Ruang keluarga di mansion Atmaja tampak lengang. Hanya suara isak tangis Sandra sesekali terdengar, memecah keheningan. Sofa mewah bergaya eropa yang ditata di sudut ruang, biasanya menjadi tempat ternyaman untuk keluarga Sandra dan Erick. Biasanya mereka akan saling bersendau gurau, sebelum terungkap fakta yang sebenarnya.Miska biasanya akan menjadi bintang dalam keluarga itu, karena Sandra selalu memanjakannya melebihi apapun. Dan sejak terungkap kenyataan bahwa Erick bukan papi biologis Miska, seolah gadis itu menarik diri, membuat semua terasa berbeda. Hal itu mengundang kesedihan dalam hati Sandra. Terlebih hari ini Miska dijemput oleh polisi dengan sebuah tuduhan penculikan, bagaimanapun hati seorang ibu akan sangat bersedih melihat anaknya dituduh melakukan tindakan kriminal.Mereka berempat duduk saling berjauhan, tak saling bicara hingga berpuluh-puluh menit. Setelah polisi membawa Miska pe
David, lawyer yang akan menjadi pembela Alex dalam kasus penculikan ini terus mengabarkan perkembangan kasusnya pada Dean Arga Dinata dan Alex waktu demi waktu.Siang ini, saat mereka berdua mengunjungi Alex di penjara. Dean harus berjumpa kembali dengan Alexa, mantan istrinya. Dean memilih untuk menunggu sampai Alexa menyelesaikan urusan dengan putranya, daripada ikut nimbrung dalam obrolan dengan mereka.Pasca bercerai dengan wanita itu, dia nyaris selalu menghindari pertemuan dengannya. Sebisa mungkin dia tidak akan memberi kesempatan untuk dirinya kembali melihatnya, atau hatinya akan kembali terluka.Selama ini hanya sekali atau dua kali dalam sebulan Alexa menemui Alex. Mengajaknya berjalan-jalan atau kadang menginap di rumah orang tua Alexa. Itupun selalu dilakukan saat Dean tidak sedang di rumah. Jadi selama puluhan tahun, nyaris mereka tidak pernah saling sapa.
SuasanaL'Avenue Restaurant siang ini begitu tenang, meskipun banyak pengunjung yang makan siang di sini. Akan tetapi hati Hanzel justru malah bertolak belakang, dia tampak gusar, sejak tadi dia bolak-balik melirik Oris Aquis Titan yang melingkar dipergelangan tangannya. Dia tampaknya sedang tak sabar menunggu kedatangan seseorang. Ya, siang ini dia sudah janjian makan siang dengan Finn di restoran ini.Beberapa hari ini dia tampak sibuk dengan urusan perusahaan. Hari inipun juga dia masih berkutat dengan kesibukan yang sama, meeting dengan rekan bisnis untuk proyek yang akan mereka garap bersama.Sejak pagi Hanzel sudah berada di tempat ini, di meeting room restoran yang bergaya chic-etno-bistro ini dengan rekan bisnisnya. Hingga setengah jam sebelum jam makan siang, Finn mengajaknya untuk makan siang bersama. Jadilah Finn yang harus datang menemui Hanzel di restoran itu.
Anne masih berada di dalam ruang kelas menjahit, mengajari anak-anak penyandang tuna rungu belajar memotong pola membuat kemeja. Cita-cita gadis ini ingin menumbuhkan kemandirian dan jiwa wirausaha pada anak didiknya. Supaya suatu saat mereka bisa menggunakan semua ketrampilan yang telah dipelajari untuk mencari nafkah. Anak-anak telah membereskan semua alat belajarnya, karena kumandang adzan dhuhur telah terdengar. Biasanya memang mereka belajar sampai sebelum jam makan siang. Anne selalu rutin mengakhiri tepat ketika kumandang azan dhuhur terdengar dari masjid yang tidak jauh dari yayasan mereka. Setelah kejadian penculikan itu, Anne lebih banyak menghabiskan waktunya di yayasan, karena Hanzel melarangnya keluar dari yayasan. Terlebih jika keluar sendirian tanpa pengawalan dari dia ataupun Finn. Kadang pria itu terlihat terlalu over protektif pada dirinya, tapi gadis itu
Senin pekan lalu persidangan kasus penculikan Anne sudah berjalan. Sidang yang cukup fenomenal karena dihadiri 4 keluarga konglomerat yaitu, keluarga Atmaja, Sudjatmiko, Arga Dinata dan Adi Wijaya.Pada persidangan yang pertama pekan lalu, kuasa hukum Alex telah mengajukan eksepsi terhadap dakwaan penuntut umum, pihaknya siap menghadirkan saksi yang untuk membuktikan tidak ada keterlibatan Alex dalam kasus ini. Kuasa hukum Alex menjelaskan bahwa keberadaan Alex di TKP adalah jebakan dari seseorang yang ingin mengkambing-hitamkan diri Alex.Sementara agenda sidang hari ini adalah pemeriksaan barang bukti yang di ajukan oleh penuntut umum, juga saksi-saksi terkait. Semua orang yang terkait dalam kasus ini telah hadir di ruang sidang.Miska tampak duduk tertegun di samping lawyer keluarga Atmaja. Sorot matanya kosong, dengan rambut yang diikat serampangan, bahkan cenderung awut-awutan. Bertolak bel
Anne tidak tahu pria yang ada di sampingnya ini mau mengajaknya kemana. Gadis itu terlihat begitu kecewa, wajah mendung berselimut duka terpancar dari wajahnya yang ayu. Rasanya dia telah kehilangan kepercayaan dirinya untuk bisa lepas dari cengkeraman saudara sepupunya ini.Dia pasrah jika memang benar Raka ingin membunuhnya, mungkin memang hanya sampai di sini saja kisah hidup yang harus dia lewati.Jika dia pernah bermimpi bisa menikah dan hidup dengan nyaman menjadi istri dan melahirkan anak-anak untuk Hanzel, sepertinya gadis itu harus berusaha untuk memupus semua harapannya.Sekarang mereka berdua telah berada di Surabaya, sudah melarikan diri sejauh ini dan Anne tidak melihat keberadaan mobil yang membututinya, sejak mereka pindah di mobil ini. Mungkin Finn dan Hanzel telah kehilangan jejak mereka, batin Anne berkata."Ann, elo harus dengerin penjelasan
Melihat Anne berjalan meninggalkannya, Raka segera berlari mengejar gadis itu. Pria ini tahu betul apa yang dirasakan gadis di hadapannya kini, saat ini Anne merasa sangat kecewa dan terluka padanya.Dia telah membuat skenario penculikan, setelah itu menawarkan persahabatan padanya, dan hari ini dia kembali melarikan gadis ini. Mungkin kesalahannya tidak bisa dimaafkan.Tapi bagaimana lagi, dia bahkan tidak menyangka akan terjebak dengan rasa yang tidak seharusnya dia miliki. Demi seorang Anne, dia bahkan telah melupakan ambisinya untuk menguasai kekayaan Atmaja. Cukuplah sekarang dia melarikan gadis ini, dan menikah dengannya, itu sudah lebih dari cukup.Tidak perlu lagi merebutkan harta Atmaja, hatinya memilih. Kali ini dia harus membawa Anne jauh meninggalkan ibu kota, supaya dia bisa hidup bersama Anne tanpa ada gangguan siapapun."Apa salahku, Ka. Hingga k
Bandara soekarno-Hatta hari ini tampak ramai seperti biasanya. Hilir mudik penumpang menjadi pemandangan yang biasa, seperti halnya di tempat umum lainnya. Dua orang pria dengan dandanan yang kusut, meski tidak mengurangi kadar ketampanan mereka, tampak duduk dengan malas di salah satu sudut. Mereka berdua adalah Hanzel dan Finn, keduanya masih mengenakan pakaian yang sama seperti saat mereka mengejar Raka dan Anne.Polisi masih sibuk berjaga-jaga di sepanjang bandara Soekarno-Hatta. Sudah dua hari akses di bandara di jaga ketat oleh mereka, dengan alasan untuk mengejar buronan melarikan diri.Wajah Hanzel tampak kacau, wajah kuyu, rambut acak-acakan mata kurang tidur. Pemandangan yang tak biasanya tampak pada pria tampan itu.Ini adalah kali kedua Hanzel merasa frustasi, sebelumnya saat dia semalaman memikirkan keselamatan Anne saat disekap, kini bahkan keberadaannya dimana belum diketahu
Suasana tenang melingkupi area pemakaman Al Azhar memorial garden. Sepeninggal Dewangga pulang bersama polisi, Atmaja-pun pulang dianter Federick, sementara Anne ditemani Hanzel melanjutkan sekalian ziarah di makam orang tuanya. Apalagi besok adalah hari pernikahan mereka.Keduanya tampak khusyuk bersimpuh di depan dua makam di depan mereka. Di batu nisannya, bertuliskan Darren Atmaja, sementara yang satunya Sherly Putri Sudjatmiko. Ya, mereka adalah mama dan papa Anne."Ma, Pa, dia adalah pria yang mama pilihkan untuk Anne, namanya Hanzel," gumamnya di atas pusara orang tuanya.Dua netra bening telah dipenuhi dengan kaca-kaca yang hanya dengan sekali kedipan mata, akan luruh menjadi hujan."Om, Tante, terima kasih telah mempercayai saya untuk menjadi penjaga wanita ini, saya akan berusaha keras untuk menjaganya. Besok kami akan menikah, tenanglah di sana, semoga Allah menempatkan kalian di syurga-Nya," gumam Hanzel di depan pusara kedua orang tua Anne.
Dua orang pria tua duduk saling berhadapan dan saling membisu, tatapan mata keduanya bertemu akhirnya saling membuang wajah. Puluhan menit berlalu, tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibir keduanya."Kau ga ingin menghajarku?" tanya pria tua yang memakai baju Oren bertuliskan tahanan di punggungnya."Kau meledekku, hah? berdiri saja aku tidak mampu," jawab pria tua yang duduk di kursi roda."Tak kusangka Andini memilih pria lemah sepertimu," ejek pria berbaju oren.Keduanya tertawa miris. Ya, mereka adalah Atmaja dan Dewangga. Setelah sekian puluh tahun tak saling bertemu, tak saling menyapa, dan tak saling memberi kabar, akhirnya kini Tuhan mempertemukan mereka, di tempat yang tidak seharusnya.Ya, kini Dewangga ada di dalam penjara. Di tempat yang sama dengan Raka ditahan.Pagi ini Atmaja menjenguknya, menjenguk pria yang telah menghabisi anak semata wayangnya, Darren Atmaja."Apa tempatnya nyaman untukmu?" tanya At
Anne melangkah turun dari mobil dengan terburu-buru, sementara Hanzel mengawalnya di belakang. Mereka kini telah berada di kantor polisi, untuk menemui kakek Dewangga. Ada banyak pertanyaan yang berputar-putar dalam benaknya tentang alasan Dewangga menembak Raka. Anne menangkap keanehan tentang sikap Dewangga padanya. Mestinya pria tua itu tidak perlu mengorbankan dirinya meringkuk di penjara untuk orang yang baru sehari dia kenal, bukankah ini sangat aneh?Akan tetapi gadis itu sangat bersyukur pria tua yang baru dia kenal kemarin, telah melakukan sesuatu untuk mereka di saat yang tepat. Anne tidak bisa membayangkan jika Dewangga datang terlambat satu menit saja, akan lain ceritanya. Pasti saat itu kepala Hanzel yang harus terluka terkena pukulan Raka. Bagaimanapun semua pertanyaan itu harus terjawab hari ini.Finn yang sudah lebih dulu di kantor polisi, menyambut mereka dengan wajah penuh tanya."Kenapa, Hanz?" tanya Finn."Kakek Dewangga," jawab Hanzel
"Bunuh aku sekarang, Ka, aku ikhlas jika harus mati sekarang," jawab Anne lemah.Raka tertawa melihat Anne meringkuk di sudut kamar sambil ketakutan. Kemudian pria itu berjalan mendekatinya dengan bertelanjang dada, sementara Anne tampak semakin panik dan ketakutan tidak tahu harus berbuat apa. Hiks ..."Hahaha ... kemari, Ann!" ujar Raka di sela tawanya."Jangan mendekat, Ka!" pekik Anne."Hey, jangan teriak-teriak, Ann," ujar Raka menahan tawa."Pergi, Ka, pergi!" jerit Anne, mulai terisak.Raka geli melihat ekspresi Anne yang ketakutan. Padahal dia sebenarnya hanya bermaksud mengerjainya saja, supaya Anne berkata bersedia menjadi istrinya, tidak di sangka Anne benar-benar ketakutan melihatnya melepaskan kaosnya. Gadis itu mengira Raka akan melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya, hingga membuatnya ketakutan. Baginya ini lebih menakutkan daripada dibunuh."Ann, udah, aku cuma becanda, ya ampun," hibur Raka, tapi Anne terlan
Hari ini Anne masih di Senggigi, semalam mereka menginap di resto milik Raka di tepian Senggigi. Karena setelah usai menikmati sunset, Anne tampak sudah terlalu lelah jika harus diajak pulang ke villa yang telah mereka sewa.Sementara Dewangga juga menginap di tempat yang sama atas permintaan Anne. Meskipun Raka keberatan, tapi akhirnya mengalah karena Anne bersikeras memberi tumpangan pada dewangga untuk menginap tadi malam.Siang ini Raka berniat mengajak Anne kembali ke villa, tapi Anne memaksa untuk membawa serta Dewangga bersama mereka. Raka tidak habis pikir dengan Anne, kenapa gadis itu begitu memaksa untuk memberi tumpangan pada Dewangga, padahal dia adalah orang asing.Kini mereka berdebat di tepi pantai."Ann, dia hanya orang asing, jangan terlalu baik," protes Raka ketika Anne memintanya untuk mengajak Dewangga sementara tinggal bersama mereka di villa."Ka, dia seusia kakek Atmaja, apa kamu ga kasihan?" bujuk Anne.Raka mem
Pintu kedatangan bandara internasional Zaenudin Abdul Madjid Lombok siang ini sangat padat, di luar tampak beberapa petugas sedang menunggu kedatangan Hanzel dan Finn serta dua polisi Surabaya yang terbang dari bandara Juanda sebelum dhuhur tadi."Kami sudah menunggu di luar, Pak," jawab salah satu polisi yang di dadanya tertulis nama Kompol Zakaria menjawab panggilan dari rombongan Hanzel."Baik, kami tunggu," jawabnya lagi seraya mematikan panggilan.Dia lalu memberikan informasi kepada anak buahnya untuk bersiap karena yang ditunggu sedang menuju di luar."Kalian bersiap, mereka sudah berjalan kemari," titahnya pada anak buah yang mendampingi."Siap, Ndan," jawab mereka serempak.Tak berapa lama kemudian, yang mereka tunggu telah muncul dari pintu keluar bandara, hingga terbit senyuman sang komandan seraya berjalan mendekat."Mari, Pak Finn, Pak Hanzel," sapanya.Mereka saling berjabat tangan, kemudian memberikan infor
Federick mendatangi mansion Atmaja bersama Elena. Mereka berdua merasakan ada kekhawatiran terhadap kondisi Atmaja, sejak beberapa hari lalu dia antar pulang dari kantor polisi, Federick belum sempat menengok ke mansion kakeknya Anne. "Bagaimana kabar anda, Pak Atmaja?" sapa Federick begitu Atmaja muncul didepannya. "Aku harus sehat sampai Anne ditemukan," jawab Atmaja diplomatis. Federick mengangguk membenarkan ucapan Atmaja. "Benar, anda harus sehat, mungkin Dewangga akan menghubungi anda, jika benar orang yang menguntit Anne selama ini adalah dia," saran Federick. Meski Atmaja ragu dengan ucapan Federick, tapi pria tua yang duduk di kursi roda itu yakin satu hal. Jika dulu Dewangga bisa khilaf karena kemarahannya pada Atmaja, hari ini dia pasti akan menyesali tengah membunuh anak dari wanita yang dicintainya. Karena Dewangga hanya terlalu mencintai. "Ada perkembangan informasi dari Surabaya?" tanya Atmaja. "Barusan, se
"Jadi, Kakek, menginap dimana nanti malam?" tanya Anne."Bolehkah, aku ikut bersamamu, Ann?" tanya Dewangga parau.Anne terkesiap, bukan maksud hati menolak, tapi keadaan dirinya saja hari ini sedang ditawan oleh Raka. Mana mungkin Raka mengijinkan ada orang asing bersama mereka. Entah kenapa Anne merasa bisa langsung akrab dengan kakek ini, padahal hari ini adalah pertemuan pertama mereka. Anne terdiam, dia menghela napas panjang."Apa kamu keberatan, Ann?" tanya Dewangga pelan."Bu-bukan begitu, Kakek. Tapi ....""Aku yang keberatan," sahut Raka seraya berjalan mendekat."Sudah kuduga," cibir Dewangga.Dewangga selama ini mengawasi Anne tentu saja sangat tahu detil apa yang sesungguhnya terjadi. Benar, pria tua ini bukan secara kebetulan bertemu dengan Anne di pantai senggigi, melainkan dia sengaja mengikuti Raka dan Anne.Tidak ada satu peristiwa pun yang terlewat dari pengamatan pria tua ini, ketika anak buahnya mengaba
"Mereka sudah ditemukan, Finn?" tanya Hanzel penasaran.Keduanya berjalan ke parkiran dengan terburu-buru karena rasa penasaran telah mendera mereka tentang keberadaan Anne yang sudah 4 hari ini hilang belum di temukan jejak keberadaannya.Finn menarik lengan Hanzel, mengajak berjalan lebih cepat menuju mobilnya ketika mereka sudah sampai di tempat mereka memarkirkan mobil."Ann, hari ini aku akan menemukanmu," gumam Hanzel berharap.Lumpia dan beberapa makanan lain yang tadi dia beli di geletakkan begitu saja di jok belakang. Rasa penasaran telah mengalahkan rasa lapar yang tadi terasa membuncah ingin segera diberi makan."Gue harap setidaknya jejaknya telah ditemukan, Hanz. Mereka jelaskan detilnya di hotel," jawab Finn.Hanzel mengangguk. Mereka meluncur meninggalkan tugu pahlawan Surabaya, kembali menuju hotel. Hanzel begitu berharap jejak Anne telah ditemukan, setidaknya bisa melanjutkan pencarian dengan pasti. Tidak hanya sekedar