Home / Romansa / Secret Reunion / 2. Pangeran VS Preman Sekolah

Share

2. Pangeran VS Preman Sekolah

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2021-04-28 00:45:54

Kaluna langsung meminta Tante Ola untuk mengurus kepindahannya ke sekolah karena dia tidak sudi lagi untuk bersekolah di tempat yang sama dengan Dewa dan Rara.

Di sekolahnya yang baru, Kaluna yang sudah hilang kepercayaan terhadap orang-orang cenderung antisosial dan akan bereaksi berlebihan jika ada murid yang sengaja menyenggolnya. Sudah tak terhitung berapa kali Kaluna bermasalah dengan murid laki-laki baik senior maupun junior, membolos, tidak menyelesaikan tugas, dan mengerjakan soal ulangan dengan asal-asalan.

Hebatnya, Kaluna selalu serius saat ujian tengah semester atau kenaikan kelas, meskipun dalam satu semester dia bisa pindah sekolah sedikitnya dua kali jika dia bosan.

Bagaimana bisa segampang itu? Tante Ola adalah tipe orang yang tidak mau repot dan dia tinggal mendonorkan sekian juta ke sekolah baru Kaluna menggunakan uang peninggalan orang tua Kaluna yang sudah tiada.

“Kaluna, saya sedang bicara sama kamu.” Suara Estefan terdengar lagi, membuat Kaluna tersentak dari lamunannya.

“Iya Pak,” angguk Kaluna sambil terduduk tegak di tempatnya.

“Apa kamu mau mengulang kepindahan kamu lagi ke sekolah lain?” tanya Estefan ingin tahu. “Dari beberapa catatan yang ditulis guru sekolah kamu yang lama, kelihatannya kamu memang hobi pindah sekolah atau bagaimana?”

Kaluna menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal.

“Kalau sudah tidak betah, mau bagaimana lagi Pak?” sahut Kaluna ringan.

Estefan tidak yakin jika jawaban yang dilontarkan Kaluna adalah jawaban yang seratus persen jujur. Jika dilihat dari nilai-nilai akademiknya, Kaluna bukan termasuk murid yang bodoh. Hanya saja dia sangat pemalas berdasarkan jumlah bolos dan nilai-nilai tugas sekolah yang sering dia kesampingkan.

“Apa kamu masih niat sekolah?” tanya Estefan akhirnya.

Biasanya Kaluna akan segera menjawab dengan gelengan kepala setiap wali kelasnya yang terdahulu sudah sangat mentok menghadapi semua kenakalannya. Namun, kali ini dia terdiam bisu seolah sedang berpikir untuk melanjutkan sekolah atau tidak.

“Entahlah Pak, saya belum tahu.” Kaluna mengangkat bahunya. “Kalau ada sekolah yang masih mau menerima saya, mungkin saja saya pindah.”

Estefan tertegun, seumur-umur dia belum pernah menghadapi murid perempuan seperti Kaluna yang bersikap masa bodoh dengan sekelilingnya seperti ini.

“Pikirkan ini baik-baik,” kata Estefan sembari memandang Kaluna dari balik kacamatanya. “Kamu sudah tingkat akhir dan sebentar lagi lulus, apa kamu tidak mau untuk sekali saja dalam hidup kamu, kamu memiliki tanggung jawab terhadap diri kamu sendiri?”

Kaluna balas memandang Estefan dan tidak menjawab. Jika dulu di sekolah-sekolah sebelumnya dia hanya singgah sebentar di kantor guru untuk berpamitan karena enggan memperpanjang masalah, kali ini Kaluna terpaksa bertahan cukup lama untuk berpikir.

Seolah ada suatu magnet di dalam kantor guru yang mengikat Kaluna untuk tetap berada di depan Estefan yang menunggu jawabannya dalam diam.

“Saya tidak khawatir soal pendidikan, karena peninggalan orang tua saya tidak akan habis-habis saya makan.” Kaluna akhirnya berbicara tanpa memandang sang guru.

“Begitu?” tanggap Estefan datar. “Dari nilai ujian kamu, sebenarnya kamu lumayan pintar. Tapi kenapa kamu harus bertingkah seperti ini?”

Kaluna tidak ingin menjawab pertanyaan Estefan karena dia tahu bahwa guru muda itu hanya menjalankan profesi yang tengah disandangnya.

“Saya akan pikirkan lagi,” sahut Kaluna setelah terdiam selama beberapa saat. “Terima kasih atas bimbingan Pak Guru hari ini. Permisi.”

Estefan sengaja tidak menahan Kaluna lebih lama di kantor guru, karena dia tidak ingin terburu-buru menindaknya. Terlebih karena Estefan merasa bahwa Kaluna seperti sengaja berbuat semaunya dengan alasan yang dia sendiri yang tahu.

***

“Suamiku, bagaimana kalau Luna segera kita carikan jodoh saja?” usul tante Kaluna yang bernama Ola, dia baru saja mengeluhkan tingkah keponakannya yang semakin menjadi kepada sang suami: Hendra.

“Keponakan kita masih di bawah umur, Ola.” Hendra kurang setuju. “Nanti orang-orang curiga kalau kita menginginkan sesuatu dari Luna.”

Ola mengembuskan napas berat, mengasuh Kaluna sejak kematian kakak kandungnya sempat membuat pikirannya stres berat. Namun, hal itu hanya akan sembuh jika dia mengingat seberapa besar harta warisan yang ditinggalkan untuk Kaluna seorang.

Sebagai orang yang bertanggung jawab penuh atas diri Kaluna, tidak salah jika Ola merasa berhak atas sebagian harta warisan itu.

“Apa? Dijodohkan?” Kaluna membelalakkan matanya ketika Ola menyambangi kamarnya begitu dia pulang sekolah. “Tante, aku baru tujuh belas tahun lebih sedikit!”

Ola tersenyum keibuan ketika dia memandang keponakannya.

“Kan kamu nggak harus menikah besok pagi,” sahut Ola kalem. “Yang penting kamu mau kenalan dulu sama calon yang akan tante pilihkan nanti.”

Kaluna bertopang dagu sambil berpikir.

“Tante pasti kerepotan ngurus aku ya, sampai harus menyuruhku nikah cepat?” tanya Kaluna dengan nada tidak enak. “Tante boleh kok ambil sebagian uang bulanan aku kalau Tante butuh ....”

“Sayang, kamu ini kan keponakan tante. Sudah sepantasnya tante merawat kamu tanpa perlu imbalan apa pun.” Ola mulai menunjukkan kehebatannya bersilat lidah. “Tante kepikiran untuk menjodohkan kamu lebih awal supaya kamu nggak kerepotan nantinya cari ke sana ke sini ... bagaimana?”

Kaluna mengerucutkan bibirnya dan tidak segera menjawab.

“Kamu pikir-pikir dulu nggak apa-apa,” kata Ola agar keponakannya tidak curiga. “Sekarang kamu ganti baju dulu, habis itu makan yang banyak.”

“Oke Tante,” angguk Kaluna yang pikirannya seketika teralihkan. Begitu tantenya pergi, dia segera menarik napas panjang dan berat.

Keesokan harinya Kaluna masih masuk sekolah seperti biasa. Dia tidak memedulikan tatapan para murid yang telah menganggapnya sebagai si pembuat onar terlepas dari wajah cantiknya yang mengundang perhatian kaum adam.

Termasuk Yohan, salah satu most wanted di SMA Oasis. Cowok berambut model nanas itu memicingkan matanya saat Kaluna lewat di depan kelasnya.

“Hei, cewek baru!” panggil Yohan sambil bersiul menggoda.

Kaluna yang tidak merasa terpanggil hanya melengos tanpa memandang Yohan sedikitpun, membuat teman-teman Yohan terbahak.

“Pangeran sekolah dicuekin!”

“Nggak ada yang bisa menaklukkan Luna, si preman sekolah!”

Yohan yang telah memendam rasa penasarannya terhadap Kaluna, segera berlari mengejarnya demi menjaga agar nama besarnya di sekolah tidak merosot hanya karena gagal mendapat perhatian sang cewek incarannya.

“Sombong banget, Lun?” komentar Yohan sambil menjajari langkah Kaluna. “Lagi bulanan ya, makanya cepat-cepat mau ke kelas?”

Kaluna menghentikan langkahnya dan menatap tajam Yohan, membuat cowok itu merasa telah berhasil menarik perhatiannya dengan mudah.

“Menyingkir dari pandanganku, atau kamu mau merasakan azab yang pedih?” kata Kaluna tajam.

Yohan justru terbahak-bahak mendengarnya sampai ujung rambut nanasnya bergoyang.

“Santai,” kata Yohan sambil menowel pipi kemerahan Kaluna dengan ujung jarinya.

“Kamu ...?” Kaluna seketika meradang dan segera menyikut wajah Yohan dengan sikunya, membuat Yohan mengaduh ngilu.

“Berengsek,” umpat Yohan sambil mengusap hidungnya. “Kamu pikir aku nggak tega menghajar cewek?”

Kaluna langsung pasang kuda-kuda ketika Yohan melompat menerjangnya.

Bersambung –

Related chapters

  • Secret Reunion   3. Murid yang Senang Dihukum

    Beberapa anak yang berada di sana langsung tersedot perhatiannya ketika melihat Kaluna dan Yohan yang tengah baku hantam di koridor kelas.“Ya ampun, pisahkan dong!”“Takut kena bogem nyasar!”Kaluna tidak gentar menghadapi Yohan meskipun dia cowok, sebaliknya Yohan sendiri juga membuktikan ucapannya bahwa dia tidak segan memukul perempuan.Beberapa kali Kaluna menyerang, meski luput karena jelas sekali jika Yohan pintar berkelahi. Dengan cepat dia membalikkan keadaan dan membuat Kaluna terpaksa mempertahankan diri dari serangannya.“Ini sih gaya berantem cewek alay!” ledek Yohan, tubuh proporsionalnya berkelit memutari Kaluna dan tahu-tahu satu lengan cewek itu sudah berada dalam kekuasaan Yohan. Sekali sentak, lengan Kaluna dipastikan terpelintir dengan mudahnya.“Kamu cowok jadi-jadian, ya?” komentar Kaluna dengan wajah pias yang menempel erat di bahu Yohan. “Berantem sama cewek harus pakai tenaga penuh ....”“Nggak usah bawa-bawa gender kalau urusan berantem,” potong Yohan sementar

    Last Updated : 2021-04-28
  • Secret Reunion   4. Pembinaan (1)

    "Kira-kira dong kalau bersin!" protes Yohan antara jijik dan marah sambil mengusap-usap wajahnya. 'Cantik-cantik tapi jorok,' batin Yohan dalam hati. "Sori, mungkin sedang ada yang membicarakan aku." Kaluna beralasan sembari mengusap hidungnya."Yang benar saja," sungut Yohan sambil pergi ke kelasnya sendiri. Kaluna mengangkat bahu dan membiarkan Yohan menyingkir dari hadapannya. Sulit dikatakan apakah mereka kini berteman atau tidak sejak peristiwa perkelahian yang terjadi beberapa hari yang lalu. "Kaluna, bel sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu." Estefan yang kebetulan lewat seketika menegur salah satu muridnya yang masih santai duduk di luar kelas. "Iya Pak," sahut Kaluna sambil menoleh. "Saya menyusul saja nanti."Estefan geleng-geleng kepala dan berpikir bahwa Kaluna pantas mendapatkan bimbingan khusus terkait kelakuannya yang sesuka hati. Kaluna masuk kelas setelah bosan bermain ponsel di luar. Guru yang sedang mengajar memilih untuk membiarkan Kaluna lewat di de

    Last Updated : 2021-04-29
  • Secret Reunion   5. Tambahan Bimbingan

    "Kaluna sudah datang," lapor Estefan kepada Bu Sitq seolah tidak ada yang terjadi. "Kita bisa mulai pembinaannya, Bu."Estefan sengaja menyingkir dari pintu untuk memberi jalan kepada Bu Sita. "Kaluna?" panggil Bu Sita sembari duduk di kursi. "Mulai hari ini, kamu akan mendapatkan bimbingan khusus dari saya dan Pak Stefan."Kaluna menerima informasi ini dengan wajah yang biasa-biasa saja. "Saya harap kamu menyambut baik niat saya dan wali kelas kamu, Kaluna." Bu Sita meneruskan. "Kamu punya kecerdasan akademik yang bagus, jadi akan sangat bijak kalau kamu menggunakannya dengan sebaik mungkin."Kaluna hanya menganggukkan kepala tanpa antusias sedikitpun. Baginya akan jauh lebih baik jika sekolah memutuskan untuk langsung mengeluarkannya saja dan tidak perlu mengadakan bimbingan apa pun untuknya hingga seperti ini. Karena bagi Kaluna, itu percuma saja. "Kok manyun?" komentar Yohan ketika melihat Kaluna asyik main ponsel di depan kelas ketika seharusnya dia sudah pulang saat jam sekol

    Last Updated : 2021-04-30
  • Secret Reunion   6. Membuat Estefan Marah

    Kaluna tidak dapat membantah, meskipun dia sangat ingin melakukannya. Namun, tatapan tajam Estefan seakan mengunci bibir Kaluna rapat-rapat hingga tidak dapat mengucapkan sepatah katapun untuk membantahnya. Padahal melawan kata-kata guru adalah keahlian Kaluna selama ini. Sebaliknya Estefan juga tahu kalau Kaluna mulai terdesak olehnya, dan itu adalah awal yang bagus untuk permulaan. Sebagai seorang guru, mana mau Estefan dikalahkan oleh muridnya sendiri. "Mulai kapan bimbingannya?" tanya Kaluna dengan wajah malas. "Minggu depan," jawab Estefan tegas. "jangan lupa datang tepat waktu."Kaluna menarik napas panjang, sementara Estefan menyuruhnya untuk kembali ke kelas. Lama-lama menyebalkan juga guru satu itu, batin Kaluna dalam hatinya. Guru lain tanpa pikir panjang pasti akan langsung menendangnya dari sekolah dan dia akan dengan senang hati hengkang detik itu juga. Sisa pelajaran di kelas hari itu Kaluna habiskan dengan memikirkan cara supaya Estefan mau langsung menendangnya d

    Last Updated : 2021-05-01
  • Secret Reunion   7. Terimalah Perasaan Saya!

    Kaluna sedang asyik bermain ponsel saat sebuah tangan terulur dan mengambil ponsel itu darinya. "Pak Guru ...?" Kaluna terkejut sedikit. "Siapa yang suruh kamu main ponsel?" tanya Estefan dingin sambil memandang Kaluna. "Saya suruh kamu berdiri.""Sudah, Pak." Kaluna mengangguk sambil menegakkan tubuhnya. "Kamu pakai rok mini lagi?" tanya Estefan menyelidik sambil menyapukan pandangannya ke arah rok Kaluna yang panjangnya hanya sampai di atas lutut. "Kamu tidak bisa memahami instruksi saya dengan baik?"Kaluna hanya nyengir sendiri, dia justru heran karena Estefan baru menyadarinya sekarang. Padahal dia sudah kembali mengenakan rok mininya lagi sejak beberapa hari yang lalu. "Masalahnya begini, saya ambil yang tercepat di lemari." Kaluna beralasan. "dapatnya yang ini."Estefan menarik napas, dia bukan orang yang sabar sebenarnya. Namun, profesinya sebagai seorang guru menuntutnya memiliki kesabaran dalam menghadapi murid-muridnya. "Ponsel kamu saya sita," kata Estefan datar. "Dan

    Last Updated : 2021-05-02
  • Secret Reunion   8. Teror Sang Mantan

    Senin itu Kaluna masuk sekolah seperti biasanya, sambil bertanya-tanya dalam hati apakah Estefan sudah tiba di kantor guru dan bersiap mengingatkannya tentang sisa hukuman yang harus dia kerjakan selama seminggu penuh. “Luna!” Terdengar suara Yohan memanggil saat Kaluna sedang berjalan di koridor. “Gimana urusanmu sama Pak Stefan?”Kaluna memandang Yohan sekilas dan tidak yakin jika harus membagikan pengalamannya berurusan dengan Estefan. Sejak pengkhianatan yang dilakukan Rara kepadanya dulu, Kaluna sudah tidak percaya lagi dengan yang namanya teman. Karena itulah dia tidak pernah berminat menjalin pertemanan dengan siapapun di sekolah-sekolah sebelumnya.“Pak Estefan benar-benar konsisten sama ucapannya,” kata Kaluna tanpa menghentikan langkahnya. “Aku heran dia belum juga mengeluarkan aku dari sekolah.”“Kan aku sudah bilang, mendingan kamu mengundurkan diri sendiri,” komentar Yohan sambil menaikkan sebelah alisnya. ”Ngapain harus nunggu Pak Stefan yang mengeluarkan kamu?"“Aku ka

    Last Updated : 2021-05-03
  • Secret Reunion   9. Apa yang Pak Guru Lakukan?

    "Luna di dalam Pak, saya tidak macam-macam kok!” ucap Dewangga cepat-cepat. “Saya mengajak Luna reuni tadi ... Kami teman lama di sekolahnya yang dulu ....”“Reuni yang berakhir di apartemen?” tukas Estefan. “Kamu pikir saya bodoh? Kaluna tidak mungkin ke sini tanpa kamu paksa, kan?"Dewangga menelan ludah.“Maafkan saya Pak,” katanya. “Saya menyesal ....”“Keluar sekarang, saya mau cari Kaluna.” Estefan mengusir sambil menerobos masuk ke kamar untuk menjemput muridnya. Dilihatnya Kaluna sedang berbaring tidak sadarkan diri di tempat tidur, dengan seragam sekolah lengkap, sementara rambut panjangnya tergerai menutupi sebagian bantalnya. Bibir mungil dan sebagian wajah Kaluna juga memerah, dengan dua kancing seragam bagian atasnya sudah terbuka. Estefan mengaitkan kancing seragam Kaluna hingga menutup, kemudian berusaha membangunkannya. "Kaluna?” panggil Estefan. “Kaluna, bangun!”Kaluna hanya mengerang sebentar tanpa merespons panggilan gurunya. "Kaluna, apa pantas kamu berada di k

    Last Updated : 2021-05-04
  • Secret Reunion   10. Pesona Estefan

    Estefan menoleh dan mendengus melihat Kaluna masih saja mendesaknya.“Pak Guru, saya ... saya tidak tahu apa yang sudah terjadi di antara kita ...” Kaluna melipat kedua tangannya dengan mimik memelas. “Tapi saya mohon jangan ceritakan ini pada siapapun di sekolah, Bapak boleh minta bayaran berapa pun yang Bapak mau, tapi tolong jangan cerita apa-apa.”Estefan mengernyitkan dahinya saat mendengar permohonan Kaluna barusan. Dia harus susah payah menahan tawanya ketika Kaluna berkata akan memberinya bayaran.“Kamu berani bayar saya berapa memangnya?” tanya Estefan sambil memandang Kaluna. “Lebih tinggi dari gaji saya sebagai guru?”“Saya bisa membayar berapapun yang Bapak mau,” janji Kaluna. “Asal Bapak tidak cerita apa-apa tentang kejadian tadi sama teman-teman saya.”Estefan memandang Kaluna lebih serius, dia tidak mengerti kenapa muridnya itu bisa begitu yakin bahwa dirinya akan mau menerima bayaran untuk tutup mulut soal kejadian tadi. “Kita sepakat saja ya Pak,” kata Kaluna akhirnya

    Last Updated : 2021-05-05

Latest chapter

  • Secret Reunion   50 Keputusan Terakhir

    Estefan mengepalkan tangannya."Dewa, stop! Aku akan lakukan apa pun untuk Yohan!" teriak Kaluna lagi.Dewangga tersenyum dan meminta temannya berhenti memukul Yohan."Kamu tunangan sama aku," kata Dewangga sambil menatap Kaluna. "Aku jamin semua pihak akan selamat tanpa perlu adanya pertumpahan darah, itu juga kalau dia mau kembali kepada Fiona."Kaluna terdiam dengan air mata yang masih menetes."Kamu tidak perlu melakukan itu, Luna ..." ucap Yohan dengan suara lirih. "Kamu harus benar-benar memilih ... orang yang kamu cintai ...."Kaluna menangis tersedu. "Aku tidak bisa membiarkan temanku dipukuli."Dewangga masih menatap Kaluna. "Kamu jawab sekarang atau ....""Aku mau tunangan sama kamu!" seru Kaluna. "Tapi lepaskan Yohan, Pak Reyvonda biar kembali sama adik kamu!"Estefan menatap Kaluna tidak percaya. "Jangan ngawur kamu!""Kita menikah pun, akan ada hati yang tersakiti!" kata Kaluna sedih. "Fiona juga harus mendapatkan kebahagiaan, sama seperti kita."Estefan mengepalkan tanga

  • Secret Reunion   49 Menyelamatkan Seseorang

    Fiona langsung menangis histeris ketika mendengar ucapan kakaknya.Dewangga memegang keningnya. Sudah hampir beberapa bulan ini Fiona jarang menangis, tapi kemunculan Estefan telah menghancurkan semuanya."Aku tidak percaya ini, Estefan tidak mau menemuiku!" raung Fiona dengan suara menyayat hati. "Apa salahku? Aku tulus menyukainya, aku tulus!""Aku tahu!" ucap Dewangga, hatinya tetap ikut tersakiti saat melihat Fiona sakit karena perasaannya terhadap Estefan tidak berbalas. "Aku akan paksa Estefan untuk menemui kamu!"Fiona masih menangis sesenggukan dengan Dewangga terus membelai punggungnya."Apa Tante masih yakin untuk menjodohkan aku sama Rey?" tanya Kaluna ketika bertemu Ola di meja makan. "Rey ternyata memiliki masa lalu yang rumit dengan adik Dewa."Ola memegang keningnya. Masalah menjadi semakin rumit, tapi dia merasa masih bisa memanfaatkan peluang yang tercipta karena permasalahan yang terjadi antara Kaluna, Dewa, dan juga Estefan."Kenapa Tante malah jadi terkesan sama De

  • Secret Reunion   48 Menolak Perasaan Fiona

    Estefan terdiam setelah mendengar jawaban Dewangga."Kamu kenal Fiona, Pak?" tanya Kaluna sambil memandang Estefan.Es krim di masing-masing tangan mereka mulai meleleh karena tidak segera mereka makan."Mana mungkin dia tidak mengenal adikku?" sela Dewangga dengan ekspresi diliputi kemarahan. "Dia yang bikin Fiona depresi sampai harus berhenti sekolah!"Kaluna memandang Estefan dengan penuh tanda tanya. "Pak, bisa jelaskan apa maksud Dewa ....""Nanti aku jelaskan," potong Estefan sambil menarik Kaluna pergi."Tunggu, di mana tanggung jawab kamu sebagai gurunya?" tanya Dewangga penuh emosi. "Kamu tidak pernah tahu bagaimana rasanya melihat Fiona menangis hampir setiap hari kan?"Estefan tidak menjawab dan tetap berjalan pergi bersama Kaluna."Kenapa kamu diam saja, Pak?" Kaluna melirik Estefan. "Dewa tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan.""Diamlah dulu," sahut Estefan tanpa menoleh."Aku bilang berhenti!" Dewangga terpaksa menarik lengan Kaluna untuk menghent

  • Secret Reunion   47 Calon Suami Kaluna

    "Kalau kamu terpaksa, bilang saja terus terang." Rey alias Estefan mengemudi sembari berkomentar dengan nada datar seperti biasa.Kaluna melirik sebal kepada seseorang yang duduk di sampingnya itu."Sudah tahu kalau saya terpaksa, kenapa kamu—Pak ...? Argh, saya bingung harus panggil apa!" omel Kaluna yang tidak bisa lagi menahan diri.Ketika berada di sekolah, dia masih mampu untuk bersikap hormat dan sopan kepada Estefan sebagai gurunya. Namun, ketika sadar bahwa Rey yang duduk di sampingnya ini adalah orang yang dijodohkan dengannya, Kaluna serasa ingin mengamuk detik itu juga."Panggil saja sesuka hati kamu," kata Estefan tanpa memandang Kaluna. "Kamu yang di sekolah atau kamu yang ada di rumah kan sama saja."Kaluna mengembuskan napas keras."Itulah masalahnya!" Dia menjadi sangat emosional. "Saya jadi sulit untuk menghadapi seseorang yang terbiasa membagi dirinya menjadi dua kepribadian, lagipula kenapa sih harus menyamar?""Siapa yang menyamar?""Kamu!""Menyamar sebagai apa?""

  • Secret Reunion   46 Berubah di Saat Terakhir

    Sebagai bentuk protes keras terhadap ulah tantenya, Kaluna sengaja pura-pura sibuk dengan kegiatan sekolahnya supaya agenda kencan bersama Rey tidak direalisasikan. Bukan apa-apa, Kaluna sama sekali tidak tertarik untuk kencan dengan Rey atau siapa pun. “Lun, mau ke mana?” tanya Ola ketika melihat keponakannya yang sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tas. “Jangan bilang kalau kamu ada les tambahan? Tumben ....” Kaluna meringis dan tidak segera menjawab. “Kalau nggak ikut les, masa iya kamu mau main di luar?” tanya Ola sambil mendatangi Kaluna semakin dekat. “Kamu kan selama ini lebih suka berdiam diri di rumah, atau tante yang sudah salah kira?” Kaluna berdehem sebentar, setelah itu dia memandang sang tante. “Kalau aku nggak salah ingat, kegiatan sekolah aku memang sedang padat-padatnya ... Biasa, mau ujian tengah semester.” Kaluna menjelaskan. Ola mengerutkan keningnya dengan superheran. “Kamu ... sehat-sehat saja kan, Lun?” tanya Ola seraya menyentuh kening keponakannya. Dia

  • Secret Reunion   45 Ajakan Kencan

    Kalau bukan karena ingin mematuhi nasihat Ola, tentu Kaluna sudah sedari tadi mengusir Dewangga dari hadapannya."Oh ya, ngomong-ngomong kamu mau pergi ke mana, Lun?" tanya Dewangga lagi."Nggak ke mana-mana," jawab Kaluna tidak ramah. 'Yohan lama banget sih,' sambungnya dalam hati."Aku bisa kok antar kamu," ujar Dewangga lagi. "Atau kamu mau jalan-jalan dulu?"Kaluna tersenyum sinis."Apa sih yang bikin kamu yakin kalau aku mau pergi sama kamu?" tanya Kaluna sambil berkacak pinggang. "Karena kamu udah menerima kehadiran aku dan nggak mengusir aku lagi," jawab Dewangga penuh percaya diri. "Bagiku itu udah cukup membuktikan kalau kamu sebenarnya nggak sebenci itu sama aku ....""Alah, gombal!" sela Kaluna sinis. "Aku nggak peduli sama kamu, aku bisa aja sih usir kamu dari tadi kalau aku mau. Tapi buat apa sih, buang-buang energi aja."Dewangga langsung berubah sedikit ekspresi wajahnya setelah Kaluna bersikap sangar kepadanya. "Lun, tolonglah ..." bujuk Dewangga. "Nggak ada salahnya

  • Secret Reunion   44 Momen Melanggar Peraturan

    Estefan tidak segera menanggapi nasehat ibunya, terlebih lagi dia tidak bisa menerima kelakuan Kaluna yang diperbuatnya bersama Yohan di sekolah.Hari-hari seterusnya, Kaluna menjalani kehidupan sekolahnya seperti biasa. Diam-diam dia mengusung misi tersendiri untuk melanjutkan perang dinginnya dengan Estefan yang beberapa waktu lalu memberikan peringatan di kantor guru.Kaluna bertekad untuk tidak akan meninggalkan SMA Oasis satu langkah pun kecuali pihak sekolah sendiri yang lebih dulu menendangnya keluar.Hari itu mendadak murid-murid dipulangkan lebih awal karena para guru akan melangsungkan rapat, kelas Kaluna menjadi salah satu kelas yang paling bersemangat menerima kabar ini.“Asyik, pulang pagi ....”“Nongkrong dulu yuk di depan?”“Kopi aja, aku ikut!”Sebagian teman-teman Kaluna sibuk membuat acara seru alih-alih langsung pulang ke rumah, tapi dia memilih untuk mendengarkan dan sama sekali tidak berniat ikut bergabung.“Lun!” Kepala Yohan melongok melewati jendela kel

  • Secret Reunion   43 Kaluna Versi Dewasa

    “Masih satu setengah jam lebih, jangan sampai kita pingsan.” Kaluna beralasan. “Kamu juga boleh bersandar di punggung aku kok, nggak usah gengsi.”Yohan tentu tidak mau rugi, kini punggungnya ikut bersandar di punggung Kaluna hingga hukuman mereka berakhir saat bel istirahat berdering nyaring.“Gimana, bubar nggak nih?” tanya Yohan sambil menoleh. “Atau nunggu wali kelas kita yang suruh ...?”Kaluna menarik napas. Malu juga kalau dilihat murid-murid dari tingkat satu sampai tiga seperti ini, pikirnya.“Ini Pak Estefan ngapain dulu sih?” gerutu Kaluna. “Keburu kita jadi bahan tontonan banyak murid kayak begini.”Yohan mengedarkan pandangan ke arah murid-murid yang sebagian sudah keluar dari ruang kelas masing-masing. “Bodo amat lah,” komentar Yohan. “Aku sih bukan tipe senior yang jaim, jadi biarkan adik-adik tingkat itu melihatku apa adanya.”Kaluna melengos mendengar pengakuan Yohan, dia bersandar dengan nyaman di punggungnya dan memasang wajah tak peduli ketika beberapa muri

  • Secret Reunion   42 Persaingan Sengit Kaluna - Estefan

    Baik Kaluna maupun Yohan sama-sama menoleh dan melihat Pak Kemal berkacak pinggang dari koridor kelas satu, membuat mereka berdua nyengir tanpa rasa bersalah sama sekali.“Kamu, Kaluna! Saya akan laporkan ini kepada wali kelas kamu, Pak Stefan!” lanjut Pak Kemal lagi, setelah itu dia meneruskan langkahnya sementara Kaluna masih tergantung di gerbang dengan Yohan memegangi kedua pinggangnya.“Mampus deh kita ...” keluh Kaluna seraya berpegangan pada gerbang. “Yo, ini gimana ....”“Alah, biasanya juga kita sering kena hukuman.” Yohan menyahut tanpa mendongak, beberapa murid koridor sebelah kanan dan kiri mereka kini mulai menunjuk-nunjuk sambil nyengir tertahan karena melihat Kaluna yang tergantung di gerbang sekolah sedemikian rupa.“Bukan masalah itu!” tukas Kaluna sambil mengayunkan kedua kakinya. “Ini gimana cara turunnya maksud aku!”“Jangan nendang-nendang!” balas Yohan, kali ini terpaksa mendongak untuk memandang Kaluna. “Kayak bayi dalam kandungan aja kamu ....”“Ini aku t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status