Saat langkah-langkah sang pangeran terdengar di koridor menuju ke ruang rapat divisi militer yang terletak berseberangan dengan sisi timur Pavilion Phoenix, tempat tinggal Pangeran William. Seisi ruangan mendadak terdiam, mereka bangkit dari kursi yang mengitari meja oval."Selamat petang, Your Grace!" sambut mereka serempak yang mendapat anggukan dari sang pangeran."Selamat petang, Semuanya. Silakan duduk!" jawab Pangeran William lalu menempati kursi kosong di antara Jenderal Sebastian Dalio dan Jenderal Besar Raymond Summerset.Dia lalu bertanya, "Kurasa ada hal penting yang membutuhkan perhatianku hingga kita berkumpul di sini. Ada apa gerangan?"Maka Jenderal Besar Raymond Summerset membuka pembicaraan yang juga menjadi topik utama pembahasan rapat dadakan petang itu, "Komplotan pemberontak telah menyusup masuk ke dalam istana, Your Grace. Pergerakan mereka untuk mengambil alih istana mulai terendus oleh mata-mata militer kita. Rencana mereka yaitu akan mengacau di acara turnamen
Sebuah malam yang berat untuk Jenderal Sebastian Dalio pasca menerima hunjaman belati tajam demi menyelamatkan nyawa sang pangeran Wisteria Kingdom. Sepanjang malam pria muda itu demam tinggi dan bermandikan keringat dingin dari sekujur tubuhnya. Perawat Diandra Richer ditugaskan oleh tabib istana untuk menemani sang jenderal semalaman hingga pagi. Gadis belia berusia 19 tahun itu beberapa kali mengelap kening dan leher Jenderal Sebastian dengan handuk kering. "Ti—tidak ... jangan ... ja—jangan bunuh pangeran!" Igauan meluncur berulang kali dari mulut sang jenderal. Nampaknya dia bermimpi buruk mengenai rencana pembunuhan terhadap Pangeran William Lancester.Nona Diandra Richer menggenggam tangan pria muda itu sembari berkata dengan suara lembutnya, "Segalanya akan baik-baik saja, Jenderal! Lawan mimpi burukmu, kumohon tenangkan dirimu."Remasan di telapak tangan mungil itu menandakan sang jenderal mendengar suaranya dan mulai mengarah ke kesadaran dirinya. Sepasang mata cokelat mud
Sejak pagi sang pangeran telah sibuk membantu Nyonya Susan Bronson mengerjakan banyak pekerjaan dapur untuk menyiapkan menu-menu khas Kedai Bronson. Memang jumlah pengunjung kedai di jam sarapan tidak terlalu banyak bila dibandingkan waktu makan siang."Willy, angkat kue dari dalam panggangan. Pakailah pelindung tangan agar kau tak lepuh!" perintah Nyonya Susan yang sedang mengaduk bumbu pasta berwarna jingga di atas tungku yang menyala."Siap, Ma'am!" sahut Willy lalu dengan cekatan mengenakan pelindung tangan sebelum membuka panggangan untuk mengeluarkan loyang kue. Aroma vanilla dan cinnamon yang manis menguar di dalam dapur bersatu dengan aroma jenis hidangan lainnya yang disiapkan oleh Nyonya Susan bersama Willy.Jam dinding di dapur seolah menjadi saksi kegelisahan sang pangeran yang sedang menunggu gadis teman kencannya pulang sekolah. Jarum panjang bergerak konstan hingga memutar jam demi jam yang berlalu.Akhirnya lonceng pintu kedai berbunyi tanda ada tamu yang masuk. "Perm
Langkah kaki kuda putih yang ditunggangi oleh sang pangeran dan teman kencannya sore ini pun melambat di tepi danau dimana sebuah air terjun setinggi kurang lebih 50 meter berada di ujung seberang permukaan air jernih itu."Wow, indah sekali pemandangannya, Willy!" Lady Amelia mendesah takjub melihat panorama alam yang masih tak terjamah oleh tangan manusia. Burung berbulu warna-warni seperti jenis Macaw Bird beterbangan dari dahan ke dahan pohon tinggi yang tumbuh di sekitar danau. Gelisah karena kehadiran makhluk asing dari luar habitat tempat tinggal mereka. Satwa liar lainnya seperti rusa sikka bertanduk, tupai, beberapa jenis primata, dan burung-burung kecil nampak memerhatikan tamu tak diundang itu di antara tumbuh-tumbuhan dalam ekosistem Angelico Falls.Pangeran William turun terlebih dahulu dari pelana kudanya lalu membantu gadis itu menyusulnya hingga menapakkan kaki ke permukaan tanah berbatu kerikil. "Apa kau suka berada di sini, My Lady?" tanya pemuda itu mengedarkan pan
Setelah ikan besar dari danau yang dibakar oleh Willy matang, mereka berdua dan Jeffrey Ross makan malam dengan menu yang begitu alami itu. Namun, tetap terasa lezat di lidah.Tanpa terasa hari telah beranjak petang dan langit yang cerah di angkasa bertabur bintang-bintang nampak cemerlang. Bayangan rembulan purnama terpantul di permukaan danau yang tenang. Diiringi bunyi air terjun serta binatang malam bersahutan."Wow, suasana alam bebas di petang hari sungguh menakjubkan, Willy. Ini kali pertama aku menikmati kencan dengan cara yang tidak biasa. Kurasa ada sekumpulan katak yang bernyanyi bersama entah tersembunyi dimana itu," tutur Lady Amelia sambil tertawa riang.Sang pangeran pun ikut tertawa lalu menyahut, "Mungkin mereka sedang mengiringi pesta dansa kerajaan katak, Amy. Nada suara mereka tidak boleh sumbang pastinya!""Hahaha. Selera humormu bagus, Willy! Kalau begitu akan ada pangeran katak dan puteri katak yang sedang berdansa saat ini di antara semak buluh yang ada di dana
Pagi itu Lady Amelia Stormside memang mengenakan baju seragam sekolah Drakenville Senior Highschool saat berangkat dari kediaman Stormside. Namun, dia sudah meminta izin kepada wali kelasnya untuk membolos hari ini. Dia harus berangkat ke turnamen ketangkasan 5 tahunan untuk mengikuti babak kedua yaitu memanah.Jeffrey Ross meminjamkan pakaiannya dan juga menyediakan abu arang untuk penyamaran nona mudanya. Gadis itu bersiap-siap di dalam kereta kuda yang terparkir tak jauh dari tembok gerbang istana Wisteria Kingdom, tempat dilaksanakan turnamen babak kedua.Setelah merasa penyamarannya sempurna, Lady Amelia pun turun diam-diam dari kereta kudanya. Dia bertanya kepada kusirnya, "Jeff, apa penampilanku sudah seperti Alexander Banning saat babak pertama yang lalu?""Hahaha. Yap, seperti pemuda jelata samaranmu kemarin, Alex! Kudoakan untuk kesuksesanmu kali ini. Pergilah," jawab Jeffrey Ross menepuk-nepuk bahu sobat sekaligus majikannya itu."E—ehm! Terima kasih, Jeff," sahut Lady Ame
Tengah hari sesuai jam pulang sekolahnya, Lady Amelia yang hari ini membolos bersekolah untuk mengikuti turnamen ketangkasan 5 tahunan babak kedua mulai merasa gelisah. Dia pun berkata kepada Willy, sesama peserta turnamen itu yang tak lain adalah sang pangeran Wisteria yang menyamar di balik kumis dan cambangnya, "Will, aku ada keperluan mendesak siang ini. Sampai ketemu di babak ketiga, oke? Aku pergi duluan!"Pemuda kerempeng itu bergegas menghilang di balik pepohonan dimana kereta kuda keluarga Stormside terparkir dengan Jeffrey Ross yang menunggunya. "Miss Amy, apa turnamennya sudah selesai?" tanya Jeff spontan dari bangku kusir kereta."Hanya tersisa pengumuman peserta yang lolos ke babak selanjutnya, Jeff. Kurasa aku pasti lolos karena bidikan anak panahku keempatnya tepat sasaran dengan jitu. Mamaku mengultimatum agar aku pulang sekolah tepat waktu jadi kita harus bergegas!" jawab Lady Amelia lalu naik ke dalam kereta kuda. Dia berganti pakaian dengan baju seragam sekolahnya
Derap langkah kuda putih memasuki istal istana Wisteria Kingdom terdengar. Petugas pemelihara kuda kerajaan bergegas membantu Pangeran William Lancester mengurus Snow Flake. "Terima kasih, Tuan Randall. Sepertinya Snow Flake lapar setelah di luar seharian," ujar sang pangeran seraya turun dari pelana kudanya."Baik, Your Grace. Akan segera saya urus Snow Flake," jawab pengurus kuda berusia 50 tahunan itu. Dia menuntun Snow Flake ke kandangnya lalu melepaskan pelana dan juga tali kekang dari badan kuda putih itu.Segera saja Pangeran William meninggalkan istal menuju ke Pavilliun Phoenix. Dia ingin mandi dan beristirahat setelah beraktivitas di luar istana. Hari ini dia merindukan Lady Amelia karena tidak bekerja di Kedai Bronson, mereka tak dapat bertemu, pikir sang pangeran.Namun, di depan pintu masuk pavilliun, Letnan Dapal Sanderson sedang menunggu kedatangannya. Maka Pangeran William pun menyapanya sekaligus menanyakan keperluannya, "Selamat sore, Letnan. Apa kau sengaja menungg
Musim dingin yang panjang mulai berganti menjadi musim semi dimana tunas-tunas tumbuhan bermunculan di permukaan bumi usai tertutupi salju yang mencair dan menguap terkena sinar matahari. Kehamilan sang ratu pun telah sampai pada bulan-bulan akhir jelang kelahiran anak pertamanya. Dan Istana Wisteria begitu tak sabar menyambut kehadiran calon penerus tahta berikutnya. Keseharian Ratu Amelia Lancester diisi dengan banyak kegiatan kunjungan ke fasilitas publik serta acara sosial mewakili keluarga kerajaan Wisteria.Dia merasa bahwa pendidikan di Wisteria Kingdom terlalu bergantung kepada Drakenville karena memang fasilitas serta tenaga pengajar yang ada masih kurang. Ratu Amelia senang berdiskusi hal-hal menarik yang membawa kemajuan untuk negerinya bersama sang raja. Hingga suatu hari Raja William Lancester membuat sebuah terobosan baru untuk membangun sekolah yang mirip seperti Drakenville National School. "Amy, sesuai pembicaraan kita sebelumnya aku telah membuat beberapa pengatur
Angin musim dingin memang berhembus membekukan tulang bagi banyak orang. Namun, banyak pasangan pengantin baru yang menikah sebelum memasuki musim yang dibenci sebagian orang karena begitu menyiksa dengan suhu di bawah 0° Celcius. Jenderal Jason Oliviera yang menikahi Sersan Yuna Almeira adalah salah satu pasangan yang beruntung itu. Di musim salju kali ini dia memiliki partner untuk menghalau rasa dingin sepulang bertugas di luar rumah. Istri yang baru dinikahinya itu mempunyai semangat yang bagus berkaitan dengan kehidupan di balik pintu kamar tidur mereka. Sama seperti ketika sore ini sepulang acara pembubaran panitia royal wedding Pangeran Ares dan Lady Queenta."Hai, Tuan Jenderal yang tampan. Bagaimana harimu?" sapa Yuna sembari membantu melepaskan jubah jenderal besar Drakenville berbahan kain Kashmere yang dikenakan suaminya."Hai, Istriku yang jelita. Hari yang melelahkan seperti biasa ditambah cuaca buruk yang melengkapi skala sebuah hari menyebalkan," jawab Jenderal Jason
Rombongan kereta tamu undangan dari Wisteria Kingdom sampai di depan Istana Drakenville yang megah. Raja William Lancester bersama Ratu Amelia turun dari kereta kencana memasuki istana yang indah dengan hiasan patung pahatan artistik dan bunga-bunga segar dekorasi yang meriah.Di ruang tamu istana Pangeran Ares dan Lady Queenta Larson sendiri yang menyambut kedatangan tamu dari Wisteria Kingdom. Keluarga Larson mendapat gelar kehormatan bangsawan karena akan menjadi besan keluarga kerajaan."Selamat datang, Your Majesty. Lama tak bersua, semoga kabar Anda dan keluarga baik-baik saja!" sambut Pangeran Ares dengan pelukan hangat untuk Raja William."Terima kasih atas penyambutan Anda, Pangeran Ares. Jadi apa segala persiapan pesta royal wedding telah lengkap?" sahut raja Wisteria sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan istana yang megah itu.Pangeran Ares pun menjawab, "Segalanya telah siap untuk besok pagi. Hari ini mungkin sebaiknya digunakan untuk beristirahat saja di
"Amy, selamat atas pernikahanmu dengan sang pangeran. Kalian berdua sama-sama beruntung memiliki satu sama lain," ucap Madam Tania usai menerima donasi besar dari Ratu Amelia Lancester.Wanita muda yang telah mendampingi Raja William Lancester naik tahta baru-baru ini pun menjawab, "Terima kasih, Madam Tania. Kuharap bantuan dariku akan sanggup untuk menolong anak-anak di panti asuhan ini melewati musim dingin yang akan tiba sebentar lagi. Angin yang dingin menusuk tulang mulai berhembus bukan?" "Kau benar, Amy. Bersyukur atas segala kebaikanmu untuk kami di sini. Dan sampaikan salam hangat kami untuk paduka raja. Beliau pemimpin muda Wisteria yang luar biasa, banyak kemajuan kesejahteraan rakyat di pedesaan yang terjadi semenjak beliau menggantikan mendiang Raja Alderan," puji Madam Tania penuh syukur.Amy pun menjawab dengan rasa bangga, "Akan kusampaikan salam kalian pastinya. Suamiku itu memang seorang pemimpin yang luar biasa. Beliau pekerja keras yang berhati mulia.""Lihatlah
Sebelum musim dingin tiba Pangeran William Lancester menemui baginda raja yang kondisinya agak berat untuk bertahan lebih lama. Di dalam kamar peristirahatan Raja Alderan Lancester, ada perdana menteri Wisteria dan juga beberapa petinggi militer di sana."Puteraku, kudengar kau telah menemukan calon istrimu. Kerja bagus, Nak. Sebaiknya segeralah kalian berdua menikah sebelum aku tak mampu memberikan restuku lagi," titah paduka raja dengan napas yang berat sambil berbaring di ranjang kebesarannya.Memang itu hal yang ingin dia bicarakan dengan ayahandanya, sang pangeran pun menjawab, "Baik, Ayah. Aku akan meminta pegawai istana untuk segera menyiapkan acara pernikahan tersebut. Bertahanlah lebih lama lagi untuk menyaksikan kebahagiaan puteramu ini, Baginda Raja!""Segera lakukan persiapan untuk holy matrimony hari ini juga di kamar peristirahatanku. Pesta perayaan pernikahan itu bisa menyusul nanti, aku pun tak akan bisa duduk menghadirinya. Uhuk ... uhuk ...," desak Raja Alderan seray
"Bagaimana sekolahmu, Queenta?" tanya Tuan Robert Larson ketika makan malam bersama dengan keluarga besar Larson.Gadis itu menghentikan makan malamnya dan menjawab, "Segalanya lancar dan baik-baik saja, Pa. Bulan depan kami akan naik kelas tingkat akhir di senior highschool.""Ohh, bagus kalau begitu, Nak. Belajarlah yang rajin agar dapat meneruskan bisnis keluarga Larson nantinya," nasihat ayah Queenta lalu ia pun meneruskan makan malam dan membiarkan anggota keluarga lainnya berbincang di meja makan.Ketika hidangan penutup dihidangkan di meja makan, Harvey menghampiri Tuan Robert Larson di kepala meja makan dan berbisik, "Sir, ada rombongan dari kerajaan Drakenville yang ingin menemui Anda, nyonya, dan nona muda."Alis ayah Queenta berjengit sedikit terkejut. Dia lalu berkata kepada Harvey, "Persilakan mereka duduk dulu di ruang tamu. Aku akan segera menemui mereka bersama anak dan istriku!" Dia pun memberi tahu Minerva Larson dan puterinya agar ikut menemui rombongan dari Drakenv
Saat yang dinantikan oleh para penonton di tribun amphitheater Wisteria Kingdom pun tiba. Tiga pasang peserta terakhir yang saling berhadapan di bak lumpur akan diadu seberapa cepat mereka menjatuhkan lawan. Kali ini selain wasit utama yaitu Sir Philip Fidelis, kedua jenderal muda daei Wisteria dan Drakenville membantu mengawasi jalannya babak putaran terakhir turnamen ketangkasan 5 tahunan tersebut.Jenderal Sebastian Dalio berdiri di sisi samping sang pangeran dan Alexander Banning. Dia yang bertugas mengawasi pasangan peserta itu. Ketika Sir Philip Fidelis berseru 'mulai' maka ketiga pasangan peserta gulat lumpur segera beraksi dengan kekuatan serta strategi mereka masing-masing.Namun, Alex yang merasa dia tak akan ada peluang mengalahkan Willy menahan serangan dengan melangkah mundur di bak lumpur. Sedangkan, sang pangeran berbisik di samping telinga Alex, "Dorong aku, kali ini aku akan mengalah untukmu, Sobat!"Alexander Banning sudah mengetahui kemungkinan itu adalah satu-satu
"Zemira, hari ini aku akan berada di amphitheater untuk menyaksikan babak final turnamen ketangkasan 5 tahunan, apa kau ingin menemaniku ke sana?" tanya Alexei Stormside ketika keluarga kecilnya sedang sarapan pagi.Lady Zemira pun menjawab, "Tentu, Suamiku. Aku tidak memiliki janji temu dengan siapa pun hari ini. Pukul berapa kamu berangkat ke amphitheater?""Seusai sarapan pagi saja karena aku harus memberikan pidato sambutan sebelum babak final digelar. Aku akan menunggumu bersiap sebentar, Darling!" ujar sang perdana menteri dengan mesra kepada Lady Zemira Stormside.Mendengar perbincangan kedua orang tuanya Lady Amelia pun menjadi gugup, dia tak menyangka bahwa hari ini dia akan bertanding di turnamen babak final disaksikan papa mamanya sekaligus. Dia pun menghela napas dalam-dalam lalu mengakhiri sarapannya, hilang sudah napsu makannya. "Pa, Ma, aku harus berangkat ke sekolah sekarang. Sampai jumpa nanti!" pamit gadis itu lalu mengecup punggung tangan kedua orang tuanya bergant
Pagi itu ketika fajar pagi merekah di langit Drakenville dan Wisteria, kedua pangeran yang memiliki kepentingan yang belum selesai terkait pernikahan mereka masing-masing akan bertemu di Pavilliun Phoenix. Namun, perbedaannya ada di hati Pangeran Ares Kincaid telah berpaling dari Lady Amelia Stormside, sedangkan hati Pangeran William Lancester tetap menuju ke gadis yang telah dicintainya sejak semula. Dan sang pangeran Wisteria belum mengetahui perubahan itu."Jenderal Sebastian, apa yang sebaiknya aku jadikan alasan tentang lamaranku untuk Lady Amelia?" tanya Pangeran William gundah. Dia kuatir kakak dari Puteri Alea tersebut akan mengamuk dan membuat situasi damai kedua kerajaan menjadi berselisih.Maka jenderal muda Wisteria tersebut memberikan nasihatnya, "Your Grace, ada baiknya bila Anda pura-pura tidak mengetahui alasan kedatangan Pangeran Ares dan menyambutnya dengan tangan terbuka. Kita dengarkan dahulu apa saja yang beliau kehendaki dari pertemuan ini.""Ahh ... itu saran y