Beranda / Romansa / Sebenarnya Dia Mesum Ma! / 32. Jangan Ada Rahasia Diantara

Share

32. Jangan Ada Rahasia Diantara

Penulis: Biru Langit
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-01 09:34:31

Aku kaget dan melempar paket itu sampai ke balkon kamarku. Isinya adalah boneka yang dipotong-potong dan berlumuran darah. Tangan ku dan tubuhku gemetaran. Aku sampai tidak bisa berdiri. Aku duduk di atas lantai yang dingin. 

Ternyata terornya masih belum berhenti. Sekarang tidak hanya menggunakan pesan saja. Sekarang bahkan orang itu menerorku di dunia nyata. 

Aku juga sangat kaget dan berteriak kencang. Saat Serafin dengan mudahnya melompat ke balkon kamarku. Matanya langsung berkilat marah. Saat melihat isi paket yang aku dapatkan.

Dia langsung menendang paket itu sehingga tidak bisa dijangkau oleh pandangan mataku. Dia kemudian mendekati aku dan langsung memelukku. 

Tubuhku masih terasa sangat gemetaran. Serafin dengan lembut mengusap punggungku dan me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   33. Melawan Rasa Takut

    Setelah aku memikirkan semuanya. Aku mulai melawan rasa takutku. Akan kupastikan, tidak akan kalah dari peneror itu.Aku mulai mengaktifkan handphone-ku. Menyimpan semua bukti teror dengan rapi. Sehingga nanti aku mudah untuk membawa semua ini kejalur hukum. Walaupun kadang aku masih gemetaran saat mendapat pesan teror."Aku tidak boleh takut lagi," kataku penuh tekat. Mataku masih saja tidak terbiasa saat melihat pesan ancaman dan poto-poto seram yang dikirim oleh orang itu.Serafin juga selalu memberikan dukungan penuh padaku. Walaupun semuanya tidak mudah, tapi kami selalu berjuang. Kami juga mencari tau siapa peneror itu dan apa motifnya.Walaupun aku curiga kalau itu ulah tanteku. Dia pasti akan terus mengusikku. Sampai tujuannya tercapai, yaitu me

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   34. Memulai Aksi Jebakan

    Aku dan Serafin mulai mengumpulkan bukti untuk menjerat penerorku. Serafin juga tentunya meminta bantuan si dingin Alaska.Alaska Sempat protes dan mengatakan jika dia bukanlah ahli IT. Walaupun begitu dia benar-benar mau membantu. Akhirnya dia menyuruh salah satu anak IT yang memang punya kemampuan untuk melacak nomor itu.Semuanya berjalan alot, karena orang ini ternyata cukup lihai. Walaupun begitu aku tidak mau menyerah. Akhirnya kami mulai merancang jebakan untuk orang itu."Mulai sekarang aku akan sering keluar sendiri," kataku pada Serafin dan Alaska."Bukan keluar sendiri, tapi kelihatan keluar sendiri. Gue nemenin lo kok," kata Serafin meralat ucapanku. "Diam-diam pastinya dari penerornya.""Kerjaan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   35. Pernyataan Suka Naral

    Saat aku keluar dari ruangan B. Naral masih mengikuti aku. Dia benar-benar tidak melepaskan aku. Dia seperti lem instan yang menempel kuat. Bahkan tadi dia duduk di sebelahku.Sepanjang jam mata kuliah. Naral terus menatapku secara intens. Benar-benar membuatku tidak nyaman. Namun aku mencoba untuk mengabaikannya."Jangan ngikutin gue terus," kataku kesal. Naral hanya tersenyum dan terus mengikuti aku dari belakang."Gue gak ikutin lo kok," kata Naral, tapi ucapannya tidak sesuai dengan perilakunya. Dia tetap mengekori layaknya anak ayam."Naral," kataku kesal di hanya tersenyum saja.Akhirnya aku membiarkan Naral mengikuti aku. Aku memilih untuk ke kantin kampus. Di kantin kampus aku memesan mie ayam

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   36. Peneror itu

    Selama jam mata kuliah aku benar-benar deg-degan. Takut ketahuan jika Serafin adalah murid gelap. Untung saja tidak ada yang sadar jika dia bukanlah mahasiswa disini.Kesadaran mereka malah tersedot pada ketampanan Serafin. Banyak dari mereka yang bertanya-tanya. Kenapa baru melihat mahasiswa setampan ini sekarang.Bahkan ada yang menghampiri kami. Dia mengamati Serafin dengan seksama. Lalu kemudian mengambil kursi di depan kami dan menyeretnya ke depan meja kami berdua."Kok baru lihat kamu di kelas ini?" tanyanya dengan penasaran. "Pasti sering titip absen ya," katanya lagi ramah."Iya kak. Sering titip absen," kata Serafin polos. Dia benar-benar seperti maba (mahasiswa baru) yang sedang didekati oleh senior. Sopan dan terlihat berakhlak mulia.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-04
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   37. Tidak Tertangkap

    Walaupun peneror itu tidak tertangkap, tapi Serafin berhasil membuat kehebohan di kampusku. Dia kembali dengan wajah senang dan tersenyum padaku.Serafin kemudian merebahkan kepalanya di bahuku. Orang-orang yang ikut mengejar sekarang sudah bubar.Wajah Serafin yang memerah dan nafasnya yang sedikit ngos-ngosan. Membuatku merasa kasihan. Aku menyeka keringat yang ada di pelipisnya."Capek juga lari ngejar orang yang gak kita suka. Kalau ngejar Lunar, ke ujung dunia pun, gue kejar," katanya pelan dengan kepala masih di sandarkan di bahuku."Gue gak bakal lari sejauh itu juga Serafin," kataku mengelus rambut lebat Serafin.Serafin mendongakkan kepalanya dan mata kami bertemu. Dia tersenyum dan meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-04
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   38. Rahasia Apa?

    Pagi ini aku sudah terbangun karena ulah tetangga sebelah. Dia masih melanjutkan aksi menjadi alarm hidup untukku.Kali ini juga tidak kalah luar biasa. Dia membangunkan aku. Dengan menerbangkan drone yang ditempel mp3.Lagu indah mengalun dengan merdu. Sementara sang pemilik drone duduk di kursi balkon nya. Melambaikan tangan dengan senang saat melihat aku keluar menuju balkon."Selamat pagi calon ibu anak-anakku," katanya dengan senyum manis tiada duanya.Di meja milik Serafin, tersaji teko yang aku yakin berisi teh. Cangkirnya juga diisi penuh teh. Serafin minum dengan anggun. Dia mengangkat tehnya ke arahku."Lunar bagaimana tidurmu? Nyenyak?""Ny

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   39. Mengunjungi Makam Papa

    Hari ini aku dan Serafin berniat mengunjungi kuburan papa. Aku ingin memperkenalkan laki-laki yang akan menjadi calon imamku di massa depan.Walaupun jalan untuk itu masih sangat panjang. Aku ingin Serafin menemui papaku. Sayang sekali, Serafin hanya bisa mengunjungi papaku saat papa sudah tiada.Seandainya papa masih hidup. Aku benar-benar ingin tahu bagaimana reaksinya. Anak perempuan satu-satunya, membawa seorang laki-laki yang istimewa.Semua itu kini hanya angan-angan yang tidak bisa diwujudkan lagi. Papa sudah terlebih dahulu berpulang. Serafin tidak bisa lagi berjabat tangan dengan papa."Lunar udah siap," kata Serafin saat aku sudah berada di ruang keluarga rumahku.Seperti biasa dia sedang men

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   40. Hubungan Lebih

    Melihat tante Wenda dengan wajah sembab saat meninggalkan makam papa. Membuat otakku berpikir sangat keras.Aku yakin hubungan mereka tidak ada yang istimewa. Namun saat aku melihat kejadian ini. Pemikiranku runtuh seketika.Tante Wenda tidak mungkin menangis hingga wajahnya sembab. Kalau hanya memiliki hubungan yang biasa dengan papa. Dia tidak perlu repot-repot terus menaruh bunga di makan papa tiap hari."Gua benar-benar gak tau kalau tante Wenda sering banget ke makam papa. Tante Wenda pasti sayang sekali pada papaku," kataku dengan nada sinis yang bahkan tidak bisa ku sembunyikan.Serafin mengelus rambutku dan tersenyum padaku. Matanya seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi bibitnya tertutup sangat rapat."Gak usah dipikirkan terlalu jauh. Aku yakin jika papamu dan tante Wenda tidak ada hubungan apapun selain persaudaraan.""Hanya saudara," kataku mencoba berpikir positif. Walaupun di dalam kepalaku berputa

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12

Bab terbaru

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   68. Lagi-lagi Kejutan

    Sebenarnya aku ingin bertanya ke mana Serafin akan membawaku. Namun aku mencoba untuk menahan diri dan menantikan kejutan dari dirinya. aku sangat yakin kali ini pun kejutannya pasti sangat istimewa. Serafin memang tidak pernah gagal memberikan sesuatu untukku. Dia selalu bisa memikirkan hal yang sebelumnya tidak pernah ada di benakku. "Lunar, sepertinya kita akan pulang telat malam ini. Lo nggak papa kan?""Nggak apa-apa kok kalau kita pulang telat. Tapi kayaknya gue mau minta izin ke mama dulu. Biar mama nggak khawatir nantinya," kataku sambil mengambil ponsel dari dalam tasku. Ingin menghubungi Mama agar dia tahu kalau aku pulang telat. "Gue udah minta izin ke mama, lo, kok. Mama, lo, juga udah ngijin kita pulang telat." Kalau Serafin yang meminta izin kepada Mama pasti diizinkan. Karena serafin adalah salah satu orang yang paling dipercayai Mama di dunia ini. Serafin juga adalah calon mantu idaman mama. Jadi meminta izin dari mama bukanlah hal yang sulit untuknya. Apalagi Seraf

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   67. Lea Terluka

    Pagi-pagi sekali aku langsung ke kantor. Tentu saja untuk melaksanakan proses pemecatan pada direktur keuangan yang bekerja di perusahaan cabang.Suat aku memasuki ruangan, aku melihat jika tante wenda, melempar asbak ke kepala Lea. Sehingga darah langsung mengucur kewajah cantiknya. "Tante apa-apaan ini?" Kataku dengan nada marah yang tidak bisa disembunyikan. Aku langsung menghampiri Lea dan menekan kepalanya yang terluka. Sehingga darahnya juga membasahi tanganku. "Kamu tidak apa-apa Lea?" tanyaku dengan khawatir. Tentu saja itu pertanyaan yang sangat bodoh. Saya sedang terluka sekarang dan tentunya dia tidak baik-baik saja. "Jangan ikut campur urusan tante," katakan Wenda dengan nada yang arogan. "Kamu sudah lancang! Bisa-bisanya kamu melakukan proses pengecatan tanpa membicarakan yang terlebih dulu dengan tante," katanya marah dengan wajah yang memerah. Aku juga menatap tante wenda dengan tajam."Aku tidak lancang. Itu memang seharusnya aku lakukan," kataku menantang tante

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   66. Pasar Malam

    Ternyata cepat sekali kabar sampai ke telinga tante Wenda. Dia langsung mengirimi aku pesan. Namun aku abaikan.[Kenapa kamu bertindak tanpa sepengetahuan tante? kamu sudah berani lancang ternyata!]Aku tidak ambil pusing. Aku juga sengaja tidak mengatakan masalah pemecatan pada tante Wenda. Kalau aku mengatakan. Dia pasti akan mencari cara untuk menyingkirkan bukti. Dia pastinya akan mempersulit aku. Biarkan saja dia mengamuk sesuka hatinya. Aku tidak peduli, bagiku sekarang yang paling penting adalah perusahaan cabang selamat. Yah, walaupun aku belum tau bagaimana cara menyelamatkan perusahaan cabang. "Lunar, mau pergi denganku malam ini?" kata Serafin berteriak dari balkon kamarnya. Aku keluar dari kamarku dan berjalan menuju balkon."Mau kemana?""Pasar malam. Di daerah sini ada pasar malam. Mau pergi?" katanya lagi. Serafin berdiri bersandar di pagar balkon. Rambutnya yang berantakan telihat indah kerena pantulan lampu balkonnya. "Gue mau ganti baju dulu.""Oke. Gue tunggu

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   65. Selin Melempar Batu Ke Jendela Kaca Mama

    Karena suara itu sangat keras. Kami langsung keluar dan melihat apa yang terjadi. Ternyata Selin melempar batu yang sangat besar pada jendela kaca rumah. Sehingga pecah berkeping-keping. Apalagi masalahnya kali ini."Lunar keluar lo!" teriaknya tidak tau malu. Untung saja komplek perumahan ini perumahan elit. Sehingga tidak banyak orang berada di rumah pada jam segini. Orang-orang juga tidak terlalu kepo, karena mereka sangat sibuk. "Lo gila ya. Kenapa juga lo bisa masuk ke sini?" kataku kesal melihat ulahnya yang sudah sangat keterlaluan. "Itu gak penting. Yang penting, kenapa lo nyuruh Naral buat menjauhi gue," katanya dengan amarah yang menggebu-gebu. Dia langsung maju ke depan dan mencoba menamparku. Untung saja Serafin dengan sigap menahan tangannya. "Jangan coba-coba untuk kasar pada Lunar," kata Serafin memperingatinya. Namun sepertinya Selin tidak peduli. Dia langsung menepis tangan Serafin dengan kasar. "Lo gak perlu ikut campur. Ini urusan gue sama wanita jalang itu,"

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   64. Perusahaan Cabang Diambang Kebangkrutan

    Kepalaku benar-benar sakit saat menerima laporan dari Lea. Penggelapan keuangan sangat parah. Jam kerja yang tidak beraturan dan beberapa masalah dari bagian pemasaran. Aku yang belum pernah menangani masalah seperti ini. Benar-benar kebingungan bagaimana cara mengatasi semua ini. Terlebih lagi ada laporan keuangan ganda yang ditemukan oleh Lea. Juga beberapa masalah dari mitra kerja yang dibiarkan berlarut-larut. Walaupun aku tidak banyak tahu. Tapi aku yakin, jika perusahan cabang ini. Sedang berada di ambang kebangkrutan. "Kenapa bisa separah ini?" kataku saat membolak-balik kertas dokumen. Benar-benar membuatku ingin muntah saja. Sudah pasti ada campur tangan oleh Tante Wenda. Dalam masalah ini. Tidak mungkin, dia tidak tahu semua ini. Apalagi laporan keuangan ganda yang sangat rapi. Seakan-akan semuanya sudah dipersiapkan. Untung saja aku menyusupkan Lea ke perusahaan cabang. Jika tidak aku tidak akan punya bukti dalam kasus ini. Perusahaan juga akan bangkrut dan tenggelam

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   63. Kamar Serafin

    Aku gugup sekali, karena baru kali ini. Aku masuk ke kamar Serafin. Biasanya dia tidak pernah mengizinkan aku masuk ke dalam kamarnya. Baru kali ini aku bisa melihat kamar Serafin. Ternyata kamarnya sangat rapi. Hampir semua perabotan di kamarnya dari kayu dan berwarna coklat. Ranjangnya terlihat sangat besar. Terlihat nyaman dan mewah. Gulingku sepertinya punya perlakuan khusus. Dia ditempatkan begitu mencolok. Dia berada di atas bantal. "Jangan coba-coba. Itu udah jadi punya gue," katanya memperingati aku. Sepertinya dia tau apa yang aku pikirkan. Aku ingin mengambil kembali gulingku. "Itu punya gue. Lo yang nyuri dari gue." "Gak gue curi. Mama lo bilang gue bisa ambil yang gue butuhin. Makanya gue ambil guling dan bantal lo, soalnya itu yang paling gue butuhin," katanya tanpa merasa bersalah sama sekali."Mana mungkin mama gue nyangka kalo lo bakal ngambil guling dan bantal gue.""Karena itu gue ambil. Sekarang bantal dan gulingnya udah jadi punya gue."Walaupun aku mengatakan

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   62. Mulai Tercium

    Tanteku menatapku tajam, tapi sedetik kemudian dia tersenyum ramah padaku. Aku yakin sekali tadi jika tanteku menatapku dengan tajam.Tante Wenda berjalan ke arah kami dan menyapaku dengan ramah. Dia juga memberikan satu buah dalam keranjang padaku. "Ini ada sedikit buah tante bawa buat Serafin," kata tante Wenda dengan ramah. Walaupun dia punya alasan untuk menjenguk Serafin. Tapi aku sangat curiga padanya. Dia pasti punya motif tersembunyi.Aku yakin sekali tanteku pasti sedang merencanakan sesuatu. Namun apapun rencananya kali ini. Aku tidak akan pernah membiarkannya berhasil. "Terima kasih tante," kataku dengan ramah juga.Aku ingin mengikuti permainan. Tanteku mungkin, sehingga dia tidak sadar. Jika akulah yang akan menikamnya dari belakang. Tante Wenda duduk di sofa. Posisinya berhadapan denganku. Sementara Serafin berada di samping ku. "Syukurlah, kalau kecelakaannya tidak parah," katanya melirik Serafin. "Syukurlah, bu Wenda, saya tidak mengalami cidera apapun.""Panggi

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   61. Masa Perawatan

    Serafin harus dirawat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dokter khawatir kalau serafin ada luka dalam dan gegar otak.Aku juga setuju dengan dokter. Melihat mobilnya yang sangat hancur. Seperti keajaiban saat Serafin tidak terluka sama sekali. Dia hanya memar-memar saja. Aku sampai memaksanya membuka baju. Untuk memeriksa tubuhnya. Apakah benar tidak ada luka. Airbag Serafin mengembang sangat tepat. Sehingga dia tidak luka sama sekali. Satu lagi, mobilnya adalah mobil mahal. Dengan sistem keselamatan yang tidak ada duanya. Walaupun bodi luar mobilnya hancur. Bagian dalamnya ternyata sangat terjaga. Sehingga dia bisa selamat dari kecelakaan itu. "Lunar, kayaknya kita harus beli mobil yang itu dua lagi. Satu buat lo, satu buat gue. Bagus banget," katanya sambil menunjukan gambar mobil itu melalui ponselnya.Membayangkan harga mobilnya. Membuatku merinding. Walaupun papa ada orang yang kaya. Aku tidak perna

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   60. Jenaka

    Di bangkar itu tertulis nama serafin. Tapi aku tidak ingin percaya. Serafin ku pasti baik-baik saja. Bukan dia yang berbaring kaku dan tidak bernafas disana. Itu pasti bukan dia. Pasti ada kesalahan di rumah sakit ini! Aku mendekati bangkar dan terduduk lesu di lantai rumah sakit. Aku tidak peduli jika di lantai ada beberapa bercak darah. Aku menatap sedih pada orang yang ditutup kain putih keseluruhan badannya. "Ini pasti bukan lo, kan, Serafin. Lo pasti lagi becanda sama gue. Udah dong bercandanya. Kali ini gak lucu, gue gak suka," kataku putus asa. Rasanya sakit sekali. Aku bahkan tidak bisa mengatakan rasa sakit yang kurasakan. Aku ingin membuka kain yang menutupinya. Namun aku tidak punya keberanian.Belum membuka kainnya saja. Aku sudah gemetaran setengah mati. "Serafin, tolong bangun. Harusnya gue bilang ini dari dulu. Serafin gue cinta lo. Lo laki-laki pertama yang buat gue jatuh cinta.

DMCA.com Protection Status