“Anak muda jaman sekarang sangat tidak berkualitas, sungguh tidak berkualitas!” Si ibu tersebut berjalan sambil terus memaki.“Ternyata bukan orang tua yang menjadi jahat, tapi orang jahat yang menjadi tua.” Leon pun tidak mau kalah dan balik memarahinya.Cintia pun kesal melihat kelakukan si ibu tersebut.Namun, hati Cintia justru merasa senang.Biasanya para ibu-ibu memang suka memanfaatkan usianya, untuk bertindak tidak sopan.Lift pun tiba.Si ibu itu beserta teman-temannya keluar sambil mengumpat.Cintia pun menggerakkan tubuhnya.Leon segera melepaskan Cintia.Seperti dia telah menyentuh sesuatu yang kotor.Leon masih dengan mulut kasarnya berkata, "Jangan berpikir macam-macam, aku memarahi ibu itu bukan karena kamu. Dia mendesakmu, kamu pun nanti akan mendesakku. Aku paling tidak suka bersentuhan fisik dengan orang lain."“Aku tidak peduli,” Cintia segera keluar dari lift.Awalnya Cintia ingin mengucapkan "terima kasih", tapi menurutnya itu tidak perlu.Cintia pun segera berjala
Sejak kemarin hingga hari ini, Cintia benar-benar tidak dapat mengingat sudah berapa kali dirinya bertemu dengan Leon secara kebetulan.Cintia lantas melihat tatapan yang diberikan Leon kepadanya dan merasa yakin bahwa Leon pasti berpikir kalau Cintia memang sengaja sedang mengikuti Leon.Cintia segera meraih tangan Willy.Willy merasa sedikit terkejut dan tersanjung.Selama ini, Cintia hampir tidak pernah bersikap seperti ini dengan sendirinya kepada Willy.Namun, saat ini Cintia tiba-tiba memegang tangan Willy ….Wajah Willy yang selalu serius dan jarang tersenyum, kini terlihat muncul sedikit ekspresi senang.Pada saat itu pula, Cintia dapat melihat sudut mulut Leon yang juga tersenyum.Senyuman yang membawa ejekan.Raut wajah Cintia lantas terlihat sedikit muram.Pria itu hampir tidak pernah menunjukkan raut wajah yang menyenangkan kepadanya.Namun, hanya dengan beberapa pandangan di studio Mallen hari itu, Leon tampaknya sudah memiliki kesan mendalam terhadap Cintia.Cintia juga t
"Dia terlihat seperti Samuel dan kurasa memang mirip sekali. Jangan-jangan kamu ….""Tak mirip sama sekali." Cintia langsung menyela Willy, "Kalau sudah berkenalan dengannya, kamu pasti menyadari kalau dia sedikit pun tak mirip dengan Samuel."Willy tersenyum pahit.Willy benar-benar tidak pernah menyangka akan ada suatu hari di mana Cintia bisa begitu marah dengan seseorang.Mereka berdua kemudian masuk kembali ke dalam mobil.Willy langsung mulai berkendara dan pergi ke rumah Keluarga Anggono.Cintia lantas mengambil napas dalam-dalam."Masih merasa gugup?""Sama sekali tidak, aku hanya masih belum terbiasa.""Kamu akan terbiasa kalau sering pulang ke sana.""Jangan coba-coba membujukku." Cintia berbicara dengan nada yang tegas, "Kalau ibuku saja pergi dari sana, itu berarti memang tidak bagus."Willy pun kehabisan kata-kata.Keluarga Anggono memang tidak begitu baik.Kalau tidak, bibinya Willy, yang juga ibunya Cintia, tidak akan memutus hubungan dengan kakek Willy dan melarikan dir
Seluruh keluarga duduk bersama dengan harmonis, sembari berbicara dan makan bersama-sama.Meskipun Cintia sudah berpakaian lebih tebal, dia masih merasa kedinginan dan juga sedikit lesu, sehingga terus menerus menguap.Ricky lantas bertanya dengan nada bicara yang khawatir, "Apa kemarin malam tidurmu kurang baik? Sudah kubilang tidak baik kalau menginap di hotel, makanya aku memintamu pulang kemari.""Semalam aku hanya sibuk dengan beberapa pekerjaan saja, jadi jam tidurku tertunda." Cintia membuat kebohongan dengan asal-asalan."Pekerjaan takkan pernah selesai, jangan membuat tubuhmu kecapaian," tegur Ricky."Baik, aku akan menjaga kesehatanku.""Apa kamu mau masuk ke kamarmu untuk tidur dulu? Aku sudah meminta pelayan untuk membersihkan kamar untukmu duluan. Lain kali kalau ke Kota Jakarta, kamu menginap di rumah ini saja.""Tak apa-apa, Kek. Nanti, aku masih harus bicara dengan Mallen sebentar, jadi aku hanya akan duduk sebentar dan kemudian pergi." Cintia menolak tawaran itu.Cint
Ketika mereka sudah tiba di Klub Platinum dan Cintia telah turun, Willy lantas mengatakan, "Hubungi aku kalau kamu sedang memerlukanku. Selama kamu di Kota Jakarta, aku siap sedia selama 24 jam.""Kenapa kau begitu baik padaku?" Cintia tidak dapat menahan dirinya lagi dan bertanya.Sering kali orang-orang akan menganggap ini wajar dan menerimanya saja. Ketika berterus terang kita tidak begitu memedulikannya, sehingga kita merasa semua ini tidak penting.Apakah Willy memperlakukan Cintia dengan baik atau tidak, Cintia bisa saja tidak memedulikan hal ini.Namun tepat pada saat ini, Cintia tiba-tiba memiliki keinginan untuk mengetahuinya.Willy terdiam selama beberapa detik, kemudian menjawab dengan suara yang tenang dan lembut, "Dari auramu. Aku merasa cukup akrab saat pertama kali melihatmu."Jawaban ini … seperti bukan jawaban, tetapi Cintia cukup puas.Seperti dugaannya, Keluarga Anggono memang sekelompok orang yang cerdas dan licik."Hati-hati," ucap Cintia dengan sopan.Willy pun te
Cintia tiba-tiba menjadi sedikit marah.Begitu menghadapi Leon, Cintia tiba-tiba tidak dapat mengendalikan emosinya."Kenapa kamu malah membeli pakaian yang ini?" tanya Cintia.Leon tersenyum cuek, menatap pada Cintia dan berkata, "Kamu ini benar-benar lucu, ya. Pakaian yang mau aku beli itu ya terserah aku sendiri. Haruskah aku meminta pendapatmu?""Kamu jelas-jelas sudah tahu kalau aku sudah membeli pakaian ini, yang sama persis.""Itu urusanmu sendiri, apa hubungannya denganku? Aku suka dengan pakaian ini, makanya kubeli. Mengenai pendapatmu itu, aku minta maaf, ya Nona Cintia. Kita ini tak akrab, jadi aku tak perlu tak perlu mempertimbangkan dirimu," jawab Leon dengan sarkastis.Cintia lantas menggigit bibirnya.Hatinya penuh dengan kobaran api kemarahan.Namun saat ini, dia sudah dibuat kehabisan kata-kata oleh jawaban Leon.Bukankah orang ini besar di luar negeri? Bagaimana dia bisa berbicara Bahasa Indonesia dengan begitu lancar."Ini hanya menunjukkan kalau kalian punya gaya ya
Staf hotel datang dengan membawa obat flu, kemudian mengatakan, "Nona Cintia, kalau setelah meminum obat, Anda belum merasa lebih baik, Anda bisa hubungi resepsionis kami dan kami segera menggunakan mobil hotel untuk mengantar Anda ke rumah sakit.""Oke, terima kasih.""Sama-sama."Cintia kemudian menutup pintu kamarnya.Cintia tidak terbiasa pergi ke rumah sakit. Jika hanya flu kecil biasa, dirinya akan membaik dengan minum obat saja. Cintia lantas merebus air, memakan obatnya, kemudian berbaring kembali di tempat tidur.Dia kemudian membungkus seluruh badannya di balik selimut sambil gemetaran. Kalau menaikkan suhu dari penghangat lantai, takutnya malah membuat dirinya sendiri terbakar.Cintia juga menambahkan selimut lagi, yang membuat dirinya terbebani dan merasa sesak napas.Dia pun menyentuh dahinya.Suhunya sekarang sebenarnya sudah berapa?Mengapa kali ini badan begitu terasa tidak nyaman.Dia sudah makan obat dua jam yang lalu, tetapi tidak mengeluarkan keringat sama sekali.
"Apakah kalian harus seperti itu walau hanya berkelahi?" Tamu hotel terus melanjutkan omongannya, "Anak-anak muda sekarang, benar-benar tak ada rasa tanggung jawab!"Leon lantas mengambil napas dengan dalam.Sekarang, dia sudah tidak bisa menjelaskan keadaannya dengan baik lagi!Leon pun berjalan menuju Cintia dan menopang Cintia yang pingsan di atas lantai.Kenapa bisa sepanas ini!Wanita ini memang benar-benar mau mati, ya?Leon pun menggendong Cintia dan langkah kakinya jelas menjadi lebih cepat.Cintia juga tidak sepenuhnya tidak sadar.Dia hanya sedang bingung dengan keadaannya.Saat ini, dia merasa seperti sedang berada di dalam mobil, bepergian dengan kecepatan kilat.Entah kenapa, Cintia bisa merasakan hangat di sekujur badannya. Hari ini, dia selalu merasa kedinginan sepanjang hari, tidak peduli seberapa tebal selimut yang menutupinya, dia tetap gemetaran dan kedinginan. Hanya saat inilah dia sungguh-sungguh bisa merasakan kehangatan.Suatu kehangatan yang familier tiba-tiba
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug