"Kamu sudah jatuh cinta padanya?" tanya Henry pada Elena saat mereka dalam penerbangan kembali ke London.Seperti keinginan Henry sebelumnya, mereka belum memberitahu Lord dan Lady Foxmoore mengenai kembalinya Elena. Biar hal itu menjadi sebuah kejutan untuk orang tua mereka."Tidak, aku sama sekali tidak mencintainya." Jawaban Elena terdengar tegas, dan tanpa keraguan sedikitpun.Sejak meninggalkan rumah Liam, Elena sudah mempertimbangkan segala sesuatunya. Juga telah memikirkan masak-masak langkah apa yang akan ia ambil kedepannya.Apakah ia akan kembali pada Liam atau Tidak?Apakah ia mencintai Liam atau tidak?Dan keduanya memiliki jawaban yang sama, yaitu tidak.Ya, setelah meninggalkan rumah Liam, juga meninggalkan pria yang pernah menjadi suaminya itu, Elena telah memutus untuk tidak akan pernah kembali lagi padanya, untuk tidak menginjakkan kakinya lagi di rumah itu.Dan tidak ada keraguan sama sekali di dalam keputusannya itu. Sama halnya dengan jawaban yang ia berikan atas p
Sisa perjalanan ke Mansion Foxmoore dilewati Elena dengan tidur pulas. Seolah selama beberapa bulan belakangan ini ia tidak pernah tidur pulas. Elena baru bangun ketika mereka telah sampai di Mansion, lalu dengan ragu-ragu melangkah keluar mobil sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh Mansion yang teramat ia rindukan itu.Henry menekan ibu jari di bibirnya, saat kepala pelayan melihat kedatangannya bersama dengan Elena. Mengerti dengan isyarat tak terucap Henry agar ia tidak mengumumkan kedatangan Elena, kepala pelayan itu pun mengangguk pelan."Lord Henry, Lady Elena," sapanya tanpa bersuara."Di mana Mommy dan Daddy?" tanya Henry dengan pelan."Ada di ruang biru. Lady Foxmoore sedang tidak enak badan," jawab kepala pelayan itu.Ruang biru memang ruangan yang lebih banyak bermandikan sinar matahari, yang sering menjadi tempat berkumpul keluarga di sepanjang musim dingin hingga musim semi tiba."Baiklah, tolong perintahkan siapapun untuk merapikan kamar Lady Elena," pinta Henry."K
Tidak ada yang berubah, kamarnya masih sama dengan saat terakhir Elena meninggalkannya. Letak barang-barangnya pun tidak bergeser sama sekali, mereka tahu kalau Elena paling tidak suka jika berangnya tidak terletak di tempatnya.Elena mengedarkan pandangannya ke seluruh kamarnya, ia sangat merindukan kamar yang sangat membuatnya nyaman itu. Setiap kali ada masalah, Elena selalu menghabiskan waktu di kamar ini baik untuk intropeksi diri, maupun untuk merenungi kesalahannya.Dan saat ini, Elena akan merenungi kesalahannya di kamar ini juga. Juga akan mempersiapkan diri untuk bertemu lagi dengan Liam saat mereka akan melakukan perpisahan secara layak.Tapi nanti dan bukan sekarang. Karena sekarang ini Elena masih dalam kondisi marah, sedih, tertekan dan juga kecewa yang membaur menjadi satu. Ia hanya akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat jika harus membahas rumah tangganya dengan Liam sekarang juga.Puas mengeksplore kamarnya sendiri, Elena pun merebahkan dirinya di atas tempat ti
Teman Henry berwarna Gemma itu terlihat begitu cantik, tutur katanya sopan dan juga ramah. Tidak butuh waktu lama Elena sudah bisa akrab dengannya. Hingga Elena merasa santai saat berbaring di satu ruangan yang khusus digunakan untuk tempat Gemma praktek untuk pasien spesialnya."Entah aku harus mengucapkan syukur atau tidak untuk hasilnya ini," desah Gemma sambil terus menekan transducer di perut Elena."Katakan saja, El hamil atau tidak?" desak Henry. Matanya tetap tertuju pada monitor yang memperlihatkan bagian dalam rahim ElenaPun demikan dengan Elena, matanya juga tertuju pada monitor di depannya itu, namun ia sama sekali tidak mengerti dengan yang layar monitor itu perlihatkan.Dengan tangan satunya lagi, Gemma menunjuk satu titik saat menjelaskan,"Seharusnya di bagian ini terlihat kantong kehamilan jika kamu memang hamil, El. Tapi tidak terdapat kantong kehamilan, yang berarti sama dengan hasik testpack sebelumnya kalau kamu tidak sedang hamil."Seharusnya Elena merasakan kel
"Apa ada yang Gemma bicarakan padamu diluar sepengetahuanku?"Tadi selama Elena dan Gemma berbincang santai, Henry pamit sebentar untuk menerima telepon dari salah satu koleganya. Dan apa yang dibicarakan kedua wanita itu tanpa adanya Henry? Mungkinkah menjurus ke masalah pribadi?"Banyak?""Apa?""Sejak kapan kamu tertarik dengan pembicaraan wanita?""Aku hanya penasaran, apa aku menjadi salah satu subjek pembicaraan kalian?""Cih, percaya diri sekali kamu," sangkal Elena."Lalu kenapa tiba-tiba kamu memiliki pemikiran aku cocok dengan Gemma?""Aku memang kurang pandai menilai seseorang. Tapi aku yakin betul kalau Gemma memiliki hati yang tulus, dan tidak segan mengulurkan tangan untuk membantu orang lain, terlepas dari profesinya sebagai dokter.""Kamu baru satu kali bertemu dengannya dan sudah menilainya sebaik itu.""Loh, memangnya Gemma tidak sebaik yang aku kira? Apa aku salah menilai orang lagi?"Henry mendesah pelan saat menjawab,"Kamu tidak salah. Gemma memang memiliki hati
"Liam apa kamu di dalam?" tanya Jesslyn sambil mengetuk pintu kamar Liam dengan ragu-ragu. Sudah beberapa hari ini sejak Elena pergi, Liam nyaris tidak pernah keluar dari kamarnya. Kalau pun Liam keluar, itu hanya untuk menghadiri rapat atau bertemu dengan kliennya saja.Entah sudah berapa kali Jesslyn bertanya dan mengetuk pintu hingga punggung jarinya sakit, namun tidak jua mendapatkan respon dari Liam."Coba ketuk sekali lagi!" perintah mommy Yvette. Ia sangat mengkhawatirkan putranya itu."Aku takut Liam marah, Mom. Apa Mommy tidak menyadari kalau pelayan kita saja sekarang ini sangat berhati-hati saat berada di dekat Liam. Sepertinya mereka juga mengetahui kalau suasana hati Liam sedang sangat buruk.""Aahh, siapa yang mengira kalau Elena akan membuatnya seperti itu. Bahkan saat Mielda meninggalkannya dulu, Liam tidak sampai terpuruk seperti sekarang ini. Padahal hubungannya dengan Mielda jauh lebih lama dibandingkan dengan Elena.""Mungkin dengan Elena, meskipun terjalin dalam w
"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Liam pada Fynn. Ia sudah tahu sekarang kalau Fynn ternyata berteman dekat dengan Elena dan Henry. Liam memanggil Fynn keruangannya hanya untuk mencari tahu kabar terbaru Elena.Beberapa hari tanpa Elena, rasanya semangat hidup Liam berkurang. Ia merasa ada sesuatu yang menghilang dari dalam dirinya, namun ia sendiri tidak tahu bagian mana yang hilang itu."Masih belum mau kembali beraktifitas lagi. El lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah," jawab Fynn."Apa El sakit?""Hanya sedikit tidak enak badan, katanya. Pagi tadi saat saat aku berbalas pesan dengannya, El izin ke kamar mandi karena perutnya terasa mual. Mungkin asam lambungnya sedang kumat."Mual?Sebelumya Liam memang mengetahui kalau Elena memang memiliki penyakit asam lambung. Namun selama bersamanya Elena tidak pernah terlihat mual. Atau jangan-jangan ..."Fynn, apa tidak ada kabar lain dari Elena?""Kabar lain apa maksud anda, Mr. Liam?""Kabar bahagia atau semacamnya?"Mungkinka
Tidak mau melewati pintu depan yang telah dipadati tamu undangan, belum lagi harus melewati hall utama untuk mencapai danau buatan tempat ia dan Henry biasa menghabiskan waktu tiap kali Liam main ke rumah Henry, Liam memilih melewati pintu belakang yang biasanya hanya dilewati oleh para pelayan saja."My Lord, kenapa anda lewat jalan ini?" tanya salah satu pelayan yang berpapasan dengannya.Sambil tersenyum lembut Liam menepuk bahu pelayan pria itu saat menjawabnya dengan santai,"Tenang saja, saya sudah terbiasa lewat jalan ini bersama Henry. Tolong sampaikan padanya Liam sudah datang."Liam tidak perlu memberitahu Henry di mana ia akan menunggu pria itu. Karena Henry pasti akan langsung menuju tempat dimana mereka sering berkumpul."Baik, My Lord." Pelayan itu sedikit menunduk saat mengucapkannya.Perlahan Liam menuju danau buatan, satu-satunya tempat yang tidak terjangkau CCTV di Mansion besar itu. Karena jaraknya yang terlalu jauh dari rumah utama. Kalau pun terlihat hanyalah ber
Pernikahan Liam dan Elena dilangsungkan di salah satu hotel mewah di London. Sesuai dengan keinginan Liam, acara sakral itu diadakan secara tertutup. Tidak ada satu pun awak media yang diundang, bahkan tamu undangan tidak diperkenankan mengeluarkan ponsel mereka untuk mengabadikan acara itu, atau mereka akan berurusan tidak hanya dengan para bodyguard Foxmoore tapi juga pengawal kerajaan, karena Sang Ratu hadir juga di acara itu.Liam tidak pernah melepaskan rangkulan tangannya di pinggang Elena saat mereka menyapa tamu penting yang hadir, ia tidak peduli jika terlihat terlalu posesif, semua demi wanita yang ia cintai juga calon anak mereka yang tengah berkembang di dalam rahim istrinya."Bagaimana rasanya menikah untuk yang kedua kalinya dengan pria yang sama, El?" tanya Belinda dengan tatapan menggodanya."Rasanya jauh lebih indah yang kedua ini, Belle. Karena kami sudah sama-sama saling mencintai, tidak seperti pernikahan pertama kami yang terjalin karena keputusan impulsif kami sa
Awalnya Liam mau mengadakan press conference seorang diri, tapi Elena memaksakan dirinya untuk ikut juga dalam press conference itu. Karena ia pun akan menjelaskan juga berita yang tengah panas di berbagai media mengenai dirinya dan Liam.Mereka duduk berdampingan, sementara cahaya kamera berkali-kali menerangi wajah mereka, hingga akhirnya press conference itu dimulai. Liam yang lebih dulu memberikan penjelasannya."Seperti yang sudah kalian ketahui mengenai kejadian tidak menyenangkan di acara After Party, keberadaan saya di sana adalah untuk melindung tunangan saya, Lady Elena, wanita yang sangat saya cintai. Seseorang berniat jahat padanya, yang untungnya saya datang tepat waktu untuk menyelamatkannya," mulai Liam.Elena sungguh terharu, karena Liam mau mengakui perasaannya pada Elena di hadapan banyak wartawan. Mereka pasti akan kembali menjadi trending topik, dan menjadi tajuk utama di berbagai media, baik lokal maupun internasional."Tunangan? Kapan tepatnya kalian bertunangan
"Aku hamil?""Ya, Wifey. Gayle sedang membeli alat tes kehamilan untuk lebih memastikannya diagnosa Gemma. Karena tidak mungkin kamu membawamu ke rumah sakit sekarang tanpa menimbulkan skandal baru lagi.""Gemma di sini?""Kamu juga mengenalnya?""Sehari setelah aku kembali ke London, Henry langsung membawaku ke rumah Gemma untuk memastikan aku hamil atau tidak. Tapi saat itu semua alat tes kehamilan menunjukkan kalau aku negatif, pun dengan USG, tidak terdapat kantong kehamilan. Tapi, kenapa sekarang tiba-tiba aku hamil? Apa karena kita melakukannya lagi semalam? Tapi tidak mungkin juga kalau aku langsung hamil kan?" Elena mencecar Liam dengan pertanyaan.Liam merapikan selimut Elena saat menjawab, "Mungkin saja saat itu terjadi kesalahan. Nanti kita tanyakan lagi pada Gemma. Sekarang kamu mau apa? Ada sesuatu yang kamu idamkan?"Elena menggeleng pelan. Ia sedang tidak mengidamkan apapun, ia hanya merasa tersiksa dengan rasa mualnya saja. Lalu tiba-tiba saja Elena duduk saat tering
"Sejujurnya, saya lah pria yang El cium di pesta keluarga anda, My Lord. Skandal yang membuat anda mengusir El keluar dari Mansion anda, yang akhirnya El bertemu dengan saya dan menerima begitu saja tawaran pernikahan dari saya.""Kau! Jadi kau lah biang masalah dari semua ini! Kau yang membawa keburukan untuk El kami!" raung daddy Simon, pada akhirnya amarahnya terlepas juga setelah susah payah ia menahannya demi persahabatannya dengan ayah dari pria yang menghamili putrinya itu."Sebelumnya, saya sudah datang ke London untuk bertemu dengan El, juga memberikan penjelasan pada orang tua El mengenai hubungan kami di Miami. Tapi Henry langsung mendeportasi saya saat itu, jadi kesempatan saya untuk berterus-terang pada kalian hilang begitu saja, karena nama saya telah di blacklist di negara kalian.""Saya pun akan melakukan hal yang sama seandainya saya mengetahui masalahnya lebih dulu. Kau tidak tahu jadi semurung apa El saat kembali ke rumah kami. Tiap hari kami harus melihat raut kese
"Sebaiknya kita membawa El ke rumah sakit untuk memastikan diagnosa saya.""Kenapa? Apa ada masalah serius dengan El?" desak mommy Marie."Katakan saja, Gem. Apa diagnosamu itu?" Henry turut serta mendesaknya.Tatapan Gemma kini tertuju pada pria itu, “Henry aku sendiri pun tidak mempercayainya, tapi aku yakin sekali kalau saat ini El sedang hamil.”"Hamil?" tanya semua yang ada di sana, termasuk juga Lord dan Lady Foxmoore."Ya Tuhan, El!" pekik mommy Marie."Bagaimana bisa? El belum menikah dan terlebih lagi tidak memiliki kekasih! Pasti ada yang salah dengan diagnosamu," sangkal daddy Simon."Maka dari itu saya sarankan untuk mendapatkan hasil yang akurat, lebih baik kita membawa El ke rumah sakit. Atau adakah di antara kalian yang bisa pergi keluar untuk membeli alat tes kehamilan?""Tunggu dulu, kalau memang benar El hamil, lalu siapa ayah dari janin di dalam kandungannya itu? Selama ini El tidak dekat dengan pria manapun kecuali ... "Mommy Marie tidak berani melanjutkan, terl
"Aku pun demikian, Dad. Jadi tenang saja, aku sudah menyiapkan hukuman yang teramat pedih untuk pria itu di selnya nanti," jelas Henry. Ia telah membayar seseorang untuk memastikan pria itu hanya tinggal nama dalam beberapa hari ini."Bagus! Itu baru calon Duke of Foxmoore!" puji daddy Simon."Tapi bagaimana kita akan menjelaskan pada masyarakat yang sudah kadung melihat foto-foto El di pesta itu yang sudah disebar berbagai media? Juga foto saat seorang pria membawa El masuk ke dalam mobilnya?""Untuk pria yang membawa El masuk ke dalam mobilnya, anda tidak perlu mencemaskannya, My Lady. Karena pria itu adalah aku. Dan aku sudah menyiapkan konferensi pers untuk memberikan penjelasan atas kejadian itu. Aku akan memulihkan kembali nama baik Elena," jelas Liam, ia menahan dirinya untuk tidak meraih tangan Elena untuk meremasnya, atau menarik tubuh Elena agar bersandar padanya.Dari yang Liam lihat, orang tua Elena belum mengetahui hubungan mereka. Jadi Liam tidak bisa begitu saja memprok
Sesampainya di lobby hotel, mereka dikejutkan dengan kehadiran Lord dan Lady Foxmoore di sana. Kedua orang tua Elena itu langsung berderap mendekati mereka, tatapannya hanya tertuju pada sosok Elena saja, membuat jantung Elena berdegup dengan kencangnya,'Apa Mommy dan Daddy sudah mengetahui pernikahan rahasiaku dengan Liam? Apa sudah saatnya aku mengakui semuanya pada Mommy dan Daddy?' batinnya bertanya-tanya."El, putriku! Apa kamu baik-baik saja? Siapa pria kurang ajar yang berniat jahat padamu?" cecar mommy Marie sebelum memeluk Elena."Mom, aku baik-baik saja. Liam datang di saat yang tepat, dia sudah menolongku," jawab Elena sambil membalas pelukan mommy Marie."Liam? Siapa Liam, Sayang?"Elena melepaskan dirinya dari pelukan mommy Marie untuk menarik Liam mendekat ke arahnya,"Kenalkan Mom, Dad, ini Liam. Aku tidak dapat membayangkan akan sehancur apa hidupku jika Liam tidak datang tepat waktu dan membawaku keluar dari pesta itu."Liam mengulurkan tangannya bergantian untuk men
"Rumah tangga? Astaga El. apa kamu sudah kehilangan ingatan? Kalian sudah bukan lagi suami istri sekarang!" ralat Henry yang menyadarkan Elena pada kenyataan yang harus ia terima itu. Wajahnya seketika menunduk.Bagaimana bisa ia berkata seperti itu, sementara belum tentu juga Liam menganggap Elena sebagai istrinya. Elena telah mempermalukan dirinya sendiri, rasanya ia ingin membenamkan wajahnya dalam-dalam."El masih istriku, Henry! Sampai kapanpun hanya El yang akan menjadi istriku. Tidak akan ada wanita lain yang menggantikan posisinya sebagai Mrs. Payne!" sanggah Liam sambil mengarahkan wajah lembut Elena padanya,"Aku mencintaimu, El. Aku tidak mau kehilangan kamu lagi," ucap Liam dengan tulus. Ia dapat melihat mata Elena yang mulai berkaca-kaca, mata yang seolah mengatakan banyak hal yang tidak dapat terucap oleh mulutnya, dan saat bibir yang bergetar itu terbuka, rentetan kata-katanya menyirami hati Liam dengan pengakuannya,"Aku juga mencintaimu, Liam. Entah sejak kapan aku mu
Meski mulutnya menolak mengantar Liam ke rumah sakit dan lebih memilih Liam mati kehabisan darah, tapi pada akhirnya Henry tetap membantu Liam meski amarahnya pada sahabat baiknya itu belum memudar sedikit pun. Henry hanya tidak ingin membuat Elena semakin marah padanya. Mendengar keluhan Elena tadi sedikit banyaknya mempengaruhi suasana hati Henry, ia jadi merasa besalah pada Elena karena telah bertindak diluar sepengetahuan Elena.Saat ini mereka berada di ruang tunggu saat petugas medis melakukan CT scan pada Liam. Dan sudah berkali-kali juga Henry meminta Elena untuk duduk, alih-alih berjalan hilir-mudik menunjukkan kekhawatirannya pada Liam,"El, duduklah. Liam akan baik-baik saja. Sekedar patah hidung tidak akan membuat seseorang kehilangan nyawanya.""Hanya sekedar patah hidung? Bagaimana kalau ternyata hidung Liam yang bengkak itu menutup jalur pernapasannya? Liam akan kesulitan bernapas, Henry!""Kita sedang berada du rumah sakit sekarang, dokter pasti akan langsung mengambil