"Kamu tidak berani, ya?" tanya Erikson pada Leon."Jangan menggunakan taktik seperti itu padaku, aku tidak akan masuk dalam perangkapmu.""Kalau begitu aku langsung cabut saja." Erikson langsung maju dan ingin mencabut rambut Leon."Sebentar." Leon melihat perilaku Erikson, dia menggertakkan giginya lalu mencabut rambutnya dan berkata, "Ambil ini, cepat pergi dari sini."Erikson tertawa setelah berhasil mendapatkan rambut Leon.Setelah mendapatkan rambut Leon, Erikson langsung keluar dari kamar Leon dengan gembira.Erikson terlalu gembira sampai saat dia pergi dari kamar itu dengan berlari.Dan akhirnya saat di persimpangan jalan, dia menabrak Paman John.Kecepatan lari Erikson sangat cepat, sampai-sampai saat tabrakan terjadi membuat Paman John hampir jatuh ke lantai.Melihat Paman John yang hampir jatuh, Erikson dengan cepat menangkap dan memapah Paman John, lalu berkata, "Kakek John, apakah kamu baik-baik saja?""Oh, tidak apa-apa kok." Paman John masih terlihat syok. "Tuan Muda Eri
Leon dengan kasar menarik Cintia masuk ke dalam kamarnya."Leon, kamu gila, ya!" Cintia dibuat geram oleh Leon juga.Tengah malam begini, apa yang sebenarnya mau Leon lakukan?Bukankah Leon membenci Cintia mendekatinya?"Kamu yang gila, aku sudah menghangatkan ranjang itu, kamu malah sengaja memberikan harapan palsu padaku. Percaya atau tidak, kalau aku ...." ucap Leon dengan tajam.Cintia memelototi Leon, Apa yang bisa Leon lakukan padanya.Bagaimanapun, Cintia sangat yakin Leon tidak tertarik dengan tubuhnya."Kamu mau apa?" Cintia memprovokasi."Aku ...." Leon sampai tak bisa berkata-kata."Apa yang bisa kamu lakukan padaku ... hah!" tantang Cintia lagi.Cintia di dorong oleh Leon sampai menempel ke dinding, tubuh Leon yang tinggi besar langsung menindih Cintia, membuat tubuhnya yang kecil tersebut terbelenggu dan tidak bisa bergerak sama sekali. Keadaan ini membuat Cinta tidak bisa melarikan diri.Dalam cahaya remang-remang, Cintia melihat sekilas wajah Leon tampak sangat marah, se
Sebelumnya Leon dan Cintia juga sudah pernah tidur bersama.Namun, dua kali tersebut kondisinya terjadi begitu saja, kali ini tidur bersama secara sengaja, sedikit banyak ... mereka akan merasa agak canggung.Cintia tidak bisa tidur, dia merasa Leon pasti tidak bisa tidur juga. Makanya tadi Cintia tidak setuju untuk tidur bersama.Cintia berinisiatif keluar dari kamar Leon, tetapi tiba-tiba dia dipeluk dari belakang oleh sepasang tangan besar Leon.Kekuatan tangan Leon sangat luar biasa.Mengawasinya seperti mengawasi pencuri saja.Cintia merasa dirinya seperti jatuh ke dalam pelukan Leon, dari atas kepalanya terdengar suara Leon yang sedang memerintahnya, "Cepat tidur!""..." Apakah Leon tidak bisa bersikap lembut?"Aku belum pernah menghangatkan seseorang di ranjang, jangan sampai usahaku sia-sia, percaya atau tidak aku akan menghajarmu!" Leon mengancam dengan kejam.Cintia tak bisa berkata apa pun.Melakukan hal baik pada orang, tetapi sikapnya sangat galak.Entah bagaimana pacarnya
Leon sedang bermimpi.Leon memimpikan dia berada di atas benda empuk, dia merasa seluruh tubuhnya sangat nyaman, dia seperti di surga dan sangat menikmati hidup.Tak lama kemudian, ada suara jeritan dari samping telinganya sampai membuatnya terkejut.Leon membuka matanya dalam kantuk, dalam jarak dekat dia melihat Cintia, wajah Cintia yang seperti tertindas dan kelihatan sedikit memerah.Tentu saja Leon tidak memerhatikan sedetail itu.Karena merasa waktu tidurnya diganggu oleh Cintia, Leon mulai naik pitam."Cintia, apakah begitu caramu berterima kasih pada orang yang telah membantumu? Sialan! Kalau aku bangun lebih awal darimu dan melihatmu belum bangun, aku pasti akan hati-hati agar tidak membuatmu terbangun. Sedangkan kamu, setelah kamu bangun langsung bersikap kasar padaku! Apakah kamu tidak punya hati?" tanya Leon dengan marah.Cintia sudah bersiap untuk pertanyaan Leon kali ini.Cintia sudah terpikirkan sebelumnya, apabila Cintia membuat Leon terbangun seperti ini, Leon akan men
Biarlah, tidak ada yang bisa dilakukan kalau orang mau salah paham.Cintia tidak mau sudah bersusah payah meminta Leon untuk tinggal dan akhirnya berakhir dengan sia-sia....Leon tidur sampai siang hari.Setelah Cintia pergi dari kamar Leon, sebenarnya Leon tidak bisa tidur lagi.Seharusnya kantuknya sudah melanda, karena kemarin dia semalaman tidak tidur, tetapi saat ini dia tidak merasa kantuk sama sekali.Leon baru menyadari ternyata insomnia itu sangat menderita.Cintia setiap hari mengalami insomnia terus, bagaimana dia bisa melewati semua ini?Leon berdiri lalu dia mandi dan berpakaian dengan rapi, setelah itu dia turun ke bawah.Erikson sedang latihan piano di bawah, suara pianonya sangat kecil.Melihat Leon telah turun, Erikson pun dengan semangat berdiri dari bangku pianonya menuju ke arah Leon dan berkata, "Papi, kamu sudah bangun.""Panggil aku Leon.""Oh." Erikson dengan patuh menganggukkan kepala.Bagaimanapun, sebentar lagi Erikson sudah dapat membuktikan hubungannya den
Di perjalanan pulang, Cintia sebenarnya mengerti mengapa Erikson tiba-tiba berperilaku aneh.Ternyata, itu karena anak itu ingin menjodohkan ibunya dengan Leon.Erikson selalu mengira Leon dan Cintia saling menyukai, jadi dia ingin mereka bahagia.Setelah mengerti maksudnya, Cintia tidak ingin menghancurkan semangat Erikson.Bagi Cintia, sebagian besar alasan dia masih hidup sekarang adalah karena Erikson.Jadi, selama Erikson bahagia dan tidak melanggar prinsip-prinsipnya, tidak ada alasan baginya untuk menolak.Cintia kembali ke vila.Erikson dan Leon sedang makan.Melihat ibunya kembali, Erikson langsung memanggilnya, "Mami, Leon bilang dia lapar, jadi kami tidak menunggumu. Jangan sedih, ya.""Tidak sedih kok," ujar Cintia sambil tersenyum. Dia meletakkan tasnya dan langsung berjalan menuju ruang makan.Sejak Cintia memasuki pintu rumah, Leon sama sekali tidak mengangkat kepalanya."Mami, tadi Leon bilang dia akan pergi setelah makan siang, dia akan pergi ke Jakarta," kata Erikson,
Sepertinya ada lebam di dahi Cintia karena hasil dari benturan tadi.Saat Leon ragu apakah harus membantu Cintia atau tidak …."Mami!" terdengar suara cemas dari belakang.Erikson, yang sepertinya mendengar suara Cintia terjatuh dari lantai bawah, berlari naik dengan penuh kekhawatiran.Paman John juga mengikuti di belakang Erikson. Melihat Cintia tergeletak di lantai dengan hidung berdarah, wajahnya penuh kecemasan. Dia pun bertanya, "Nona Cintia, apa yang terjadi? Aku akan segera memanggil dokter keluarga.""Mami, Mami, apakah kamu merasa sakit? Kamu berdarah …." Erikson berjongkok di sampingnya, ekspresinya penuh keprihatinan.Leon, tentu saja, yakin kalau anak muda yang jatuh seperti itu biasanya tidak akan mengalami masalah besar.Dia ragu sejenak, lalu memutuskan untuk berbalik dan pergi.Cintia hanya memandang punggung dingin Leon tanpa berkata apa pun.Cintia benar-benar merasa tidak ingin melihat pria kejam ini lagi selama sisa hidupnya.Maka dari itu, dia berjanji pada diriny
Pada sore harinya, Erikson kembali dari sekolah dengan penuh kegembiraan.Hal pertama yang dia lakukan ketika pulang adalah bertanya kepada Paman John dengan semangat, "Kakek John, apakah ada paketku hari ini?""Paket?" tanya Paman John agak terkejut."Ada di meja belajarmu. Saat paket diantar, aku sedang di rumah. Jadi, aku meletakkannya di dalam kamarmu," kata Cintia sambil duduk di sofa dan menonton TV."Terima kasih, Mami," kata Erikson dengan sopan.Kemudian, Erikson segera berlari ke atas."Tuan Muda Erikson, hati-hati. Nanti kamu terjatuh, lebam di dahi Nona Cintia saja belum sembuh sepenuhnya!" teriak Paman John dari bawah, menasihati Erikson.Cintia tak bisa menahan senyum getirnya.Karena lebam besar di dahinya, Cintia bahkan tidak pergi bekerja.Gara-gara hal ini, dia terpaksa mengingat tentang Leon ... dan juga teringat tes DNA itu.Suasana hati Cintia berubah seperti ombak besar saat ini.Erikson masuk ke kamarnya dengan penuh semangat dan melihat paket di meja belajarnya.
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug