Share

Awal Bertemu

Author: Queennsa
last update Last Updated: 2020-09-12 11:28:05

Isabel, ayo keluar dulu, Nak. Kamu kan belum makan dari kemarin, nanti sakit loh.” 

Suara Umi Isabel sedari tadi terus terdengar dari luar sana, berbagai cara dilakukan oleh wanita paruh baya tersebut untuk membujuk Isabel keluar dari kamarnya.

Khawatir? Tentu saja. Umi Isabel sangat khawatir dengan putri semata wayangnya. Pasalnya seusai berdebat dengan sang Abi, Isabel tak kunjung keluar dari kamarnya. Bahkan tuk makan sekalipun.

“Umi pergi aja, Isabel tidak lapar!” seru Isabel dari dalam kamar. Wajahnya saat ini benar-benar kacau; kedua matanya sebam, rambutnya berantakan. Belum lagi perutnya yang sedari tadi berbunyi meminta asupan makanan.

“Sudahlah, kau jangan terlalu memikirkan dan memanjakan dia. Ini adalah akibat dari kau yang memanjakannya, akhirnya dia jadi berani menentangku, kan? Kalau dia lapar pasti dia akan keluar sendiri, tidak usah pedulikan dia!”

Suara Abi Isabel terdengar dari luar sana membuat Isabel kian takut dan marah seketika. Ia takut akan amarah sang Abi, tetapi ia juga marah dan ingin memberontak.

Tak lama kemudian, Isabel mendengarkan suara langkah kaki pergi menjauh dari depan kamarnya. Isak tangis Isabel pun kembali terdengar, isak tangis lirih.

Bayangan akan awal pertemuannya yang sangat unik dengan Sean pun kembali terputar di kepalanya. Bagai sebuah film yang terputar di layar kaca.

***

Pagi yang indah membuat Isabel memilih berjalan-jalan di sebuah taman yang berada tak jauh dari perumahan rumahnya. Berbagai jenis bunga terdapat di sana, memanjakan mata siapapun yang menatapnya.

Saat tengah berjalan-jalan, seseorang tak sengaja menabrak Isabel, membuat gadis itu tersungkur jatuh dengan pakaian yang menjadi kotor.

“Kalau jalan pake mata dong!” tegur Isabel kesal, ia berusaha berdiri, tetapi kembali terjatuh karena kakinya yang terkilir.

“Ehh, sorry-sorry. Sini gue bantu berdiri.” Pria itu mengulurkan tangannya tuk membantu Isabel berdiri. Tetapi gadis itu menolaknya mentah-mentah.

“Nggak usah. Maaf, aku gak bisa terima uluran tangan kamu, bukan muhrim,” tolak Isabel halus. Ia masih berusaha tuk berdiri, dan akhirnya berhasil. Walaupun harus menahan sakit di pergelangan kaki kanannya.

Pria itu pun mengajak Isabel tuk duduk di salah satu kursi besi di taman. Ia memberikan sebotol air mineral dingin kepada Isabel. “Minum dulu, eum...”

“Isabel. Nama aku Isabel.”

“Nama yang bagus. Nama gue Sean,” ucap Sean dengan menampilkan senyumannya.

Hanya anggukkan kepalanya yang ia dapatkan dari Isabel, gadis itu kini meneguk hingga habis air yang berada di dalam botol mineral tersebut. Tampak ia juga berusaha memijat pergelangan kakinya yang terkilir.

“Gue antar pulang, ya? Lo pasti gak bisa pulang sendiri kan, apalagi kaki lo sakit kan,” tawar Sean.

Lagi-lagi Sean harus mendapatkan tolakan halus dari gadis itu, Isabel menggelengkan kepalanya kecil. “Nggak usah, aku bisa pulang sendiri.”

“Gih coba berdiri kalau bisa,” tantang Sean, ia tersenyum remeh ke arah Isabel, membuat gadisbitu sangat kesal dibuatnya.

Isabel pun mengumpulkan kekuatannya dan beranjak dari duduknya. Walaupun kakinya sangat sakit ia berusaha berjalan dengan tertatih. Namun, wajahnya tampak sangat kentara bahwa tengah menahan sakit.

“Udahlah, ngalah aja kalau emang lu gak bisa jalan.” Sean mengangkat tubuh Isabel dan membawanya masuk ke dalam mobil miliknya. Hal itu pun membuat Isabel memekik keras, untung saja keadaan taman tengah sepi.

Jika tidak, mungkin orang-orang akan mengeroyoki Sean karena mengira pria tersebut adalah penculik yang berniat menculik Isabel.

Wajah Isabel saat ini sangat memerah, ia marah dan kesal karena perlakuan Sean yang tiba-tiba seperti itu. Bahkan pria itu melanggar apa yang ia ucapkan.

“Kamu itu ya! Kan aku bilang gak mau dipegang sama orang yang bukan muhrim, ngerti gak sih?!” omel Isabel. Jika dalam film kartun, mungkin kepalanya saat ini sudah dipenuhi asap.

Sean yang tadinya akan beranjak dari tempatnya dan berniat menutup pintu mobil pun mengurungkan niatnya. “Gue gak ngerti. Tapi, yang gue ngerti bahwa menolong orang itu adalah sebuah kebaikan. Dan gue cuma berniat menolong lo! Apa dengan melihat lo yang kesakitan karena kaki terkilir gue bisa tinggalin lo begitu aja? Gak.”

Sontak Isabel bungkam dibuatnya, ia terdiam dan hanya bisa menundukkan kepalanya. Menatap dasar mobil. Hingga ia mendengar suara pintu mobil yang dibuka dari sebelah dan menampakkan sosok Sean.

Pria itu pun mulai menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas, membawanya menjauh dari area parkiran taman tersebut. “Rumah lo di mana?”

“Hah?”

“Rumah lo, jangan bilang lo lupa sama rumah sendiri? Atau lo kabur lagi dari rumah,” tebak Sean asal. Ia sesekali melirik Isabel dari sudut matanya.

“Gila kali. Rumah aku di kompleks perumahan depan. Tapi jangan turunin aku di depan rumah, bisa-bisa aku diamuk Abi,” cicit Isabel di akhir kalimatnya.

Kepala Sean pun mengangguk mengerti, ia membelokkan mobilnya masuk ke dalam kompleks perumahan yang ditunjukkan oleh Isabel. Hingga saat akan berbelok masuk ke dalam blok Isabel menghentikannya.

“Udah-udah, sampai sini aja. Rumah aku udah deket kok,” ucap Isabel. Ia membuka pintu mobil Sean lalu turun dengan perlahan. “Terima kasih ya udah nganterin aku, Sean.”

“Sama-sama.”

***

Cukup lama Isabel melamun, mengenang kembali masa-masa bertemunya dengan Sean. Saat itu belum ada benih cinta sama sekali di hati Isabel. Gadis itu hanya beranggapan bahwa Sean adalah orang baik yang Tuhan kirim untuk menolong dirinya. Tetapi, saat dipertemukan kembali di Turki, Isabel mulai menganggap bahwa Sean adalah takdirnya.

“Isabel, buka pintunya! Abi mau bicara sama kamu.”

Suara Abi Isabel membuat gadis itu sedikit takut, ia bahkan tak berani melangkah sedikit pun dari atas kasurnya.

“Buka Isabel! Atau Abi yang dobrak pintu kamar kamu, dan bawa kamu keluar dengan paksa,” ancam Abi Isabel.

Sontak gadis itu membulatkan kedua matanya terkejut, segera ia beranjak dari kasurnya dan berjalan membuka kunci pintu kamarnya. Membiarkan kedua orang di depan sana melihat wajahnya yang kacau.

“ASTAGA ISABEL!” pekik Umi Isabel. Wanita itu segera menghampiri putrinya dan memeluk tubuh ramping Isabel. “Maafkan Umi dan Abi, Nak. Ayo kita keluar dulu, kamu cuci wajah kamu dan makan dulu. Kamu lapar kan? Jangan sampai magh kamu kambuh.”

Isabel tak bisa menolak lagi, pasalnya ia merasakan perutnya mulai sakit bagai ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum. Ia hanya bisa menuruti ucapan Uminya, mengikuti wanita itu ke meja makan.

Di atas meja tampak berbagai jenis hidangan telah tersedia, dan semua adalah makanan kesukaan Isabel. Perut gadis itu sontak meronta ingin diisi oleh sang pemilik perut. Dengan segera tangan Isabel mengambil nasi dan berbagai lauk ke atas piringnya.

Ia langsung menyantap semuanya dengan terburu-buru, bagai orang yang telah tak makan selama satu bulan. Umi Isabel yang melihatnya pun hanya menggelengkan kepala saja, tetapi ia membiarkan putrinya melanjutkan makannya hingga tandas tak tersisa.

***

Related chapters

  • Seamin Tak Seiman   Mencari Sean

    Saat ini Isabel dan kedua orang tuanya tengah duduk bersama di ruang keluarga. Ruangan dengan interior bergaya klasik tersebut hanya dipenuhi keheningan, tak ada yang berani mengangkat bicara sedikit pun atau hanya sekadar memecahkan keheningan.“Isabel, kamu maukan Abi jodohkan dengan anak teman Abi?” Akhirnya suara berat dari Abi Isabel memecahkan keheningan tersebut. Membuat emosi Isabel kembali tersulut.“Isabel nggak mau, Abi! Isabel sudah punya pilihan sendiri!” tolak Isabel. Kesua mata gadis itu saat ini tampak berkaca-kaca.Alis Abi Isabel pun saling bertautan, terkejut atas ucapan putrinya. “Siapa? Jangan berdusta Isabel. Abi dan Umi tidak pernah melihat seorang pria pun yang dekat denganmu. Siapa nama pria itu?”“Sean. Namanya Sean Abi.” Entah keberanian dari mana Isabel menyebut nama pria itu, yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Sean seorang. “Isabel mencintai dia, Abi. Nama dia t

    Last Updated : 2020-09-12
  • Seamin Tak Seiman   Sakit Hati

    “Neng, sudah sampai di tujuan.”Lamunan Isabel sontak terbuyar seketika karena ucapan sopir taksi tersebut, ia pun meronggoh tasnya dan mengambil beberapa lembaran uang sesuai harga yang tertera di papan digital.“Terima kasih, ya, Pak,” ucap Isabel serta menyerahkan uang bayarannya kepada sopir tersebut, lalu keluar dari mobil.Isabel berdiri di depan sebuah rumah bergaya minimalis, dengan pagar besi yang tak terlalu tinggi terbentang di sana. Ia pun menekan tombol bel yang berada di tembok tersebut.“SEAN! INI AKU ISABEL!”Tetapi sia-sia, tak ada jawaban apapun dari dalam sana. Sekeras apapun Isabel berteriak atau puluhan kali pun ia memencet bel, tak ada jawaban apapun dari dalam sana.Hati Isabel nyeri, ia merasakan hatinya bagai ditusuk oleh sebilah pisau. Pikirannya menjadi tak tenang, selalu memikirkan hal yang tidak-tidak terjadi pada Sean.“Kamu di mana, Sean?” gumam Isabe

    Last Updated : 2020-09-13
  • Seamin Tak Seiman   Pertemuan

    “Isabel terima kalau Abi jodohkan Isabel.”Raut bahagia terpancar dari wajah pria paruh baya tersebut, ia beranjak dari duduknya dan memeluk tubuh putrinya."Keputusan yang sangat bagus, Isabel." Pria itu melepaskan pelukannya dengan putrinya."Tapi, bukannya kamu memiliki pilihan sendiri, ya?" tanya Umi Isabel, kening wanita itu mengerut membuat beberapa garisan di dahinya.Kepala Isabel menggeleng pelan, ia tersenyum masam mendengarnya. "Nggak, Umi. Dia bukan orang terbaik untuk Isabel.""Sudah, tidak usah memikirkan pria itu lagi. Abi akan segera mengabari teman Abi, biar mereka bisa secepatnya datang bersama anak mereka," ucap Abi Isabel girang. Pria itu beranjak dari hadapan Isabel dan istrinya lalu mengambil ponsel miliknya di kamar.Tatapan Umi Isabel tak pernah berpaling dari gadis itu. Ia seolah mengetahui ada yang disembunyikan oleh Isabel, tangannya pun ia rentangkan.Dengan cepat, Isabel menyambutnya dan memeluk

    Last Updated : 2020-09-14
  • Seamin Tak Seiman   Mengobrol Dengan Dia

    "Maaf saya terlambat, baru selesai meeting di kantor."Kedua mata Isabel membulat sempurna melihat pria yang baru saja datang tersebut. Wajah yang familiar menbuatnya terkejut."Kamu?!" pekik Isabel dan pria tersebut bersamaan.Mereka memasang wajah terkejut yang mengundang kebingungan di wajah masing-masing orang tua mereka."Kalian sudah saling mengenal?" Suara Hasan, Ayah pria itu memecahkan fokus mereka.Membuat merena menoleh ke arah pria tersebut."Iya, Yah. Tadi siang saya ketemu sama dia di taman, lagi menangis lagi. Kayak anak hilang," ucap pria itu polos.Rasanya Isabel ingin melakban mulut pria itu saat ini juga. Pria itu telah membuatnya malu di depan kedua orang tuanya dan calon mertuanya.Abi Isabel pun menatap anak gadisnya dengan tatapan intimidasi. "Kamu kenapa menangis tadi?""Ah itu, Bi. Teman Isabel mau pindah ke luar negeri, jadi Isabel sedih. Soalnya Isabel sama dia itu udah dekat banget," dusta

    Last Updated : 2020-09-14
  • Seamin Tak Seiman   Sebuah Surat

    “Isabel, ayo bangun cepat!”Suara Umi Isabel bagai alarm yang membangunkan gadis itu dari mimpi indahnya, segera ia beranjak dari kasur dan membersihkan kasur tersebut. Seperti lagu anak-anak yang sering ia dengar saat kecil dulu.Bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi kutolong Ibu, membersihkan tempat tidurku~Seusai membersihkan tempat tidurnya, Isabel pun segera meraih handuk yang tergantung di gantungan baju dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia mengguyur tubuhnya dan merasakan dinginnya air tersebut menyentuh kulitnyaTak membutuhkan waktu lama untuk Isabel membersihkan tubuhnya, ia pun melilitkan handuk pada badannya lalu berjalan keluar dari kamar. Membuka lemari pakaian kayu dengan kaca sebadan di depannya. Ia pun memilah pakaian manakah kiranya yang akan ia pakai.Hingga, pilihan Isabel jatuh pada pakaian panjang berwarna peach dengan hiasan berbentuk leci di seluruh bagiannya. Tak lupa hijab langsung p

    Last Updated : 2020-09-15
  • Seamin Tak Seiman   Saling Menguatkan

    “Jadi kita akan melakukan acara pertunangan terlebih dahulu atau langsung pernikahan?” tanya Hasan.Kini, kedua keluarga baik dari pihak Isabel maupun Ahmed tengah duduk bersama di ruang keluarga rumah Isabel. Mereka tengah membicarakan pasal rencana pernikahan kedua anak mereka.“Tidak usahlah, lagian itu bukan tradisi dari kita kan? Ada baiknya kita menghalalkan mereka secepatnya saja,” ucap Raif tak sabar. Ia pun diangguki oleh Hasan yang jua nampak setuju oleh idenya.“Baiklah, kita tidak memakai acara pertunangan. Untuk tanggal pernikahan kita tentukan sekarang, ya?” putus Hasan mantap.Mereka pun tampak berpikir, hari apa sekiranya yang baik untuk dijadikan tanggal ijab kabul dan pesta pernikahan Ahmed dan Isabel.“Bagaimana kalau tanggal 28 bulan depan? Tepat hari ulang tahun Isabel,” usul Ahmed. Pria itu menatap sejenak Isabel yang duduk di hadapannya diapit oleh Umi dan Abinya.“

    Last Updated : 2020-09-15
  • Seamin Tak Seiman   Panti Asuhan

    Seusai mengunjungi makam Ivana, Ahmed pun kembali membawa Isabel berkunjung ke suatu tempat. Isabel pun hanya menurut saja, karena ia tahu bahwa Ahmed akan selalu menjaga dan tak akan berbuat tak baik padanya.“Kita mau ke mana lagi, Ahmed?” tanya Isabel seraya menolehkan kepalanya menatap Ahmed yang tengah fokus mengemudi.“Tunggu aja kalau sampai nanti. Aku pastiin kamu bakal senang dengan tempat itu,” ucap Ahmed dengan seulas senyum di wajahnya. Tak ada lagi raut dingin di wajah pria itu. Yang ada hanya senyum hangat dan hormat kepada Isabel.Isabel pun hanya menganggukkan kepalanya mengerti, ia kembali menolehkan kepalanya ke jendela. Menatap jalanan yang sepi dipenuhi pepohonan yang menghiasi jalanan. Membuat mata Isabel menjadi segar menatapnya.Hingga, Ahmed memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang cukup besar, tetapi terlihat sederhana. Pekarangan yang luas dipenuhi anak kecil yang tengah bermain dengan riang. Mem

    Last Updated : 2020-09-15
  • Seamin Tak Seiman   Kakak Sean

    "Isabel."Suara panggilan dari seorang pria itu terdengar lembut di telinga Isabel.Sontak Isabel membalikkan kepalanya, menatap pria pemilik suara yang familiar di kepalanya tersebut. Ia pun berjalan mendekati pria tersebut.Gaun putihnya yang menjuntai hingga lantai, dan menyapu lantai keramik tersebut. Tetapi, ia tak peduli, ia tetap berjalan cepat ke arah pria tersebut.Pria yang sangat ia rindukan."Sean, ini beneran kamu? Aku merindukanmu, Sean!"Kedua tangan Isabel ingin memeluk tubuh Sean, tetapi pria itu langsung menghilang bagai partikel yang berterbangan.Kedua mata Isabel membulat sempurna, ia menolehkan kepalanya ke sana, kemari. Mencari pria yang tadi berada di hadpaannya."Sean! Kamu di mana!" seru Isabel. Gadis itu berteriak, berlari bagai orang kesetanan."SEAN!"***Isabel memekik keras sebelum ia terbangun dari tidurnya dengan napaa tersengal-sengal. Ia pun sontak

    Last Updated : 2020-09-16

Latest chapter

  • Seamin Tak Seiman   Sean dan Isabel

    "Sean?"Mendengar seseorang namanya, Sean pun mendongakkan kepalanya menatap sang pelaku yang memanggil namanya itu.Tubuh keduanya mematung seketika saat pandangan mereka saling bertemu, membuat kerinduan yang mereka kubur bersama dengan susah payah akhirnya terbongkar hanya dalam satu detik saja."Isabel." Nama itu meluncur begitu saja dengan bebas keluar dari bibir Sean dengan bergetar.Entah mengapa kaki Isabel melangkah dengan sendirinya, berjalan mendekati pria yang sangat ia rindukan itu.Jarak keduanya pun semakin terkikis, membuat langkah Isabel terhenti tepat di hadapan pria itu. Ia mengangkat tangannya yang terlihat gemetar, hingga akhirnya tangan itu berakhir di pipi Sean."Aku rindu," bisik Isabel. Ia saat ini sama sekali tak memikirkan akibat dari perbuatannya.Ia kini seolah melupakan apa yang ada di sekitarnya, dan di mana saat ini berada. Semuanya seolah terlupakan begitu saja saat melihat wajah pria yang sangat ia rin

  • Seamin Tak Seiman   Selat Bosporus

    Selama perjalanan menuju Selat Bosporus Isabel hanya terdiam selama perjalanan, membuat Ahmed bingung melihat perilaku istrinya yang tak biasa itu. Biasanya Isabel akan berceloteh sepanjang perjalanan mereka."Kamu kenapa, Bel?" Akhirnya pertanyaan itu meluncur juga dari bibir Ahmed yang sedari tadi gatal ingin bertanya.Tubuh Isabel sedikit tersentak karena suara Ahmed yang membuyarkan lamunannya. Ia pun membalikkan kepalanya menatap Ahmed seraya memberikan senyuman kecilnya. "Aku ngga apa-apa kok.""Yang benar?" tanya Ahmed memastikan. Ia tak percaya begitu saja pada istrinya, melihat wajah lesu dan tak bersemangat milik wanita itu. "Apa kamu gak suka kalau kita ke Selat Bosporus? Mau ganti tempat aja?"Dengan cepat Isabel menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, aku cuma kelelahan aja makanya jadi lemas."Tak ingin membuat mood istrinya semakin memburuk, Ahmed pun hanya menganggukkan kepalanya seolah percaya pada perkataan wanita itu. Ia memilih me

  • Seamin Tak Seiman   Bertemu Naura

    "Kita mau ke mana lagi, Sayang?" tanya Ahmed seraya menatap Isabel yang tengah sibuk menggulir layar ponselnya, melihat hasil jepretan mereka selama berjalan-jalan tadi.Isabel pun mengalihkan pandangannya menatap Ahmed, ia terlihat berpikir sejenak akan rencana mereka ke depannya. Ia kemudian mengangkat lengan kirinya dan melihat jam tangan yang terpasang manis di sana."Sebentar lagi waktu Dzuhur tiba, bagaimana kalau kita ke Blue Mosque dulu? Kamu harus merasakan bagaimana teduhnya beribadah di sana!" Isabel terlihat sangat antusias mengajak Ahmed.Melihat istrinya sangat bahagia, membuat Ahmed tak ada alasan untuk menolak permintaan wanita itu. Lagipula, tempat yang akan mereka kunjungi juga merupakan rumah Allah kan, pikir Ahmed."Yaudah, ayo. Nanti waktunya gak keburu kalau mau berjamaah," ajak Ahmed. Ia menggandeng tangan istrinya menuju mobil Syam yang sudah terparkir tepat waktu.Syam yang melihat mereka pun tersenyum ramah dan membukakan

  • Seamin Tak Seiman   Topkapi Place

    “Ahmed! Ayo cepat. Aku sudah tidak sabar ingin berlibur!”Pekikan Isabel yang cempreng dan nyaring itu memenuhi seisi hotel, membuat Ahmed menggelengkan kepalanya seraya menutup kedua telinganya. Kebiasaan buruk Isabel yang tak bisa dihilangkan hanya satu, berteriak.Wanita itu tak akan segan untuk berteriak sekeras-kerasnya jika ia sudah kama menunggu. Hal yang tidak biasa Isabel lakukan adalah menunggu lebih lama dari lima menit. Jika lebih dari lima menit, niscaya wanita itu akan mengeluarkan suara membahananya, hal itu sudah Ahmed hafal bahkan di luar kepalanya.Tak ingin membuat wanita itu berteriak untuk kedua kalinya, Ahmed memilih bergegas keliar dari kamar dan menghampiri Isabel yang telah berkacak pinggang di depan pintu hotel. Wajahnya tampak terlihat kesal dengan bibir yang mengerucut beberapa centimeter.“Kamu lama banget sih! Aku udah pegal berdiri di sini,” gerutu Isabel.Ahmed pun membalasnya dengan cengiran

  • Seamin Tak Seiman   Makan Malam Romantis

    Ahmed membukakan pintu mobil untuk Isabel keluar. Cuaca yang sejuk disertai angin yang berembus cukup kencang membuat kain yang menutupi kepala wanita itu seketika beterbangan saat menginjakkan kakinya keluar dari mobil.Tangan Ahmed kini sudah menunggu di hadapan Isabel untuk diraih dan digandeng oleh wanita itu. Banyak mobil maupun orang yang keluar masuk dari bangunan kukuh di hadapan mereka. Sebuah papan besar terpasang di atas, menunjukkan nama tempat tersebut.Old Ottoman Cafe & Restauran. Sebuah rumah makan mewah yang cukup terkenal dan banyak dikunjungi oleh turis di Istanbul.“Ayo masuk,” ajak Ahmed seraya menggandeng Isabel untuk menaiki tangga di hadapan mereka. Berjalan memasuki pintu kayu dengan ukiran di hadapan mereka.Saat pertama kali masuk, indra pendengaran mereka disuguhkan dengan alunan musik klasik yang menyegarkan telinga. Pemandangan yang disajikan pun tak kalah indah dan menarik pandangan semua orang yang hadir.

  • Seamin Tak Seiman   Istirahat

    Mobil yang membawa Ahmed dan Isabel pun telah berhenti di depan lobi Cheers Lightroom. Sebuah penginapan bintang lima yang terkenal di Istanbul.Terkenal bukan tanpa alasan tentunya, beberapa kamar memiliki pemandangan yang indah. Langsung menghadap ke lantai, membuat mata yang memandangnya menjadi segar seketika.Ahmed pun turun dari mobil, lalu menbukakan pintu mobil untun istri tercintanya. Mengulurkan tangannya di hadapan Isabel. "Silakan turun, Tuan Putri."Diperlakukan dengan sangat manis membuat kedua pipi Isabel memanas dibuatnya. Ia pun menundukkan kepalanya agar Ahmed tak mengetahui tentang pipinya yang bersemu merah. Ia pun menerima uluran tangan Ahmed."Teşekkür ederim Syam. Cara mengemudimu sangat bagus, sehingga kami sangat nyaman selama diantar olehmu," ucap Isabel dengan senyum manis.Syam yang mendengar Isbaek berbicara dengan bahasa Turki pun tersentak kecil dibuatnya. Tetapi, dengan segera ia menormalkan ekspresi wajahnya seperti semu

  • Seamin Tak Seiman   Perjalanan

    "Kita pergi dulu, ya, Ma, Pa."Isabel dan Ahmed menyalimi tangan Mama dan Papa mereka secara bergantian.Sementara kedua pasangan patuh baya tersebut mengelus puncak kepala anak dan menantu mereka. Melepas kepergian Ahmed dan Isabel yang akan terbang je Turki."Kalau di negeri orang hati-hati, ya, Nak. Jangan buat masalah di sana, buat cucu untuk Mama dan Papa aja," ucap Hasan bergurau.Namun, ia mendapatkan cubitan kecil di pinggangnya dari sang istri. Membuat Hasan meringis kesakitan dengan tangan yang sudah berpindah di pinggang."Aduh, Ma. Kebiasaan deh, mainnya cubit-cubitan. Papa kan bener, cuma minta cucu masa Mama gak mau sih?" ucap Hasan seraya mengelus pinggangnya yang terasa nyeri."Anak itu urusan Tuhan. Kalau Allah belum mau memberikan, ya jangan dipaksa, Pa. Biarkan mereka menikmati waktu berdua mereka dulu," omel Mama Ahmed.Suara dari pusat informasi pun terdengar, mengabarkan bahwa pesawat dengan rute Banda

  • Seamin Tak Seiman   Rencana Bulan Madu

    Saat tengah serius menonton drama Korea yang belum habis juga sedari tadi bersama Isabel. Ahmed kemudian teringat sesuatu.Ia pun menolehkan kepalanya, menatap Isabel yang telah berlinang air mata karena scane sedih yang tengah ditampilkan di layar televisi."Bel," panggil Ahmed pelan. Tak ingin merusam mood Isabel yang sepertinya tengah bagus.Merasa dipanggil, Isabel pun menolehkan kepalanya menatao Ahmed dengan salah satu alis yang naik. "Ada apa?""Kamu mau bulan madu ke mana?"Pertanyaan Ahmed sontak membuat kedua mata Isabel membulat sempurna. Ia yang tadinya tak bersemangat berbicara dengan Ahmed, kini menatap pria itu antusias."Kamu mau ajak aku bulan madu?!" pekik Isabel tertahan.Ahmed tak bisa lagi untuk menahan senyuman yang akan terbit di bibirnya. Ia pun menganggukkan kepalanya mantap. "Iya, aku mau bawa kamu bulan madu.""Aku mau ke ...."Isabel menahan ucapannya, keningnya berkerut tanda bahwa ia tengah bingung d

  • Seamin Tak Seiman   Rumah Baru

    Seusai sarapan bersama kedua orang tua mereka, kini tersisa Ahmed dan Isabel yang berdiri bersama di area parkiran hotel."Kita sekarang pulang ke mana, Med? Ke rumah Umi dan Abiku, atau ke rumah Papa dan Mamamu?" tanya Isabel bingung.Di dalam hati, wanita itu sangat tak ingin tinggal bersama kedua mertuanya setelah menikah. Hal itu yang menjadi impiannya sedari dahulu, memiliki rumah sendiri dan membangun istananya bersama keluarga kecilnya tanpa ada campur tangan siapa pun."Ada deh, aku mau menunjukkan sesuatu kepada kamu," ucap Ahmed sok misterius. Ia berjalan ke sisi kiri mobilnya dan memukakan pintu mobil untuk istrinya.Isabel yang sudah terbiasa dengan hal itu pun hanya tersenyum malu-malu seraya masuk ke dalam mobil. Setelah menutup pintu mobilnya, Ahmed pun menyusul ke bagian kiri mobil dan duduk di jok kemudi itu.Rasa penasaran mengerumuni pikiran Isabel, wanita itu sangat tak penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Ahmed k

DMCA.com Protection Status