Wajah orang itu benar-benar sangat bengkakEkspresinya agak lucu. Cintia berusaha menahan tawa, lalu berbalik dan melihat kea rah Leon. Jika dibandingkan, luka di wajah Leon tidak seberapa."Aku bukan," bantah Cintia."Siapa pun kamu, jika dia tidak meminta maaf padaku hari ini, aku tidak akan berdamai. Aku akan membawanya ke pengadilan!" kata pria itu dengan tegas."Aku hanya membela diri," ujar Leon dengan nada serius."Bela diri? Setelah memukulku seperti ini dan kamu bilang ini bela diri?" Pria itu semakin marah.Setelah seorang polisi berbicara di sampingnya, barulah pria itu agak mereda dan mengeluh, "Pak Polisi, mana bisa ini dibilang bela diri?""Memukul orang hingga mati juga bisa disebut bela diri," ujar Leon dengan nada dingin."Pak Polisi, lihatlah dia. Dia bahkan ingin membunuhku! Bagaimana mungkin aku berdamai dengannya?" teriak pria itu."Sudahlah." Polisi agak kesal dan memarahi pria itu, lalu berpaling kepada Cintia, "Temanmu malam ini mabuk di bar dan memukul orang.
Leon menatap ke arah Cintia.Apa wanita ini memiliki akal setan, ya?"Aku beri kamu lima menit untuk memikirkan tentang hal itu. Entah kamu memilih untuk mengikuti solusi dariku dan memberiku uang untuk meredakan masalah yang kujamin akan membuatmu keluar dari kantor polisi, atau kamu bisa juga memilih untuk mengikuti jalanmu dan mengajukan tuntutan hukum untuk membersihkan namamu. Sekarang, aku akan pergi dulu." Cintia tidak ingin membuang-buang waktu lagi.Leon menggigit bibirnya.Jelas sekali bahwa Leon merasa tidak rela dan tidak bersedia. Namun, setelah beberapa kali terlibat dalam hal yang kurang menyenangkan dengan Cintia, Leon kurang lebih sudah memahami beberapa aspek dari pribadi Cintia. Leon tahu jika Cintia akan menepati janjinya. Leon juga tidak ingin bermalam di kantor polisi.Tanpa banyak pertimbangan lagi, Leon menggigit giginya dan berkata, "Kehilangan uang saja."Cintia sama sekali tidak terkejut dengan keputusannya.Orang pintar memang akan memilih solusi yang ini.
Pria itu tiba-tiba menjadi gusar dan berkata, "Apa kamu sedang melucu? Dia yang memukulku dan aku harus meminta maaf kepadanya? Kamu ini sedang sengaja mempermainkanku, ‘kan?""Aku sudah mengatakan dengan jelas tadi. Uang yang kuberi itu adalah uang pengobatan untuk luka yang disebabkan oleh temanku, bukan siapa yang sebenarnya salah. Malam ini, kamu sengaja memprovokasi temanku. Kalau kamu tak meminta maaf, aku takkan memberimu uangnya. Aku juga tak takut dengan tuntutan hakim. Di bar ada banyak orang, aku tak percaya kalau tak ada yang melihat siapa yang memulai perkelahian lebih dulu pada saat itu. Di tempat sebesar bar itu, aku juga tak percaya kalau tak ada CCTV-nya!" Cintia mengancam pria itu.Pria itu melihat Cintia dengan geram dan jelas dibuat terkejut oleh Cintia.Dia tidak menyangka kalau ada wanita yang walaupun parasnya cantik dan terlihat lemah dan lembut, ternyata bisa ‘sekuat’ ini!Pria itu lantas menatap pada polisi.Polisi tidak memberinya nasihat apa pun.Tujuan poli
"Bukannya sekarang aku sudah berada di sini untuk membantumu?""Maka dari itu aku merasa tersanjung," jawab Leon tanpa basa-basi.Leon benar-benar tidak memiliki harapan terhadap Cintia, tetapi karena Cintia … adalah harapan terakhir Leon. Pada momen Cintia benar-benar datang, Leon benar-benar terkejut dan terhormat.Dari apa yang Leon pahami tentang Cintia, Cintia sepertinya hanya peduli dengan lelucon yang terjadi dalam kehidupannya sendiri dan bukan mengenai hidup dan matinya sendiri. Apa mungkin, wanita ini masih tertarik pada Leon?Cintia mengatakan kalau dirinya tidak tertarik, tetapi di dalam hatinya … Cintia benar-benar sudah jatuh cinta pada Leon. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" Cintia mengernyitkan alisnya.Cintia sontak merasa ada yang tidak benar dari raut wajah Leon."Tak apa-apa." Leon menghentikan pikirannya dan melanjutkan omongannya, "Berilah aku waktu semalam. Kalau aku sudah menemukan koperku besok, aku akan pergi lagi.""Bagaimana kalau kamu sampai belum menemuk
Mami tampaknya benar-benar yakin bahwa Papi bukanlah Papi!Erikson menggigit bibirnya dengan erat dan duduk dengan patuh di kursinya.Dia berencana untuk menunggu dan melihat apa yang akan terjadi.Cintia pun mengendarai dan membawa mereka pulang kembali ke vila.Setelah melalui malam yang panjang, begitu mereka sampai di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Cintia tidak memedulikan Leon yang ikut turun dengan mereka. Sebaliknya, Cintia berjalan di samping Erikson dan menasihatinya, "Sekarang, kamu sedang dalam masa pertumbuhan, jangan menunda waktu tidurmu. Setelah mandi, cepatlah pergi tidur. Sebelum tidur, ingatlah untuk meminum susu hangat. Aku akan meminta Paman John mengantarkan susunya ke kamarmu.""Oke," angguk Erikson.Sambil mengangguk, Erikson juga curi-curi pandangan ke arah Leon.Kenapa wajah Papi berubah begitu banyak?Apakah terjadi suatu kecelakaan?"Besok sudah akhir pekan, jadi tak ada sekolah. Jam 10 pagi barulah kamu ada kelas menunggang kuda. Jangan bang
Hati dan bibir Cintia terasa sakit untuk menjawabnya.Cintia dan Samuel belum sempat menikah.Pada saat Cintia benar-benar peduli dengan hubungan mereka, Samuel meninggal.Alis Leon sedikit terangkat.Tidak disangka, sebuah pernyataan bebas dari Leon bisa membuat emosi Cintia berubah begitu banyak.Jadi yang disebut "teman lama" ini benar-benar berarti bagi Cintia.Cintia masih mencintai orang itu.Sulit untuk mengatakan perasaan seperti apa yang ada di dalam hati, bahkan selalu terasa seperti bukan suatu perasaan. Tentu saja, Leon juga tidak sampai benar-benar cemburu.Namun, ini hanyalah keinginan Leon untuk menang saja.Lagi pula, selama bertahun-tahun belum ada seorang wanita yang tidak tertarik pada Leon.Cintia sendiri tampaknya … benar-benar tidak tertarik pada Leon.Tidak dapat dipungkiri bahwa Leon sulit untuk menerima hal seperti ini. "Aku tidur dulu," Leon langsung berjalan ke dalam kamar.Cintia juga berbalik dan masuk ke dalam kamarnya.Rasa sakit di dalam hatinya telah
Cintia meringkuk dalam pelukan Leon. Tubuhnya masih gemetar, seolah dia takut ditinggalkan.Leon menghela napas dalam-dalam, perasaannya kacau.Dia tidak mengerti, apa yang membuatnya kesal. Leon merasa sudah gila.Leon belum pernah merasa dilemma karena seorang wanita.Ingin rasanya, Leon menjulurkan tangan dan mendorong Cintia. Namun Leon terpaksa membiarkan Cintia dalam pelukannya dan merangkul tubuhnya yang gemetar."Cintia, malam ini akan menjadi ... hadiahmu,” kata Leon kepada Cintia.Cintia pun sama sekali, tidak mendengarnya."Jika menjadi dirimu, aku akan menerima hadiah ini." Leon berkata lagi.Entah, apakah aku sedang menyakinkan diri sendiri.Sesudahnya …Leon Kembali tertidur, sambil memeluk Cintia.Saat Leon memeluk Cintia, Leon mulai menyadari, kalau tubuh Cintia sudah tidak gemetar lagi. Kepalanya berada di dada Leon, Napas Cintia pun stabil.Jakun Leon sedikit bergetar.Cintia termasuk wanita kurus, walau demikian tubuhnya cukup berdaging.....Hari berikutnya.Hari y
"Aku percaya." Erikson menganggukkan kepalanya.Dia tahu Mami seberapa cinta pada Papi, juga tahu Mami seberapa kangen pada Papi selama beberapa tahun ini.Sekarang Papi sudah pulang, Mami tak mungkin bersikap sungkan."Apa … kamu tak merasa aku yang merebut mamimu?" tanya Leon.Leon bisa melihat betapa dalamnya perasaan anak kecil ini terhadap ibunya.Apalagi di keluarga tunggal seperti ini, anak laki-laki pasti posesif pada ibunya, benarkah dia tak keberatan?"Kebersamaan Papi dan Mami adalah hal yang wajar. Kelak, setelah aku dewasa, aku juga akan meninggalkan Mami, tapi Papi akan terus bersama dengan Mami. Papi adalah orang yang bisa menjaga Mami selamanya, jadi aku tidak cemburu pada Papi," kata Erikson dengan serius.Leon sudah mengerti.Ternyata Erikson selalu menganggapnya sebagai ayah.Jadi seberapa mirip dia dengan orang itu?"Aku bukan papimu." Leon langsung berkata, "Kamu sudah salah mengenali orang."Erikson bertanya balik, "Apa kamu sudah lupa pada kami?""Aku tidak kenal
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug