Anna membantu Direktur Elsie menyelesaikan pekerjaannya, sehari sebelum pertunangannya. Belum pernah Anna lihat sebelumnya ada orang seprofesional Direktur Elsie yang masih bekerja di saat dia seharusnya mendapatkan perawatan tubuh untuk acara besarnya. Entah karena dia sangat menyukai pekerjaan atau lantaran dia tidak menganggap acara ini penting. Anna tidak tahu Direkturnya cocok untuk dikategorikan yang mana.
Hingga ketika hari sudah menjelang sore, pekerjaan mereka selesai dan keduanya merenggangkan badan dengan wajah yang sangat puas.
"Akhirnya."
"Akhirnya."
Seperti anak kembar, mereka bisa mengatakan hal yang sama dan di waktu yang bersamaan pula. Mungkin ini adalah efek dari waktu kerja sama mereka yang berlangsung dalam kurun waktu sangat lama.
"Direktur, sekarang Anda harus pulang dan beristirahat." ujarnya yang tidak dapat menoleransi lagi perilaku gila kerja atasannya.
Namun bukannya menurutinya, Elsie justru mem
Ketika Elsie berjalan menuju mobilnya, seseorang sudah menunggunya di depan mobilnya. Orang itu adalah orang yang tidak ingin ia lihat, sekaligus orang yang sangat ia ingin lihat.Ya, orang yang sedang menghadangnya di depan jalan adalah Alvan, mantan kekasihnya.Sambil menarik napas dalam-dalam, Elsie berjalan dengan percaya diri ke arah mobilnya, yang berarti juga ke arah pria tersebut. Hingga suara langkahnya perlahan menyadarkan pria itu untuk menoleh ke arahnya. Seketika keduanya menegang dalam situasi canggung, tapi Elsie yang ingin terlihat kuat, mencoba memulai pembicaraan."Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, padahal ia jelas tahu maksud kedatangan pria itu.Dia pasti sudah melihat yang terjadi lewat berita dan kini mungkin dia akan mencoba mempertanyakan keputusannya.Ternyata tebakannya salah.Dengan tangan terkepal di sisi tubuh, Alvan berbicara tegas padanya. "Putuskan pertunangan itu."Alvan tidak
Tidak seperti acara pertunangannya yang dulu, kali ini pertunangannya bersama dengan Christian jauh lebih megah. Semua kemegahan ini adalah ide dari Christian, dia ikut andil dalam persiapan pertunangan ini secara langsung. Mulai dari hal yang kecil dan sederhana seperti souvernir serta warna taplak meja, hingga yang penting seperti dekorasi dan urutan acara. Lalu bagaimana dengan Elsie? Elsie hanya perlu mengurus persoalan dirinya, seperti pakaian, sepatu, dan model rambut. Selain dari pada itu, Christian membebaskannya dari berbagai urusan persiapan. Ia hanya harus hadir di acara tersebut.Mengenai tamu yang datang, Christian menyarankan untuk mengundang tamu-tamu inti saja. Direktur dan pemegang saham, masih diperbolehkan untuk diundang. Namun untuk kenalan yang tidak terlalu dekat, Christian memberi saran agar mereka diundang di upacara pernikahan.Dengan senang hati Elsie menyetujui semua saran Christian. Mungkin lebih tepatnya, ia akan langsung berkat
"Haah." Anna menghela napas panjang, selagi merebahkan diri di kursi sofa Direktur Elsie, lantaran situasi kacau yang sedang terjadi.Entah bagaimana, beberapa bulan terakhir masalah datang silih berganti dan semua itu dimulai begitu Alvan datang ke dalam kehidupan Direktur Elsie. Entah bagaimana, setelah dia datang, Anna tak henti-hentinya harus membersihkan setiap kekacauan yang ada. Anna seolah tenaga pembersih yang membersihkan sampah di sana sini dan lelah sendirian, meskipun bukan dirinya yang menyebabkan sampah tersebut."Sampai kapan aku akan seperti ini?" gumamnya sambil menatap langit-langit ruangan dan memejamkan matanya."Kau ada di sini?" Dengan mata terpejam sekalipun, Anna bisa mengenali suara Direktur Eizel. Namun lantaran sangat lelah, ia tak berbiat untuk membuka mata dan menyambutnya."Ya. Aku ingin beristirahat sejenak karena sepanjang siang hingga malam ini, aku harus menghibungi semua orang dan dihubungi banyak pihak lantaran p
Malam itu, Eizel datang seorang diri ke lokasi yang di kirimkan Alvan lewat pesan. Lalu dari pintu toko serba ada, dia melihat Alvan yang sedang duduk memunggunginya dengan mie instan kemasan cup yang mengepul di meja depannya.Selagi memberinya waktu merenung yang lebih lama, Eizel mengambil satu cup mie instan dan meminta untuk dibuatkan sekaligus.Setelah selesai, Eizel baru mendekati Alvan yang masih menatap luar dengan kosong dan meletakkan mienya di atas meja."Kau datang?" tanyanya begitu terbangun dari lamunannya."Ya." Eizel duduk di kursi yang ada di hadapannya dan meletakkan mie yang belum sepenuhnya jadi itu. "Kenapa justru kau yang terlihat murung? Seharusnya aku yang merasa begitu, karena akulah yang harus memperbaiki kesalahan yang kau buat selama pertunangan tadi. Aku cukup bersyukur jika harga saham perusahaan tidak meluncur ke titik rendah. Turun boleh, hanya angkanya jangan terlalu besar."Untung saja pria itu m
Ini pertama kalinya Elsie bertemu dengan Christian seusai pertunangan yang menghebohkan itu. Dalam keheningan, mereka berdua berhadapan dengan makanan ada di depan mereka. Namun sayang sekali, keduanya tampak tak ingin menyantap apapun. Mereka hanya memandangi makanan mereka saja, seolah yang ada di hadapan mereka bukanlah makanan melainkan lukisan."Senang melihatmu lagi." ujar Christian yang dari raut wajahnya terlihat bahwa ucapannya sangatlah berbeda dengan apa yang sebenarnya dia rasakan."Maafkan aku." ucap Elsie untuk pertama kalinya sejak mereka bertemu. Ia sudah memikirkan apa kira-kira kata yang pantas, yang ia sampaikan pada pria itu dan setelah merenungkannya, hanya kata ini yang ia dapatkan.Meskipun ia meminta maaf secara tulus, ekspresi kesal yang ada di wajah pria itu tidak berubah. Dia terdiam dan menyantap makanannya.Baiklah, Elsie adalah pihak yang bersalah. Jadi dia tidak bisa menuntut pengampunan dari pria itu
Sesuai janjinya, Alvan akan mendatangi Elsie untuk menyatakan perasaannya untuk terakhir kalinya. Namun lantaran selama beberapa hari ini Elsie tidak datang ke kantornya, Eizel —selaku orang yang membantunya—, dia memberikan alamat rumah Elsie padanya.Ternyata lokasi rumah Elsie tidak jauh dari kantor, dan begitu sampai di sana, Alvan tidak melihat tempat tinggal Elsie sebagai sebuah rumah, melainkan sebuah istana. Sangat besar dan megah. Namun apakah wanita itu tidak kesepian, tinggal di rumah sebesar itu untuk dirinya.Setelah membunyikan bel berkali-kali dan tidak mendapat tanggapan, serta menyadari tidak adanya satu mobil kesukaan wanita itu di halaman parkirannya. Alvan pun mengerti kalau wanita itu kini sedang tidak ada di rumah.Jadi dengan sabar dan jantung berdebar, Alvan menunggu wanita itu di depan rumahnya yang ternyata memakan waktu yang cukup lama.Hingga perlahan hari menjadi semakin malam, dan ketika jam menunjukkan bahwa hari
Kenapa dari semua hal, peribahasa menggambarkan keterkejutan dengan 'sambaran petir'? Dulu Eizel sering mempertanyakannya. Namun pagi ini akhirnya ia pun tahu dengan sendirinya, betapa sangat mengejutkannya petir.Dari awal ke kantor, Eizel tidak mendapatkan firasat apapun. Hingga ketika ia hendak menyerahkan beberapa dokumen untuk di tinjau ulang oleh Elsie, ia merasa baru saja melihat adegan yang tidak pantas di ruangan wanita itu.Eizel melihat sepasang kekasih yang sedang menjalin asmara dengan berbicara manja satu sama lain. Ada kalanya Elsie mendadak mejaruk dan bersikap seolah akan mengakhiri hubungan, tapi dengan sikap yang sama kekanak-kanakannya, Alvan meredakan kekesalannya dan dua orang yang sedang kasmaran itu kembali mesra dengan berpelukan satu sama lain.Hingga karena ia berdiri mematung di depan pintu dalam jangka waktu yang cukup lama, pria dan wanita itu pun menyadari kehadirannya dan tersenyum lebar."Selamat pagi."
"Kau sudah sampai kantor?" tanya Eizel pada Anna, setelah mereka berhasil masuk ke dalam kantor Direktur Eizel yang berdekatan dengan kantor direktur utama. "Kapan? Aku tidak melihat tasmu ketika datang ke kantor Elsie?""Sudah dari tadi." Anna tersenyum getir dan dia mengungkapkan fakta yang terjadi tadi pagi saat ia datang ke kantor. "Sebenarnya aku sudah sampai di kantor satu jam yang lalu."Mendengar kata satu jam, membuat Direktur Eizel mendelik tidak percaya. Namun memang begitulah faktanya, ia sama sekali tidak mengubah kebenaran yang ada. "Jika memang satu jam yang lalu, kenapa aku tidak melihatmu saat datang tadi? Bahkan aku tidak melihat tasmu di meja.""Itu, itu." Dengan terbata-bata Anna mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya tadi terjadi. "Saat aku datang, ternyata di dalam sudah ada Direktur Elsie dan Alvan di ruangan. Lalu karena tak ingin aku mengganggu mereka, Direktur Elsie menyuruhku untuk pergi berjalan-jalan selama beberapa menit. Jadi itul
Nia, Elsie dan Alvan naik ke panggung untuk foto bersama kedua mempelai.Namun entah hanya perasaanya saja atau memang seperti itu adanya, Nia merasakan ada yang ganjal dengan hubungan Nia dan Alvan. Memang ia tahu kalau mereka berdua berpandangan dengan tidak ramah di ruang pengantin, tapi ia tidak menyangka kalau masalah itu akan bertahan hingga acara pernikahan hampir selesai.Kini acara yang tersisa adalah pelemparan bunga.Semua orang bersiap di posisi dan Nia pun sedikit menyingkir ke sisi panggung untuk memberi Elsie ruang untuk dapat menangkap bunga.Satu. Dua. Tiga.Bunga pun terlempar dengan sangat anggun, tapi semakin dilihat, ada yang aneh dengan arah pelemparan bunga. Hingga tiba-tiba bunga itu mendekatinya dan jatuh di tangannya.Sontak hal tidak terduga itu membuat semua orang gempar dan bingung.Merasa dia bukan seharusnya yang berhak menerima bunga itu, Nia menatap Elsie yang seharusnya m
Ketika matahari mulai bergerak turun dan perlahan berjalan meninggalkan langit yang terang. Elsie duduk seorang diri di salah satu bangku rumah makan yang dibawah naungan perusahaannya, sambil menatap semburat warna jingga yang memenuhi langit. Sudah beberapa hari ia menetapkan untuk lembur beberapa hari di kantornya dan kini ia akhirnya keluar dari persembunyian setelah ia mengurung diri di dalam tembok kantornya. Semua ini karena bunga itu. Sungguh bunga yang sial. Bersamaan dengan kemarahannya yang kembali bangkit dari dalam hatinya, seorang pria yang ia benci selama beberapa hari ini malah muncul di depan wajahnya. Tidak perlu ditanya, Elsie pasti merasa marah. Dia sangat kesal hingga ketika Alvan mengambil duduk di depannya, ia berpaling ke arah lain seperti anak kecil. Namun masalahnya, ia tidak bisa menerima kekalahannya. Terlebih itu lantaran sebuah bunga sial yang malah terbang ke tempat yang salah. "Kenapa tidak pulang se
Di tengah hiruk pikuk pernikahan yang meriah, Alvan dan Elsie duduk berdampingan dengan suasana kesenyapan yang mencekam layaknya yang terjadi pada pasangan yang sedang bertengkar.Hal ini dimulai lantaran Elsie melihat bagaimana Eizel sangat menyukai Anna dan tidak ragu-ragu dalam melangsungkan pernikahannya. Perasaan irinya itu pun ia sampaikan kepada Alvan, yang meskipun tampak tidak tergerak sedikitpun setelah mendengarkannya, tapi sejak mendengar Elsie menceritakannya, perlahan ia mulai mempertimbangkannya hal disebut dengan pernikahan.Namun Elsie yang tidak sabaran, merasa kode halusnya itu tidak akan mempan untu Alvan yang pada pandangannya tidak sensitif, sehingga Elsie dengan memberanikan diri mengatakan secara gamblang pada Alvan tentang keinginannya untuk menikah.Apakah itu salah? Tentu tidak. Terlebih Alvan tahu seberapa sulitnya bagi Elsie untuk memulai pembicaraan tentang pernikahan lebih dulu, dengan posisinya sebagai wanita. Itu adalah ke
Alih-alih menunggu Anna di pelaminan dan melihat dari kejauhan calon istrinya yang berjalan seorang diri menghampirinya, Eizel memilih untuk berjalan bersama istrinya menuju ke pelaminan.Dengan menggandeng wanita yang dicintainya, ia mengumbar senyum yang sangat lebar nan bahagia. Lalu dengan mata yang saling berkaitan dengan Anna, ia menunjukkan kepada semua orang kalau dirinya sangat beruntung memiliki wanita ini sebagai teman hidupnya.Hingga setiba mereka di pelaminan, mereka menjalani seluruh prosesi pernikahan dan dipenghujung acara, sang pembawa acara menyatakan bahwa mereka sudah resmi menjadi suami istri.Seketika ruang pernikahan itu menjadi amat riuh. Para tamu bertepuk tangan dan tak sedikit yang memberi sorakan atas status baru mereka.Di tengah kebahagiaan yang bertaburan seperti confetti, Eizel menatap langit-langit dengan tercengang.Hidup itu sebuah misteri...****************...~Du
Dengan gaun yang indah yang Nia kenakan di acara pernikahan, ia berjalan tergopoh-gopoh menuju ruang tunggu pengantin. Semua ini adalah salah dari dirinya yang bangun terlambat.Kemarin malam, usai mengatakan salam tidurnya, Nia lupa menyalakan alarm. Hingga, akibat dari perbuatannya, mereka pun jadi bangun terlambat. Hanya untung saja, pengantin wanita sudah bangun lebih dulu dan langsung pergi ke tempat di mana dia akan di rias.Namun di mana kawannya yang satu lagi, kalau tidak salah dia yang bertanggung jawwab dengan bunga buketnya. Lantaran dia menyekap bunga itu sejak pagi, yang katanya itu dia lakukan untuk dapat terhubung dengan bunga. Sehingga ketika pengantin wanita melemparkan bunganya nanti, dia dapat menangkapnya dan segera menikah.Baru dia pikirkan, suara temannya itu sudah terdengar dari kejauhan, meskipun di lobi itu sudah dipenuhi oleh tamu yang berbicara sendiri layaknya suara lebah."Nia."Dengan gaun merah men
~Lima bulan Kemudian."Untuk pernikahan besok. Bersulang.""Bersulang.""Bersulang."Tiga wanita itu pun saling menyatukan kaleng soda mereka, hingga berbunyi suara 'ting' dari permukaan kaleng mereka yang saling bersentuhan.Namun ketika mereka hendak meminumnya bersama, Elsie langsung mengurungkan niatnya dan meletakkan soda itu dengan tatapan sia-sia."Kenapa?" tanya Nia pada Elsie yang tampak kesal lantaran tidak dapat meminum sodanya.Selagi melihat tubuhnya, ia pun mengeluhkan lemaknya yang bertumbuh pesat. "Akhir-akhir ini berat badanku banyak naik. Jadi aku tidak bisa meminum ini dan membuat gaunku kekecilan."Mendengar alasan Elsie, membuat Anna dan Nia menghentikan aktivitas mereka. Hingga satu per satu mulai meletakkan kaleng sodanya."Benar juga." gumam Anna dengan menatap sedih minuman soda itu.Seusai kaleng soda, kini mata mereka tertuju pada makanan melimpah yang ditaruh di
"Kau sudah sampai kantor?" tanya Eizel pada Anna, setelah mereka berhasil masuk ke dalam kantor Direktur Eizel yang berdekatan dengan kantor direktur utama. "Kapan? Aku tidak melihat tasmu ketika datang ke kantor Elsie?""Sudah dari tadi." Anna tersenyum getir dan dia mengungkapkan fakta yang terjadi tadi pagi saat ia datang ke kantor. "Sebenarnya aku sudah sampai di kantor satu jam yang lalu."Mendengar kata satu jam, membuat Direktur Eizel mendelik tidak percaya. Namun memang begitulah faktanya, ia sama sekali tidak mengubah kebenaran yang ada. "Jika memang satu jam yang lalu, kenapa aku tidak melihatmu saat datang tadi? Bahkan aku tidak melihat tasmu di meja.""Itu, itu." Dengan terbata-bata Anna mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya tadi terjadi. "Saat aku datang, ternyata di dalam sudah ada Direktur Elsie dan Alvan di ruangan. Lalu karena tak ingin aku mengganggu mereka, Direktur Elsie menyuruhku untuk pergi berjalan-jalan selama beberapa menit. Jadi itul
Kenapa dari semua hal, peribahasa menggambarkan keterkejutan dengan 'sambaran petir'? Dulu Eizel sering mempertanyakannya. Namun pagi ini akhirnya ia pun tahu dengan sendirinya, betapa sangat mengejutkannya petir.Dari awal ke kantor, Eizel tidak mendapatkan firasat apapun. Hingga ketika ia hendak menyerahkan beberapa dokumen untuk di tinjau ulang oleh Elsie, ia merasa baru saja melihat adegan yang tidak pantas di ruangan wanita itu.Eizel melihat sepasang kekasih yang sedang menjalin asmara dengan berbicara manja satu sama lain. Ada kalanya Elsie mendadak mejaruk dan bersikap seolah akan mengakhiri hubungan, tapi dengan sikap yang sama kekanak-kanakannya, Alvan meredakan kekesalannya dan dua orang yang sedang kasmaran itu kembali mesra dengan berpelukan satu sama lain.Hingga karena ia berdiri mematung di depan pintu dalam jangka waktu yang cukup lama, pria dan wanita itu pun menyadari kehadirannya dan tersenyum lebar."Selamat pagi."
Sesuai janjinya, Alvan akan mendatangi Elsie untuk menyatakan perasaannya untuk terakhir kalinya. Namun lantaran selama beberapa hari ini Elsie tidak datang ke kantornya, Eizel —selaku orang yang membantunya—, dia memberikan alamat rumah Elsie padanya.Ternyata lokasi rumah Elsie tidak jauh dari kantor, dan begitu sampai di sana, Alvan tidak melihat tempat tinggal Elsie sebagai sebuah rumah, melainkan sebuah istana. Sangat besar dan megah. Namun apakah wanita itu tidak kesepian, tinggal di rumah sebesar itu untuk dirinya.Setelah membunyikan bel berkali-kali dan tidak mendapat tanggapan, serta menyadari tidak adanya satu mobil kesukaan wanita itu di halaman parkirannya. Alvan pun mengerti kalau wanita itu kini sedang tidak ada di rumah.Jadi dengan sabar dan jantung berdebar, Alvan menunggu wanita itu di depan rumahnya yang ternyata memakan waktu yang cukup lama.Hingga perlahan hari menjadi semakin malam, dan ketika jam menunjukkan bahwa hari