah-marah atau berterima kasih nih???? >,<

| 5
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 23. Dibuat Penasaran

    “Aaaaa....!!!”Reina berteriak kencang sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya. Ia geleng-geleng kepala sendiri.Seketika Regan menginjak rem setelah mendengar Reina menjerit tiba-tiba. Hingga mobil itu berhenti dan tengah jalan.“Kamu ini kenapa, Reina? Kamu membuat jantungku hampir copot.” Regan merasa geram dengan sekretaris yang sebentar lagi menjadi istrinya tersebut.Reina senyum-senyum cengengesan. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bisa-bisanya gadis itu membayangkan adegan panas dengan atasannya sendiri. Siapa lagi kalau bukan Regan.“Maaf ya, Pak Regan. Kalau hari ini saya banyak mengoceh. Menuduh Bapak yang tidak-tidak. Reina khilaf.” Akhirnya gadis itu meminta maaf untuk kesekian kalinya. Entah ke berapa bahkan ia sampai lupa. Yang pasti belum terlalu banyak.“Baguslah kalau kamu sadar diri. Kepalaku pusing mendengar kamu ngomel-ngomel terus dari tadi,” jelas Regan seraya memegangi kepalanya.Kemudian dia langsung menatap ke arah Reina sambil tersenyum smirk. “D

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 24. 271 Triliun

    Rafa ragu-ragu untuk mengatakannya. “Tadi ada kurir yang mengantarkan makanan ini sampai depan rumah. Katanya dari—”“Siapa?” Sebelah alis Reina terangkat.“Katanya dari calon suami Kak Reina. Memangnya Kakak sudah mau menikah ya? Sama Bang Leon?” Rafa mengalihkan pandangannya. “Padahal Rafa nggak suka sama dia!” ungkap Rafa jujur.Reina tidak bisa berkata-kata. Ia yakin yang membelikan makanan itu adalah Regan. Tetapi ia belum siap mengatakan tentang pernikahannya kepada Rafa.“Kok, Kak Reina diam saja? Terus tumben banget pacar Kakak ngasih makanan?” tanya Rafa masih ingin tahu.“Ya, sudah. Sekarang makan dulu. Pokoknya dihabiskan semua. Nanti baru kakak jelasin semuanya kepada Adek, yah?!” Reina mengelus kepala Rafa.Adik kecil itupun tersenyum sambil mengangguk. Dan mereka berdua pun menikmati semua makanan yang ada tanpa menghiraukan Amel.Setelah makan selesai, sesuai janjinya Reina menjelaskan semuanya kepada Rafa.“Kakak mau menikah sama Pak Regan. Bukan Leon. Jadi semua makana

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 25. Hal Penting

    Reina pun ikut berdiri dari duduknya. Ia mengekori atasannya tersebut. “Pak, siapa dia?” tanya Reina memberanikan diri. Gadis itu mendekatkan tubuhnya tepat di samping tubuh Regan. “Yang akan mengurus pernikahan kita,” jawab Regan masih dengan gaya santainya. Lelaki itu kembali merapikan pakaiannya. “Sebaiknya kita ikut saja.” Regan mengulurkan tangan kanannya agar Reina meletakkan tangan kirinya untuk digenggam oleh lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu. Reina menatap ragu. Tidak percaya apa yang kini tengah dilakukan oleh Regan. Tetapi sesaat kemudian ia sadar dan paham saat lelaki kepercayaan Oma Regina memperhatikannya dari kejauhan. Tentu saja gadis itu harus pandai bersandiwara. Akhirnya mereka berjalan beriringan dan masuk ke dalam mobil yang sudah ada seorang sopir di sana. Padahal saat menjemput Reina tadi, Regan datang seorang diri. “Ah, sudahlah. Aku tidak perlu terlalu memikirkannya.” Reina berusaha membuang jauh-jauh pikiran jahatnya. Beberapa menit t

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 26. Mengejutkan

    Tok ! Tok ! Tok !“Pak?”“Masuk, Reina.”Regan langsung memerintahkan Reina untuk masuk ke dalam ruangannya.Sekretaris itu berjalan menghampiri bosnya sambil menunduk.“Bagaimana, kamu sudah menandatangani surat perjanjiannya?” tanya Regan to the poin.Reina menggeleng perlahan.“Kenapa, ada masalah?” tanya Regan lagi.Reina menyerahkan map itu kembali sambil membuka isi perjanjian mereka.“Yang ini maksudnya apa ya, Pak? Reina tidak mengerti.”Regan melihat sekilas. Tentu ia sudah menduga sebelumnya jika Reina akan protes masalah itu.“Oh, itu.”“Iya, Pak. Reina benar-benar tidak mengerti.”Regan menatap Reina dengan tatapan mata penuh keseriusan.“Jadi begini, Reina. Kamu bisa menentang keinginan saya jika saya bertindak seenaknya dan tidak sesuai hati nurani kamu.”“Lalu?” tanya Reina lagi.“Lalu jika yang meminta sesuatu atau yang menginginkan sebuah permintaan adalah Oma Regina, maka kamu tidak bisa menentangnya. Pernikahan ini terjadi demi Oma. Saya tidak mau Oma kenapa-napa. Ap

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 27. Curiga

    Reina terlihat kebingungan. “Ya, maaf, Pak. Saya 'kan juga kaget.” Regan menarik nafas panjang. Lelaki tampan menggelengkan kepalanya perlahan. Kemudian melanjutkan kembali menyetir mobil dengan lebih santai. Reina duduk sambil memainkan jemarinya sendiri. Tidak ada percakapan lagi di antara mereka berdua. ‘Memangnya Ayah sudah pulang dari rumah sakit, ya? Kok nggak ada yang ngajarin aku, ya? Terus gimana nanti kalau Ayah marah? Pasti Ayah kecewa berat sama Reina.’ Mobil berhenti perlahan. Namun Reina tidak menyadarinya. “Kita sudah sampai Reina,” ucap Regan mengingatkan. Reina tak menyahut. “Reina!” teriak Regan kemudian. “Eh, iya, Pak. Saya masih hidup.” Reina keceplosan. Entah mengapa ia bisa menjawab seperti itu. Gadis itupun melihat ke kanan dan ke kiri. Lalu tersenyum kikuk. “Eh, sudah sampai ya?” Reina segera turun dari mobil. Ia bisa melihat wajah serius Regan yang sejak tadi menatapnya. “Pak Regan senyum dikit, dong. Jangan cemberut terus wajahnya,” goda Reina kehabi

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 28. Ciuman Pertama

    Tetapi sedetik kemudian, Reina menggelengkan kepalanya. “Tidak. Tidak mungkin. Pak Regan tidak tahu apa-apa tentang masalah ini.”Reina tidak ingin ambil pusing. Mungkin benda itu hanya sedang bersembunyi di suatu tempat. Ya, sepertinya Reina lupa meletakkannya di mana. Atau sudah memindahkannya di tempat yang aman.Dengan perlahan Reina naik ke atas ranjang. Kemudian ia ikut tertidur di samping Regan. Gadis itu tampak lelah dan tak sadar jika ia mulai membuang guling pembatas yang Reina letakkan tadi.Keesokan harinya Regan terbangun terlebih dahulu. Betapa ia cukup terkejut saat membuka kedua mata dan tampaklah Reina sedang memeluk erat tubuhnya. Namun Regan justru menikmati momen itu. Sebelah kanan sudut bibirnya sedikit terangkat. “Apakah dia pikir aku ini guling?” lirih Regan masih sulit untuk percaya.Ternyata ucapannya membuat Reina terusik. Kedua mata gadis itu mengerjap pelan. Ia belum sadar akan tindakannya yang memalukan.Tetapi beberapa detik kemudian Reina berteriak kenca

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 29. Bernyanyi Bersama

    Dalam waktu yang bersamaan Reina dan Jeffan menoleh ke arah Pak Regan. Reina menunduk malu. Ia mengalihkan kegugupan dengan sibuk menyelipkan rambut ke daun telinganya. “Kamu tidak perlu membawa barang banyak-banyak, Reina. Di sana nanti sudah lengkap.” 'Hah? Bagaimana mungkin? Memangnya Pak Regan tahu ukuran semua pakaianku? Memangnya Pak Regan mengerti tentang barang-barang perempuan?' Reina mengomel sendiri di dalam hatinya. Sementara Jeffan melihat ke arah Reina dan Regan secara bergantian. Kemudian ia paham apa yang harus dilakukan. “Bos! Apa yang perlu saya kerjakan sekarang?” tanya Jeffan seraya melangkah menghampiri CEO tampan itu. Regan melihat jam di tangannya. “Ya, ikut denganku sebentar!” perintah Regan kemudian. Sebelum meninggalkan kamar, Regan melirik ke arah istrinya sejenak dan tersenyum penuh arti. “Eh, apaan?! Senyumannya mencurigakan sekali.” terka Reina yang tak bisa sepenuhnya percaya dengan tingkah manis suaminya. Reina pun telah menyelesaikan pekerjaanny

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 30. Mengikis Jarak

    Reina sudah merasa ngos-ngosan. Ia menundukkan tubuhnya sambil mengatur nafasnya yang berantakan. “Maaf,” ucap Regan sambil membukakan pintu untuk istrinya. Reina melirik kesal. Tidak habis pikir dengan sikap Regan yang kembali menyebalkan. “Bukan maksudku untuk meninggalkanmu. Tadi mesinnya agak rewel.” ‘Tidak masuk akal sekali alasannya.’ Reina hanya bisa membatin. Ia tidak ingin dianggap bertengkar. Apalagi ada Rafa yang duduk di belakang. Adiknya tersebut terlihat sedang asyik bermain mobil-mobilan. “Mainannya baru lagi, Dek?” tanya Reina kepo. “Em ... suami dicuekin. Terus ngalihin pembicaraan. Cerdas sekali istriku.” “Sudahlah, Pak. Reina sudah memaafkan kok. Nggak perlu dibahas lagi.” Reina bertanya kembali kepada Rafa untuk mengusir ketidaknyamanan suasana di dalam mobil. “Iya Kak Reina. Kak Regan yang beliin. Bagus 'kan mainannya.” Refa terlihat sangat senang. “Pak Regan kok sering-sering beliin Rafa mainan sih?!” protes gadis itu kepada suaminya. “Kenapa? Kamu mau

Bab terbaru

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Spesial Part

    Hari pernikahan Xavier dan Karin telah tiba. Udara pagi terasa segar dan cerah, seakan menyambut kebahagiaan yang akan segera berlangsung. Keluarga dan sahabat berkumpul di sebuah taman indah yang telah dihias dengan bunga-bunga warna-warni dan lampu-lampu gemerlapan. Suasana penuh dengan tawa dan senyum. Regan dan Reina tiba lebih awal bersama bayi kembar mereka, Alana dan Bianca, yang tertidur pulas di kereta dorong. Mereka disambut oleh Olivia dan Danny yang sudah tak sabar menantikan momen bahagia itu. “Aku tak percaya Xavier akhirnya menemukan kebahagiaan bersama Karin,” ucap Reina dengan mata berkaca-kaca. “Dia memang pantas mendapatkannya,” jawab Regan sambil tersenyum, merangkul Reina yang terlihat anggun dalam gaun biru muda. “Kita semua pantas bahagia.” Tak lama kemudian, para tamu mulai berdatangan. Leon, mantan pacar Reina dan Karin juga hadir dengan pasangan barunya. Mereka tampak sangat bahagia, saling berpegangan tangan dan tertawa bersama. Leon menghampiri Reg

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 175. Hari Yang Dinanti

    Tanpa disangka, suatu hari Regan menemukan fakta baru yang mengejutkan. Saat itu, dia sedang bekerja di ruangannya. Berkas-berkas tersebar di atas meja ketika ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari salah satu anak buah kepercayaannya. “Ada apa, Roni?” tanya Regan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Ada perkembangan baru, Pak Regan. Kami berhasil melacak beberapa transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan Shadow Phoenix. Dan yang mengejutkan, ada keterlibatan Alex Ricardo di dalamnya,” lapor Roni. Regan terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. “Apa kamu yakin? Alex Ricardo? Bukankah dia masih berada di dalam penjara?” “Betul, Pak. Tapi tampaknya dia masih mengendalikan beberapa hal dari dalam penjara. Kami menemukan bukti bahwa beberapa anak buahnya masih menjalankan perintahnya dan menggunakan nama Shadow Phoenix untuk menyamarkan identitas asli mereka,” jelas Roni. Regan merasakan darahnya mendidih. “Teruskan penyelidikannya, Roni. Dan pastikan ki

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 174. Berulang Kali

    Tanpa terasa, usia kehamilan Reina sudah memasuki trimester ketiga. Perutnya semakin membesar, membuatnya sulit menemukan posisi tidur yang nyaman. Setiap malam menjadi tantangan baru bagi Reina. Sementara Regan berusaha sebaik mungkin untuk membuat istrinya merasa nyaman dan bisa tidur nyenyak. Malam itu setelah mencoba berbagai posisi tidur dan tidak menemukan yang pas, Reina merasa frustasi. Ia berguling-guling di tempat tidur sambil menghela napas panjang. Regan yang melihatnya merasa kasihan dan ingin membantu. “Ada yang bisa aku lakukan, Sayang?” tanya Regan lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mengelus rambut istrinya. Reina menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Pak Regan. Aku sudah mencoba semua posisi tapi tetap saja tidak nyaman. Perutku terlalu besar.” Regan berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Bagaimana kalau kita coba sesuatu yang baru? Tunggu sebentar.” Ia keluar dari kamar dan kembali dengan bantal-bantal tambahan. “Ayo, kita coba dengan bantal-banta

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 173. Tidak Punya Kekasih

    Pagi itu di kantor, suasana di ruang CEO terasa lebih sibuk dari biasanya. Regan tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen dan panggilan telepon yang tak henti-hentinya. Di luar ruangan, para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan Reina pergi ke toilet sebentar untuk menyegarkan diri. Saat Reina keluar dari ruangan, pintu lift terbuka dan dua orang masuk ke lantai itu. Claudia dan Xavier melangkah dengan hati-hati menuju kantor CEO. Claudia tampak sedikit gugup, sementara Xavier berusaha tampak tenang meskipun jelas terlihat gelisah. Mereka mengetuk pintu dan menunggu sebentar sebelum mendengar suara Regan dari dalam yang mempersilakan mereka masuk. Ketika pintu terbuka, Claudia dan Xavier masuk dengan hati-hati. Regan yang tadinya duduk di balik mejanya langsung berdiri. Ekspresi wajahnya berubah dari fokus keheranan. “Mama Claudia? Xavier? Apa yang membawa kalian berdua datang ke sini?” tanya Regan dengan nada sedikit terkejut. Claudia mendekat de

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 172. Jangan Bersedih

    Saat kehamilan Reina menginjak usia lima bulan, Regan memutuskan untuk mengajak Reina jalan-jalan di taman kota. Hari itu cerah, dengan langit biru dan angin sepoi-sepoi yang membuat suasana terasa sejuk. Reina tampak sangat bahagia, mengenakan gaun hamil berwarna pastel yang membuat perutnya yang semakin membesar terlihat menawan. Regan tak henti-hentinya tersenyum, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan taman yang indah. Banyak anak-anak bermain di taman bermain, pasangan-pasangan duduk di bangku menikmati suasana, dan para pedagang menjajakan makanan ringan di kios-kios kecil di sepanjang jalan setapak. “Ini hari yang sangat indah, ya?” ungkap Reina sambil menggenggam tangan Regan erat. “Ya, benar-benar indah,” jawab Regan, menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku senang kita bisa meluangkan waktu bersama seperti ini.” Mereka melanjutkan berjalan, berhenti sesekali untuk melihat bunga-bunga yang sedang mekar dan menikmati

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 171. Nama Yang Indah

    Kehamilan Reina telah memasuki usia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Setiap hari Regan semakin takjub melihat perubahan pada tubuh istrinya dan merasa tidak sabar untuk menyambut kehadiran anak mereka. Pagi itu Regan memutuskan untuk membawa Reina ke klinik untuk melakukan USG. “Sayang, hari ini kita akan ke klinik untuk melihat bayi kita,” ucap Regan dengan senyum lebar. Reina tersenyum bahagia, merasa tak sabar untuk melihat perkembangan bayinya. “Aku tidak sabar, Pak Regan. Pasti mereka sudah semakin besar sekarang.” Regan mengangguk. "Aku juga sangat bersemangat. Ayo kita bersiap-siap." Setelah bersiap-siap, mereka berdua berangkat ke klinik dengan penuh semangat. Dalam perjalanan, mereka terus berbicara tentang rencana masa depan dan bagaimana mereka akan merawat anak mereka. Regan menggenggam tangan Reina dengan erat, memberikan rasa tenang dan nyaman. Sesampainya di klinik, mereka disambut oleh dokter dan perawat yang ramah. “Selamat pag

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 170. Merasa Aman

    Reina berdiri di dekat jendela kamar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Matanya menyapu pemandangan yang indah, tetapi pikirannya jauh dari sana. Di luar, matahari mulai terbenam, menyinari langit dengan warna-warna keemasan, tetapi dalam hati Reina, ada kegelapan yang sulit hilang. Regan, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian dari rumah mulai memperhatikan istrinya. Ia berjalan mendekat dan dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Reina. “Ada apa, Sayang?” tanyanya dengan suara penuh perhatian. Reina tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah Regan. “Aku masih memikirkan Kak Amel,” jawabnya dengan suara lirih. “Aku merasa bersalah dan cemas tentang apa yang terjadi padanya.” “Sayang, kamu sudah melakukan yang terbaik. Kadang-kadang, kita tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi di sekitar kita. Apa yang terjadi pada Amel adalah akibat dari pilihannya sendiri.” “Tapi, aku tetap merasa harus melakukan sesuatu,” lanjut Reina dengan nad

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 169. Selalu Ada Untukmu

    Linda dan Amel tampak berjalan menuju mereka. Kehadiran dua orang itu seakan membawa aura negatif. Amel, dengan tatapan jahat, mulai merencanakan sesuatu yang licik terhadap Reina. Linda dan Amel berpura-pura bergabung dengan kebersamaan keluarga Danny, tapi Amel dengan hati-hati mendekati Reina yang sedang berjalan di atas bebatuan. Amel mengatur langkahnya agar Reina terpeleset di atas batu licin. Namun, rencana jahat itu berbalik. Saat Amel mendorong Reina, dirinya sendiri yang kehilangan keseimbangan. Amel terjatuh keras di atas batu tajam. Semua orang terkejut dan bergegas menghampiri. Linda berteriak panik, “Amel! Apa yang terjadi?!” Regan, yang melihat situasi tersebut, segera memanggil bantuan. Amel tampak mengalami pendarahan hebat. Regan memeluk Reina erat-erat, memastikan dia baik-baik saja. “Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Reina mengangguk. “Aku baik-baik saja, Pak Regan. Tapi Kak Amel ... dia tampak sangat parah.” Ambulans segera

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 168. Mencelakai Reina

    Liburan keluarga besar ke pantai adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga. Reina dan Regan memang telah merencanakan hal itu jauh-jauh hari. Hanya saja baru terealisasi saat ini. Dengan persiapan yang matang, mereka berangkat dari rumah dengan semangat tinggi. Olivia, Bi Nita, Danny, Rafa, Alya, dan Bi Siti bergabung dalam perjalanan tersebut, ikut memastikan tidak ada yang tertinggal. Mereka membawa perbekalan lengkap, termasuk makanan, minuman, mainan pantai, dan berbagai kebutuhan lainnya. Sesampainya di pantai, suasana langsung berubah menjadi ceria. Mereka menata tempat dengan menyiapkan tenda, menggelar tikar, dan menata makanan piknik. Rafa dan Alya segera berlari ke air, bermain dengan ombak dan tertawa riang. Danny dan Bi Siti membantu Olivia dan Bi Nita menyiapkan makanan. Regan dan Reina berkeliling, memastikan semuanya tertata dengan baik. “Ayah, jangan terlalu jauh, ya!” teriak Reina sambil melambai ke arah Danny yang sedang membawa ko

DMCA.com Protection Status