"Liam apa kamu di dalam?" tanya Jesslyn sambil mengetuk pintu kamar Liam dengan ragu-ragu. Sudah beberapa hari ini sejak Elena pergi, Liam nyaris tidak pernah keluar dari kamarnya. Kalau pun Liam keluar, itu hanya untuk menghadiri rapat atau bertemu dengan kliennya saja.Entah sudah berapa kali Jesslyn bertanya dan mengetuk pintu hingga punggung jarinya sakit, namun tidak jua mendapatkan respon dari Liam."Coba ketuk sekali lagi!" perintah mommy Yvette. Ia sangat mengkhawatirkan putranya itu."Aku takut Liam marah, Mom. Apa Mommy tidak menyadari kalau pelayan kita saja sekarang ini sangat berhati-hati saat berada di dekat Liam. Sepertinya mereka juga mengetahui kalau suasana hati Liam sedang sangat buruk.""Aahh, siapa yang mengira kalau Elena akan membuatnya seperti itu. Bahkan saat Mielda meninggalkannya dulu, Liam tidak sampai terpuruk seperti sekarang ini. Padahal hubungannya dengan Mielda jauh lebih lama dibandingkan dengan Elena.""Mungkin dengan Elena, meskipun terjalin dalam w
"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Liam pada Fynn. Ia sudah tahu sekarang kalau Fynn ternyata berteman dekat dengan Elena dan Henry. Liam memanggil Fynn keruangannya hanya untuk mencari tahu kabar terbaru Elena.Beberapa hari tanpa Elena, rasanya semangat hidup Liam berkurang. Ia merasa ada sesuatu yang menghilang dari dalam dirinya, namun ia sendiri tidak tahu bagian mana yang hilang itu."Masih belum mau kembali beraktifitas lagi. El lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah," jawab Fynn."Apa El sakit?""Hanya sedikit tidak enak badan, katanya. Pagi tadi saat saat aku berbalas pesan dengannya, El izin ke kamar mandi karena perutnya terasa mual. Mungkin asam lambungnya sedang kumat."Mual?Sebelumya Liam memang mengetahui kalau Elena memang memiliki penyakit asam lambung. Namun selama bersamanya Elena tidak pernah terlihat mual. Atau jangan-jangan ..."Fynn, apa tidak ada kabar lain dari Elena?""Kabar lain apa maksud anda, Mr. Liam?""Kabar bahagia atau semacamnya?"Mungkinka
Tidak mau melewati pintu depan yang telah dipadati tamu undangan, belum lagi harus melewati hall utama untuk mencapai danau buatan tempat ia dan Henry biasa menghabiskan waktu tiap kali Liam main ke rumah Henry, Liam memilih melewati pintu belakang yang biasanya hanya dilewati oleh para pelayan saja."My Lord, kenapa anda lewat jalan ini?" tanya salah satu pelayan yang berpapasan dengannya.Sambil tersenyum lembut Liam menepuk bahu pelayan pria itu saat menjawabnya dengan santai,"Tenang saja, saya sudah terbiasa lewat jalan ini bersama Henry. Tolong sampaikan padanya Liam sudah datang."Liam tidak perlu memberitahu Henry di mana ia akan menunggu pria itu. Karena Henry pasti akan langsung menuju tempat dimana mereka sering berkumpul."Baik, My Lord." Pelayan itu sedikit menunduk saat mengucapkannya.Perlahan Liam menuju danau buatan, satu-satunya tempat yang tidak terjangkau CCTV di Mansion besar itu. Karena jaraknya yang terlalu jauh dari rumah utama. Kalau pun terlihat hanyalah ber
"My Lord, ada penerbangan dari Honolulu menuju London, salah satu penumpangnya bernama Liam Payne. Apa ini pria yang anda maksud, My Lord?" lapor David asisten pribadi Henry sambil memperlihatkan list penumpang di salah satu maskapai besar yang duduk di kursi first class itu."Ya, itu pasti dia. Untuk apa pria sialan itu ke London? Apa mau mengganggu El Lagi? Jam berapa pria itu sampai?" tanya Henry dongkol. Ia dan Elena berusaha menutupi yang terjadi di Hawai dari keluarganya tapi Liam malah mendatangi mereka. Tidak bisakah pria itu membiarkan Elena tenang?Untung saja atas saran Victorino, Liam sudah membuat daftar hitam untuk Liam agar tidak bisa memasuki wilayah Britania Raya, baik melalui jalur darat, laut maupun udara. Jadi, akan ada yang melaporkan pada David jika Liam masuk ke negara itu. Dan Liam akan di deportasi ke negara asalnya."Kurang lebih empat jam lagi, My Lord," jawab David."Siapkan mobil, kita ke bandara sekarang!" perintah Henry."Anda tidak harus datang, My Lor
Henry membiarkan Liam menunggunya selama lebih dari satu jam di ruang interogasi. Karena pria itu sudah menyulitkan hidup Elena, maka ia akan mempersulit hidup sahabatnya itu juga. Biarkan Liam menyadari dengan siapa dia berurusan.Saat sampai di ruangan tempat Liam ditahan, Henry mendengar raungan pria itu karena pihak imigrasi telah menahannya tanpa alasan yang jelas. Pihak imigrasi memang tidak akan menjelaskannya, karena Henry yang akan memberitahu Liam secara langsung.Jadi, meski Liam mengucapkan berbagai ancaman sekalipun, petugas imigrasi itu sama sekali tidak meresponnya. Mereka hanya menunggu kedatangan Henry sebelum meniinggalkan mereka berdua."Ck, bisakah kau tenang saat berada di negara orang?" ledek Henry sebelum duduk di seberang meja Liam dengan santai."Henry, kau kah yang meminta mereka menahanku di sini? Kenapa?" cecar Liam."Tinggalkan kami!' perintah Henry tanpa mengalihkan perhatiannya dari sosok Liam yang terlihat luar biasa marah."Kenapa? Apa aku akan membiar
Satu bulan sudah berlalu sejak Elena memutuskan untuk meninggalkan Liam, dan Henry berhasil membatalkan pernikahan mereka.Meski Elena berusaha melupakan kebersamaannya yang begitu singkat dengan Liam, namun rasanya sangat sulit, karena meski hanya sebentar, kebersamaan mereka terlalu membekas tidak hanya di dalam pikiran Elena, tapi juga di hatinya.Elena sangat merindukan kebersamaannya dengan Liam, merindukan rutinitasnya dengan pria itu terutama saat di malam hari, juga di pagi harinya. Rutinitas yang sekarang ini hanya bisa Elena rasakan di dalam mimpinya.Bahkan Elena mendapati dirinya kecewa saat Liam tidak hadir di dalam mimpinya itu. Dan Elena akan bangun dengan suasana hati yang sangat buruk di pagi harinya. Meski mungkin hal yang sama tidak berlaku untuk Liam. Jelas sekali kalau Elena hanya rindu seorang diri dan mencintai seorang diri.Ya, kini Elena baru menyadari kalau ternyata Liam telah mencuri hatinya. Entah sejak kapan cintanya mulai berlabuh pada pria itu.Bukan tan
Hotel tempat Elena bermalam berada tidak jauh dari salah satu shopping street di kota itu. Di sepanjang jalan terdapat koleksi terbaik dari bermacam brand ternama, yang tidak hanya memanjakan mata, tapi juga akan menguras isi dompet para turis dari bermacam negara.Namun tujuan Elena saat itu buka ingin shopping, belum. Mungkin nanti setelah ia puas mengelilingi kota Paris, barulah ia belanja sebelum kembali ke hotel.“Jadi mau ke mana dulu kita? Mataharinya terik sekali, El. Tidak bagus untuk kulitmu,” tanya Eileen. Sejak tadi managernya itu selalu saja menggerutu. Tapi bukan Eileen namanya kalau tak bersuara satu menit pun.“Jalan tanpa arah,” jawab Elena dengan santai. Topi dan kacamatanya mampu menutupi identitasnya dari siapapun yang kemungkinan besar mengenalinya. Jadi ia dapat menikmati jalan santainya tanpa ada yang menghentikannya hanya untuk berswafoto atau meminta tandatangannya.“El, aku serius.”“Aku juga serius. Terkadang akan terlintas begitu saja tempat yang ingin aku
"Ya benar. Kamu sedang apa di sini?" tanya Elena.Padahal sebulan yang lalu mereka masih menjadi suami istri yang sangat bergairah. Tapi sekarang mereka berdua layaknya orang asing yang baru dipertemukan kembali, penuh dengan kecanggungan."Aku ... ""Liam, bagaimana kalau yang ini, bagus kan?" Suara seorang wanita di belakang Elena membuat Elena menoleh ke arahnya. Kedua matanya membola saat mengenali sosok wanita itu,"Mielda ... "Saat itulah Elena baru merasakan seperti apa rasanya sebuah hati yang hancur berkeping-keping. Hatinya.Ternyata benar, selama sebulan ini ia hanya mencintai seorang diri, merindukan seorang diri. Liam tidak memiliki perasaan yang sama dengannya."Elena, apa kabar?" Mielda mengulurkan tangannya dengan penuh percaya diri.Mungkin karena saat ini wanita itu merasa sedang di atas angin. Ya, bagaimana tidak? Dia telah berhasil membuat Liam kembali padanya dan melupakan mantan istri yang telah meninggalkannya.Haruskah Elena mengucapkan selamat pada mereka?M
Pernikahan Liam dan Elena dilangsungkan di salah satu hotel mewah di London. Sesuai dengan keinginan Liam, acara sakral itu diadakan secara tertutup. Tidak ada satu pun awak media yang diundang, bahkan tamu undangan tidak diperkenankan mengeluarkan ponsel mereka untuk mengabadikan acara itu, atau mereka akan berurusan tidak hanya dengan para bodyguard Foxmoore tapi juga pengawal kerajaan, karena Sang Ratu hadir juga di acara itu.Liam tidak pernah melepaskan rangkulan tangannya di pinggang Elena saat mereka menyapa tamu penting yang hadir, ia tidak peduli jika terlihat terlalu posesif, semua demi wanita yang ia cintai juga calon anak mereka yang tengah berkembang di dalam rahim istrinya."Bagaimana rasanya menikah untuk yang kedua kalinya dengan pria yang sama, El?" tanya Belinda dengan tatapan menggodanya."Rasanya jauh lebih indah yang kedua ini, Belle. Karena kami sudah sama-sama saling mencintai, tidak seperti pernikahan pertama kami yang terjalin karena keputusan impulsif kami sa
Awalnya Liam mau mengadakan press conference seorang diri, tapi Elena memaksakan dirinya untuk ikut juga dalam press conference itu. Karena ia pun akan menjelaskan juga berita yang tengah panas di berbagai media mengenai dirinya dan Liam.Mereka duduk berdampingan, sementara cahaya kamera berkali-kali menerangi wajah mereka, hingga akhirnya press conference itu dimulai. Liam yang lebih dulu memberikan penjelasannya."Seperti yang sudah kalian ketahui mengenai kejadian tidak menyenangkan di acara After Party, keberadaan saya di sana adalah untuk melindung tunangan saya, Lady Elena, wanita yang sangat saya cintai. Seseorang berniat jahat padanya, yang untungnya saya datang tepat waktu untuk menyelamatkannya," mulai Liam.Elena sungguh terharu, karena Liam mau mengakui perasaannya pada Elena di hadapan banyak wartawan. Mereka pasti akan kembali menjadi trending topik, dan menjadi tajuk utama di berbagai media, baik lokal maupun internasional."Tunangan? Kapan tepatnya kalian bertunangan
"Aku hamil?""Ya, Wifey. Gayle sedang membeli alat tes kehamilan untuk lebih memastikannya diagnosa Gemma. Karena tidak mungkin kamu membawamu ke rumah sakit sekarang tanpa menimbulkan skandal baru lagi.""Gemma di sini?""Kamu juga mengenalnya?""Sehari setelah aku kembali ke London, Henry langsung membawaku ke rumah Gemma untuk memastikan aku hamil atau tidak. Tapi saat itu semua alat tes kehamilan menunjukkan kalau aku negatif, pun dengan USG, tidak terdapat kantong kehamilan. Tapi, kenapa sekarang tiba-tiba aku hamil? Apa karena kita melakukannya lagi semalam? Tapi tidak mungkin juga kalau aku langsung hamil kan?" Elena mencecar Liam dengan pertanyaan.Liam merapikan selimut Elena saat menjawab, "Mungkin saja saat itu terjadi kesalahan. Nanti kita tanyakan lagi pada Gemma. Sekarang kamu mau apa? Ada sesuatu yang kamu idamkan?"Elena menggeleng pelan. Ia sedang tidak mengidamkan apapun, ia hanya merasa tersiksa dengan rasa mualnya saja. Lalu tiba-tiba saja Elena duduk saat tering
"Sejujurnya, saya lah pria yang El cium di pesta keluarga anda, My Lord. Skandal yang membuat anda mengusir El keluar dari Mansion anda, yang akhirnya El bertemu dengan saya dan menerima begitu saja tawaran pernikahan dari saya.""Kau! Jadi kau lah biang masalah dari semua ini! Kau yang membawa keburukan untuk El kami!" raung daddy Simon, pada akhirnya amarahnya terlepas juga setelah susah payah ia menahannya demi persahabatannya dengan ayah dari pria yang menghamili putrinya itu."Sebelumnya, saya sudah datang ke London untuk bertemu dengan El, juga memberikan penjelasan pada orang tua El mengenai hubungan kami di Miami. Tapi Henry langsung mendeportasi saya saat itu, jadi kesempatan saya untuk berterus-terang pada kalian hilang begitu saja, karena nama saya telah di blacklist di negara kalian.""Saya pun akan melakukan hal yang sama seandainya saya mengetahui masalahnya lebih dulu. Kau tidak tahu jadi semurung apa El saat kembali ke rumah kami. Tiap hari kami harus melihat raut kese
"Sebaiknya kita membawa El ke rumah sakit untuk memastikan diagnosa saya.""Kenapa? Apa ada masalah serius dengan El?" desak mommy Marie."Katakan saja, Gem. Apa diagnosamu itu?" Henry turut serta mendesaknya.Tatapan Gemma kini tertuju pada pria itu, “Henry aku sendiri pun tidak mempercayainya, tapi aku yakin sekali kalau saat ini El sedang hamil.”"Hamil?" tanya semua yang ada di sana, termasuk juga Lord dan Lady Foxmoore."Ya Tuhan, El!" pekik mommy Marie."Bagaimana bisa? El belum menikah dan terlebih lagi tidak memiliki kekasih! Pasti ada yang salah dengan diagnosamu," sangkal daddy Simon."Maka dari itu saya sarankan untuk mendapatkan hasil yang akurat, lebih baik kita membawa El ke rumah sakit. Atau adakah di antara kalian yang bisa pergi keluar untuk membeli alat tes kehamilan?""Tunggu dulu, kalau memang benar El hamil, lalu siapa ayah dari janin di dalam kandungannya itu? Selama ini El tidak dekat dengan pria manapun kecuali ... "Mommy Marie tidak berani melanjutkan, terl
"Aku pun demikian, Dad. Jadi tenang saja, aku sudah menyiapkan hukuman yang teramat pedih untuk pria itu di selnya nanti," jelas Henry. Ia telah membayar seseorang untuk memastikan pria itu hanya tinggal nama dalam beberapa hari ini."Bagus! Itu baru calon Duke of Foxmoore!" puji daddy Simon."Tapi bagaimana kita akan menjelaskan pada masyarakat yang sudah kadung melihat foto-foto El di pesta itu yang sudah disebar berbagai media? Juga foto saat seorang pria membawa El masuk ke dalam mobilnya?""Untuk pria yang membawa El masuk ke dalam mobilnya, anda tidak perlu mencemaskannya, My Lady. Karena pria itu adalah aku. Dan aku sudah menyiapkan konferensi pers untuk memberikan penjelasan atas kejadian itu. Aku akan memulihkan kembali nama baik Elena," jelas Liam, ia menahan dirinya untuk tidak meraih tangan Elena untuk meremasnya, atau menarik tubuh Elena agar bersandar padanya.Dari yang Liam lihat, orang tua Elena belum mengetahui hubungan mereka. Jadi Liam tidak bisa begitu saja memprok
Sesampainya di lobby hotel, mereka dikejutkan dengan kehadiran Lord dan Lady Foxmoore di sana. Kedua orang tua Elena itu langsung berderap mendekati mereka, tatapannya hanya tertuju pada sosok Elena saja, membuat jantung Elena berdegup dengan kencangnya,'Apa Mommy dan Daddy sudah mengetahui pernikahan rahasiaku dengan Liam? Apa sudah saatnya aku mengakui semuanya pada Mommy dan Daddy?' batinnya bertanya-tanya."El, putriku! Apa kamu baik-baik saja? Siapa pria kurang ajar yang berniat jahat padamu?" cecar mommy Marie sebelum memeluk Elena."Mom, aku baik-baik saja. Liam datang di saat yang tepat, dia sudah menolongku," jawab Elena sambil membalas pelukan mommy Marie."Liam? Siapa Liam, Sayang?"Elena melepaskan dirinya dari pelukan mommy Marie untuk menarik Liam mendekat ke arahnya,"Kenalkan Mom, Dad, ini Liam. Aku tidak dapat membayangkan akan sehancur apa hidupku jika Liam tidak datang tepat waktu dan membawaku keluar dari pesta itu."Liam mengulurkan tangannya bergantian untuk men
"Rumah tangga? Astaga El. apa kamu sudah kehilangan ingatan? Kalian sudah bukan lagi suami istri sekarang!" ralat Henry yang menyadarkan Elena pada kenyataan yang harus ia terima itu. Wajahnya seketika menunduk.Bagaimana bisa ia berkata seperti itu, sementara belum tentu juga Liam menganggap Elena sebagai istrinya. Elena telah mempermalukan dirinya sendiri, rasanya ia ingin membenamkan wajahnya dalam-dalam."El masih istriku, Henry! Sampai kapanpun hanya El yang akan menjadi istriku. Tidak akan ada wanita lain yang menggantikan posisinya sebagai Mrs. Payne!" sanggah Liam sambil mengarahkan wajah lembut Elena padanya,"Aku mencintaimu, El. Aku tidak mau kehilangan kamu lagi," ucap Liam dengan tulus. Ia dapat melihat mata Elena yang mulai berkaca-kaca, mata yang seolah mengatakan banyak hal yang tidak dapat terucap oleh mulutnya, dan saat bibir yang bergetar itu terbuka, rentetan kata-katanya menyirami hati Liam dengan pengakuannya,"Aku juga mencintaimu, Liam. Entah sejak kapan aku mu
Meski mulutnya menolak mengantar Liam ke rumah sakit dan lebih memilih Liam mati kehabisan darah, tapi pada akhirnya Henry tetap membantu Liam meski amarahnya pada sahabat baiknya itu belum memudar sedikit pun. Henry hanya tidak ingin membuat Elena semakin marah padanya. Mendengar keluhan Elena tadi sedikit banyaknya mempengaruhi suasana hati Henry, ia jadi merasa besalah pada Elena karena telah bertindak diluar sepengetahuan Elena.Saat ini mereka berada di ruang tunggu saat petugas medis melakukan CT scan pada Liam. Dan sudah berkali-kali juga Henry meminta Elena untuk duduk, alih-alih berjalan hilir-mudik menunjukkan kekhawatirannya pada Liam,"El, duduklah. Liam akan baik-baik saja. Sekedar patah hidung tidak akan membuat seseorang kehilangan nyawanya.""Hanya sekedar patah hidung? Bagaimana kalau ternyata hidung Liam yang bengkak itu menutup jalur pernapasannya? Liam akan kesulitan bernapas, Henry!""Kita sedang berada du rumah sakit sekarang, dokter pasti akan langsung mengambil