Home / Romansa / Sebenarnya Dia Mesum Ma! / 3. Pencuri Bantal Dan Guling

Share

3. Pencuri Bantal Dan Guling

Author: Biru Langit
last update Last Updated: 2021-12-16 20:44:41

Aku mengabaikan Serafin yang berteriak-teriak minta pertanggung jawaban dan lebih memilih mandi. Sampai aku selesai mandi dia masih melempari balkon kamarku dengan pesawat kertas warna-warni.

"Pesawat kertasnya sudah habis. Tidak seperti cintaku padamu yang tidak ada habisnya. Jadi aku akan berjuang terus, sampai pintu hatimu terbuka kalau gak terbuka tinggal dobrak. Kalau gak terbuka juga nanti bisa lewat jendela. Gak apa-apa dikira maling penting dapat cinta," katanya berteriak dari balkon kamarnya, tanpa terasa aku tersenyum sendiri. Dasar Serafin aneh!

Aku turun kelantai bawah dan menuju dapur. Di sini aku sudah melihat mama sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kue. Mama memang bilang akan membuat cookies. 

Pantas mama sangat betah di dapur. Dapur didesain sangat lengkap dan apik. Tipe dapur mama adalah tipe dapur modern dengan peralatan modern juga. Dapurnya juga sangat luas, dilengkapi dengan barang-barang modern. Seperti oven listrik, microwave, kulkas dua pintu, mesin pencucian piring, lemari kabinet dan wastafel yang apik. 

"Lunar bisa bantu mama buat kue?" tanya mama padaku saat melihat aku mendekatinya. 

"Lunar akan coba. Lunar belum perna buat kue sebelumnya," kataku jujur. Aku berdiri di samping mama dan mengamati bahan-bahan untuk membuat cookies.

"Mama akan ajarin Lunar. Kalau Serafin dia udah jago, selain pintar belajar dia juga jago bikin kue. Dia sering bantu-bantu mama buat kue sejak kecil."

"Kayaknya Serafin serba bisa ya Ma," kataku cuek. Mama lalu menggambarkan segala kelebihan tetangga kami itu. Mulai dari pintar belajar, olahraga dan memasak. Bagi mama Serafin sangat sempurna. Mama tidak tahu laki-laki yang sudah dianggap anaknya sendiri itu sangat aneh, mesum dan sangean. 

"Nah baru aja kita omongin anaknya sudah datang," kata mama berbarengan dengan datangnya Serafin. Dia tersenyum manis dan sopan pada mama. Sementara padaku tanpa sepengetahuan mama dia tersenyum genit dan mengedipkan matanya padaku.

"Pagi Tante. Serafin datang buat bantu Tante bikin kue," katanya sopan. Aku ingin sekali memukul wadah yang berisi tepung ini padanya. 

"Tante kira Serafin gak datang. Bukanya Serafin lagi sibuk, kan lagi buka cabang kantor baru," kata mama riang dan gembira. Hanya aku yang merasa perlu mengusir Serafin dari sini. 

"Sesibuk apapun waktu dengan keluarga lebih penting Tante."

"Benar sekali, Tante sangat setuju dengan kamu," mama menepuk bahu Serafin dengan bangga. Tanpa mama ketahui saat melewati aku dia melai rambutku pelan dan melempar seringai.

"Wangi," katanya sambil mencium tangannya yang memegang rambutku. 

"Pergi sana," kataku tanpa suara. Dia menggeleng dan tersenyum senang.

Mama tidak memperhatikan Serafin yang terus melempar senyum jenaka padaku. Mama masih sibuk dengan mempersiapkan takaran untuk membuat cookies. 

"Ada tepung disini," kata serafin mengusap wajahku dengan tisu. Mama tersenyum melihat perilaku yang dianggapnya baik padahal tanpa diketahui mama dia memasukkan tisu itu ke dalam bajuku. 

Aku memukul tangannya dan menepuk pipinya dengan tangan berlumuran tepung. Pipinya selain berlumuran tepung, juga memerah. Karena aku menepuknya sangat kuat. 

"Lunar, jangan main-main," kata mama mengingatkan. Kenapa pada saat seperti ini mama melihat. Kalau Serafin yang sedang menjahili aku. Mama sama sekali tidak melihatnya.

"Gak apa-apa Tante. Lunar mungkin mau becanda sama Serafin."

"Tetap gak boleh gitu. Lihat pipi kamu sampe merah gitu."

"Gak papa Tante. Ini bukan karena pukulan dari Lunar. Ini karena Serafin malu Tante. Serafin belum pernah sedekat ini dengan wanita sebelumnya," kata Serafin membuatku tersedak. Malu katanya, padahal saat mengatakan kalau dia sangean. Wajahnya tidak ada malu-malu, bahkan terkesan datar dan seperti sudah biasa. 

Aku sampai syok dan tidak bisa membela diri. Pandai sekali dia menjaga imagenya di depan orang-orang. Padahal di depanku dia sangat minus akhlak. 

"Maaf," kataku akhirnya dengan cemberut.

"Gak apa-apa. Selow aja Lunar," katanya menatapku lalu mengedipkan matanya sebelah. Nah saat seperti ini mama malah gak lihat dan fokus mencetak cookies. 

Serafin kemudian menghias cookies yang ada di atas loyang dengan choco chips. Sesekali dia menggigit bibir bawahnya yang berwarna merah. 

Ternyata Serafin sangat tampan, tapi minus akhlak. Dia juga sangat jago pencitraan ternyata.

"Tinggal dipanggang selama 35 menit," kata Serafin sambil masukkan loyang kedalam oven dan mengatur waktunya. Karena ovennya besar jadi bisa memanggang sekalian. Sekarang aku sedang membuat minuman untuk Serafin. Dia sedang duduk dengan mama dimeja makan. 

Saat aku kesana, mama malah pergi untuk mengecek cookiesnya. Serafin langsung bangkit dan mengambil nampan dari tanganku. Dia berada dibelakangku sekarang. Meletakan minuman di meja. Tanganya menyentuh bahuku keren posisiku yang berada didapatnya. Dia terlihat seperti memelukku. 

"Rambutnya gak usah diikat. Leher lo kelihatan, otak gue bandel nih," katanya sambil menarik ikat rambutku membuat rambutku terurai dan jatuh ke bahuku.

"Digerai aja bikin otak gue kemana-mana. Apalagi harus lihat leher lo sepanjang hari," katanya dan mendekatkan wajahnya padaku. Kukira dia ingin menciumku. Membuat aku membeku. Ternyata dia hanya mengambil sedikit rambutku dan menciumnya. Kemudian menyeringai. 

"Dasar mesum. Lo kira gue mau ngapain?" Serafin kemudian tertawa. Aku geram dan menjambak rambutnya.

"Tante…." katanya, aku langsung menutup mulutnya takut dia mengadu. Bagi mama Serafin itu malaikat, pasti aku yang akan salah. 

"Awas lo kalau ngadu," kataku mengancam 

"Tante aku izin ke lantai atas mau ngambil sesuatu."

"Iya," kata mama singkat. 

"Mau kemana lo Serafin?"

"Lo gak usah ikut lo kan tau kalau gue sangean. Gak boleh dekat-dekat ya cantik," kata Serafin mengacak-acak rambutku. Karena tidak ada yang salah aku membiarkan. Aku akhirnya memilih untuk melihat cookies saja. 

Aku kepikiran apa yang sebenarnya dilakukan Serafin diatas. Karena penasaran akhirnya aku memberanikan diri untuk menyusulnya. Kami berpapasan saat aku telah selesai menaiki tangga.

Dia tersenyum sambil membawa bantal dan guling diperlukannya. Aku hanya melihatnya bingung. Aku lebih memilih menuju kamarku. Sebentar tadi dia membawa bantal dan guling. Loh kok bantal dan guling ku hilang. 

Aku melihat benda itu sudah hilang. Tidak ada tanda-tanda dua benda yang selalu aku gunakan saat malam untuk melelapkan tidurku itu. Jangan bilang serafin yang mencurinya. 

"Serafin," teriakku dan langsung lari ke bawah dan mengejar Serafin yang sudah berlari yang dengan membawa bantal dan guling ku. 

"Serafin balikin bantal dan guling gue.

"Gak mau. Ini udah punya gue. DP ganti rugi karena lo udah melakukan kekerasan," katanya sambil berlari. Aku mengejarnya sampai ke rumahnya, tapi dia berhasil lolos. Dia masuk dan langsung mengunci pintu rumahnya.

"Serafin buka pintunya. Balikin bantal dan guling gue," kataku sambil menggedor-gedor pintu. 

"Gak mau ini punya gue sekarang. Gak bakal gue balikin, kecuali lo nikah sama gue sekarang.

"Serafin buka pintu," kataku bersikeras. Kesal karena dia sudah mencuri bantal dan guling ku. 

"Ok, gue buka, tapi ingat gue sendirian di rumah. Lo yakin mau masuk kesini," katanya dengan nada mengancam. "Kesempatan sih buat gue kalau lo masuk."

Otakku langsung menyalakan alarm bahaya. Bukan ide yang baik kalau aku bersikeras. Terpaksalah aku harus merelakan bantal dan guling.

"Dasar serafin sialan."

Related chapters

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   4. Bukan Orang Yang Mencurigakan

    Aroma tanah basah mulai tercium di indera penciuman ku. Aromanya sangat khas, dan membuat jiwaku sedikit lebih tenang. Hujan masih terus membasahi bumi, membuat suhu menurun drastis.Aku mematikan Ac kamar dan menuju jendela kaca kamarku. Jendelanya sudah berembun, dengan iseng aku menulis disana. Saat jari-jari menyentuh permukaan jendela yang licin dan terasa basah, tanpa sadar aku menulis nama Serafin disana.Buru-buru kuhapus nama itu. Kenapa tetangga menyebalkan itu yang terpikir di otakku. Sepertinya virus yang disebarkan oleh Serafin sangat berbahaya."Astaga bisa-bisa aku menulis nama orang menyebalkan itu," kataku sambil terus mengusap jendela kaca yang berembun. Tanganku menjadi dingin dan basah karena bersentuhan langsung dengan jendela kaca kamarku.

    Last Updated : 2021-12-16
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   5. Kucing Elit

    Aku mengabaikan tatapan mama dan om Rendi yang melihatku kembali dengan baju basah. "Lunar ke atas dulu mau mandi dan ganti baju," kataku sambil melewati mereka."Iya, Lunar buruan mandi nanti sakit," jawab mama.Saat aku sudah sampai di kamarku. Aku melirik ke arah kamar Serafin dia sedang berdiri di balkon dengan baju basahnya. Sesekali dia memasukkan cookies yang kuberikan tadi ke mulutnya."Lunar, cookies enak banget. Pasti karena kita membuatnya dengan penuh cinta," teriaknya dari arah balkon. Aku langsung keluar dari kamarku dan menuju balkon."Cinta, matamu!" kataku sewot. Dia langsung ngakak sampai gigi yang berbaris rapi miliknya terlihat."Duh galaknya jadi pengen gigit," katanya lalu menirukan ekspresi sedang menggigit."Matamu! Dasar buaya, kadal buntung, kucing garong!" balasku lagi."Gue bukan buaya, bukan kadal apalagi kucing garong. Gue hanya seorang laki-laki yang sedang berjuang mendapatkan cint

    Last Updated : 2021-12-16
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   6. Hadiah Kecil

    Sudah beberapa hari ini tidak ada teriakan dari kamar sebelah rumahku. Serafin hanya berdiri di balkon kamarnya sebentar. Melempar senyum lalu menghilang. Kadang aku merasa rindu dengan tingkah konyolnya.Hari ini juga dia tidak membuat onar. Aku duduk di balkon lalu memperhatikan kamarnya. Lampu kamarnya tidak menyala. Tandanya tidak ada orang di sana.Aku iseng memeriksa ember yang diikat dengan tali yang menghubungkan kamarku dan kamar Serafin. Betapa kagetnya aku, di ember itu sudah dipenuhi oleh bermacam-macam barang.Ada beberapa coklat, pesawat kertas dan bunga mawar yang masih segar. Sepertinya baru saja diberikan olehnya.Aku mengambil bunga mawar itu dan menciumnya. Aroma lembut langsung mengingatkan aku pada sang pemberi. Aroma sangat enak untuk diciu

    Last Updated : 2022-01-10
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   7. Tidak Terhitung

    Aku sudah mulai terbiasa setiap pagi dibangunkan oleh alaram hidup yaitu Serafin. Tetangga sebelah yang ganteng, tapi rada sinting dan mesum.Setiap pagi juga dia selalu memberiku hadiah dan surat cinta, yang isinya unik dan ajaib. Kadang aku bisa tersedak ludah sendiri jika membaca isi suratnya. Pokoknya hari-hariku sangat luar biasa karena ada Serafin."Tetangga, kamu cantik hari ini dan aku mau nikahi," kata Serafin yang sedang duduk di balkon kamarnya. Menikmati secangkir teh yang masih mengepulkan asap dan kue."Tetangga… woy tetangga, tidakkah kamu mau menikmati secangkir teh denganku. Kalau bisa dalam pangkuanku."Aku keluar kamarku dan menuju balkon. Bersandar pada pagar pembatas, dengan kedua tangannya menggenggam besi pagar yang di cat putih.

    Last Updated : 2022-01-10
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   8. Senyum Pepsodent

    Seberapa keras pun aku berpikir. Aku tidak dapat menemukan jawaban, kenapa Serafin jatuh cinta padaku. Kami baru saja kenal dan dia seperti sudah tergila-gila padaku. Apakah benar jika cinta sedangkal itu? Bertemu sekali, mendengar suaranya yang lembut dan melihat senyumnya yang indah. Semua itu langsung bisa membuat jatuh cinta sedalam itu. Semuanya tidak masuk akal. Aku mengambil contoh dari kedua orang tuaku. Mereka menikah dan hidup dalam waktu yang lama. Bahkan memiliki aku, tapi mereka tidak bisa saling mencinta dan memilih untuk berpisah. Jika yang hidup tahunan saja, tidak bisa jatuh cinta. Kenapa yang kenal baru sebentar, sudah jatuh cinta dan ingin menikah. Tidakkah Serafin takut, jika cintanya hanyalah semu. Lalu saat dia sadar makan dia akan memilih untuk pergi.

    Last Updated : 2022-01-10
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   9. Kecelakan

    "Cantik mau kemana?" tanya serafin saat aku meraih pintu mobilku dan hendak masuk kedalam. Hari ini aku ada urusan di kampus dan terpaksa harus kesana. Sebenarnya aku sedikit ragu untuk ke kampus sendirian karena takut hal yang tidak diinginkan terjadi. Tante Wenda pasti sedang mengawasi aku dengan ketat. Sedikit saja ada peluang untuk mencelakakan diriku. Pasti dia menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Ambisinya untuk menguasai harta keluarga ku sangat besar. "Mau ke kampus, ada tugas yang harus aku kumpulkan," kataku sok cuek. Padahal aku curi-curi pandang padanya. Serafin terlihat sangat tampan dengan kaos dan celana jeans yang berwarna hitam. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih dan iris matanya yang hijau terang.

    Last Updated : 2022-01-10
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   10. Serafin

    Sekarang sekelilingku sudah dikerumuni banyak orang. Mereka membuka pintu mobilku dan membantuku keluar dari dalam mobil. Aku keluar dengan keadaan linglung dan gemetaran.Aku bahkan tidak bisa mencerna setiap ucapan dan pertanyaan mereka. Otakku mendadak membeku dan bibirku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Tatapan mataku juga hanya menatap pada mobil yang menyalip dan mengorbankan dirinya untuk ditabrak.Aku kenal sekali pada mobil itu, tapi otakku tidak bisa mencerna itu milik siapa. Diam ku membuat orang-orang menatapku aneh."Maaf pak, seperti dia syok berat sehingga sedang linglung parah. Biasanya kondisi seperti ini tidak bisa mencerna apa yang bapak-bapak katakan," kata orang itu dengan suara pelan. Menjelaskan kondisi ku pada orang-orang sekitar.

    Last Updated : 2022-01-11
  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   11. Tolong Jangan Patahkan Hati Ku

    Ternyata otakku tidak bisa melupakan seringai Serafin saat ingin memanaskan mobilku. Aku mungkin sempat rapuh, tapi keraguan kini menghampiriku lagi.Aku juga tidak tau harus berbuat apa. Selain menjauh dari Serafin, walaupun dia terus berteriak dari balkon kamarnya. Aku memilih untuk mengabaikan dirinya. Aku juga tidak keluar kamar saat tau Serafin ada di rumahku.Sejujurnya aku juga merindukan senyum cerah itu. Iris mata hijau terangnya membuatku sangat rindu. Hanya saja otakku terus berpikir jahat tentangnya.Aku juga memilih mengurung diriku di dalam kamar. Tidak banyak keluar, mama dan om Rendi hanya diam. Mereka mungkin berpikir aku butuh waktu sendirian. Sehingga membuatku mengurung diri di dalam kamarku."Lunar… lunar… lunar…. Main y

    Last Updated : 2022-01-11

Latest chapter

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   68. Lagi-lagi Kejutan

    Sebenarnya aku ingin bertanya ke mana Serafin akan membawaku. Namun aku mencoba untuk menahan diri dan menantikan kejutan dari dirinya. aku sangat yakin kali ini pun kejutannya pasti sangat istimewa. Serafin memang tidak pernah gagal memberikan sesuatu untukku. Dia selalu bisa memikirkan hal yang sebelumnya tidak pernah ada di benakku. "Lunar, sepertinya kita akan pulang telat malam ini. Lo nggak papa kan?""Nggak apa-apa kok kalau kita pulang telat. Tapi kayaknya gue mau minta izin ke mama dulu. Biar mama nggak khawatir nantinya," kataku sambil mengambil ponsel dari dalam tasku. Ingin menghubungi Mama agar dia tahu kalau aku pulang telat. "Gue udah minta izin ke mama, lo, kok. Mama, lo, juga udah ngijin kita pulang telat." Kalau Serafin yang meminta izin kepada Mama pasti diizinkan. Karena serafin adalah salah satu orang yang paling dipercayai Mama di dunia ini. Serafin juga adalah calon mantu idaman mama. Jadi meminta izin dari mama bukanlah hal yang sulit untuknya. Apalagi Seraf

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   67. Lea Terluka

    Pagi-pagi sekali aku langsung ke kantor. Tentu saja untuk melaksanakan proses pemecatan pada direktur keuangan yang bekerja di perusahaan cabang.Suat aku memasuki ruangan, aku melihat jika tante wenda, melempar asbak ke kepala Lea. Sehingga darah langsung mengucur kewajah cantiknya. "Tante apa-apaan ini?" Kataku dengan nada marah yang tidak bisa disembunyikan. Aku langsung menghampiri Lea dan menekan kepalanya yang terluka. Sehingga darahnya juga membasahi tanganku. "Kamu tidak apa-apa Lea?" tanyaku dengan khawatir. Tentu saja itu pertanyaan yang sangat bodoh. Saya sedang terluka sekarang dan tentunya dia tidak baik-baik saja. "Jangan ikut campur urusan tante," katakan Wenda dengan nada yang arogan. "Kamu sudah lancang! Bisa-bisanya kamu melakukan proses pengecatan tanpa membicarakan yang terlebih dulu dengan tante," katanya marah dengan wajah yang memerah. Aku juga menatap tante wenda dengan tajam."Aku tidak lancang. Itu memang seharusnya aku lakukan," kataku menantang tante

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   66. Pasar Malam

    Ternyata cepat sekali kabar sampai ke telinga tante Wenda. Dia langsung mengirimi aku pesan. Namun aku abaikan.[Kenapa kamu bertindak tanpa sepengetahuan tante? kamu sudah berani lancang ternyata!]Aku tidak ambil pusing. Aku juga sengaja tidak mengatakan masalah pemecatan pada tante Wenda. Kalau aku mengatakan. Dia pasti akan mencari cara untuk menyingkirkan bukti. Dia pastinya akan mempersulit aku. Biarkan saja dia mengamuk sesuka hatinya. Aku tidak peduli, bagiku sekarang yang paling penting adalah perusahaan cabang selamat. Yah, walaupun aku belum tau bagaimana cara menyelamatkan perusahaan cabang. "Lunar, mau pergi denganku malam ini?" kata Serafin berteriak dari balkon kamarnya. Aku keluar dari kamarku dan berjalan menuju balkon."Mau kemana?""Pasar malam. Di daerah sini ada pasar malam. Mau pergi?" katanya lagi. Serafin berdiri bersandar di pagar balkon. Rambutnya yang berantakan telihat indah kerena pantulan lampu balkonnya. "Gue mau ganti baju dulu.""Oke. Gue tunggu

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   65. Selin Melempar Batu Ke Jendela Kaca Mama

    Karena suara itu sangat keras. Kami langsung keluar dan melihat apa yang terjadi. Ternyata Selin melempar batu yang sangat besar pada jendela kaca rumah. Sehingga pecah berkeping-keping. Apalagi masalahnya kali ini."Lunar keluar lo!" teriaknya tidak tau malu. Untung saja komplek perumahan ini perumahan elit. Sehingga tidak banyak orang berada di rumah pada jam segini. Orang-orang juga tidak terlalu kepo, karena mereka sangat sibuk. "Lo gila ya. Kenapa juga lo bisa masuk ke sini?" kataku kesal melihat ulahnya yang sudah sangat keterlaluan. "Itu gak penting. Yang penting, kenapa lo nyuruh Naral buat menjauhi gue," katanya dengan amarah yang menggebu-gebu. Dia langsung maju ke depan dan mencoba menamparku. Untung saja Serafin dengan sigap menahan tangannya. "Jangan coba-coba untuk kasar pada Lunar," kata Serafin memperingatinya. Namun sepertinya Selin tidak peduli. Dia langsung menepis tangan Serafin dengan kasar. "Lo gak perlu ikut campur. Ini urusan gue sama wanita jalang itu,"

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   64. Perusahaan Cabang Diambang Kebangkrutan

    Kepalaku benar-benar sakit saat menerima laporan dari Lea. Penggelapan keuangan sangat parah. Jam kerja yang tidak beraturan dan beberapa masalah dari bagian pemasaran. Aku yang belum pernah menangani masalah seperti ini. Benar-benar kebingungan bagaimana cara mengatasi semua ini. Terlebih lagi ada laporan keuangan ganda yang ditemukan oleh Lea. Juga beberapa masalah dari mitra kerja yang dibiarkan berlarut-larut. Walaupun aku tidak banyak tahu. Tapi aku yakin, jika perusahan cabang ini. Sedang berada di ambang kebangkrutan. "Kenapa bisa separah ini?" kataku saat membolak-balik kertas dokumen. Benar-benar membuatku ingin muntah saja. Sudah pasti ada campur tangan oleh Tante Wenda. Dalam masalah ini. Tidak mungkin, dia tidak tahu semua ini. Apalagi laporan keuangan ganda yang sangat rapi. Seakan-akan semuanya sudah dipersiapkan. Untung saja aku menyusupkan Lea ke perusahaan cabang. Jika tidak aku tidak akan punya bukti dalam kasus ini. Perusahaan juga akan bangkrut dan tenggelam

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   63. Kamar Serafin

    Aku gugup sekali, karena baru kali ini. Aku masuk ke kamar Serafin. Biasanya dia tidak pernah mengizinkan aku masuk ke dalam kamarnya. Baru kali ini aku bisa melihat kamar Serafin. Ternyata kamarnya sangat rapi. Hampir semua perabotan di kamarnya dari kayu dan berwarna coklat. Ranjangnya terlihat sangat besar. Terlihat nyaman dan mewah. Gulingku sepertinya punya perlakuan khusus. Dia ditempatkan begitu mencolok. Dia berada di atas bantal. "Jangan coba-coba. Itu udah jadi punya gue," katanya memperingati aku. Sepertinya dia tau apa yang aku pikirkan. Aku ingin mengambil kembali gulingku. "Itu punya gue. Lo yang nyuri dari gue." "Gak gue curi. Mama lo bilang gue bisa ambil yang gue butuhin. Makanya gue ambil guling dan bantal lo, soalnya itu yang paling gue butuhin," katanya tanpa merasa bersalah sama sekali."Mana mungkin mama gue nyangka kalo lo bakal ngambil guling dan bantal gue.""Karena itu gue ambil. Sekarang bantal dan gulingnya udah jadi punya gue."Walaupun aku mengatakan

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   62. Mulai Tercium

    Tanteku menatapku tajam, tapi sedetik kemudian dia tersenyum ramah padaku. Aku yakin sekali tadi jika tanteku menatapku dengan tajam.Tante Wenda berjalan ke arah kami dan menyapaku dengan ramah. Dia juga memberikan satu buah dalam keranjang padaku. "Ini ada sedikit buah tante bawa buat Serafin," kata tante Wenda dengan ramah. Walaupun dia punya alasan untuk menjenguk Serafin. Tapi aku sangat curiga padanya. Dia pasti punya motif tersembunyi.Aku yakin sekali tanteku pasti sedang merencanakan sesuatu. Namun apapun rencananya kali ini. Aku tidak akan pernah membiarkannya berhasil. "Terima kasih tante," kataku dengan ramah juga.Aku ingin mengikuti permainan. Tanteku mungkin, sehingga dia tidak sadar. Jika akulah yang akan menikamnya dari belakang. Tante Wenda duduk di sofa. Posisinya berhadapan denganku. Sementara Serafin berada di samping ku. "Syukurlah, kalau kecelakaannya tidak parah," katanya melirik Serafin. "Syukurlah, bu Wenda, saya tidak mengalami cidera apapun.""Panggi

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   61. Masa Perawatan

    Serafin harus dirawat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dokter khawatir kalau serafin ada luka dalam dan gegar otak.Aku juga setuju dengan dokter. Melihat mobilnya yang sangat hancur. Seperti keajaiban saat Serafin tidak terluka sama sekali. Dia hanya memar-memar saja. Aku sampai memaksanya membuka baju. Untuk memeriksa tubuhnya. Apakah benar tidak ada luka. Airbag Serafin mengembang sangat tepat. Sehingga dia tidak luka sama sekali. Satu lagi, mobilnya adalah mobil mahal. Dengan sistem keselamatan yang tidak ada duanya. Walaupun bodi luar mobilnya hancur. Bagian dalamnya ternyata sangat terjaga. Sehingga dia bisa selamat dari kecelakaan itu. "Lunar, kayaknya kita harus beli mobil yang itu dua lagi. Satu buat lo, satu buat gue. Bagus banget," katanya sambil menunjukan gambar mobil itu melalui ponselnya.Membayangkan harga mobilnya. Membuatku merinding. Walaupun papa ada orang yang kaya. Aku tidak perna

  • Sebenarnya Dia Mesum Ma!   60. Jenaka

    Di bangkar itu tertulis nama serafin. Tapi aku tidak ingin percaya. Serafin ku pasti baik-baik saja. Bukan dia yang berbaring kaku dan tidak bernafas disana. Itu pasti bukan dia. Pasti ada kesalahan di rumah sakit ini! Aku mendekati bangkar dan terduduk lesu di lantai rumah sakit. Aku tidak peduli jika di lantai ada beberapa bercak darah. Aku menatap sedih pada orang yang ditutup kain putih keseluruhan badannya. "Ini pasti bukan lo, kan, Serafin. Lo pasti lagi becanda sama gue. Udah dong bercandanya. Kali ini gak lucu, gue gak suka," kataku putus asa. Rasanya sakit sekali. Aku bahkan tidak bisa mengatakan rasa sakit yang kurasakan. Aku ingin membuka kain yang menutupinya. Namun aku tidak punya keberanian.Belum membuka kainnya saja. Aku sudah gemetaran setengah mati. "Serafin, tolong bangun. Harusnya gue bilang ini dari dulu. Serafin gue cinta lo. Lo laki-laki pertama yang buat gue jatuh cinta.

DMCA.com Protection Status