"Apakah kalian harus seperti itu walau hanya berkelahi?" Tamu hotel terus melanjutkan omongannya, "Anak-anak muda sekarang, benar-benar tak ada rasa tanggung jawab!"Leon lantas mengambil napas dengan dalam.Sekarang, dia sudah tidak bisa menjelaskan keadaannya dengan baik lagi!Leon pun berjalan menuju Cintia dan menopang Cintia yang pingsan di atas lantai.Kenapa bisa sepanas ini!Wanita ini memang benar-benar mau mati, ya?Leon pun menggendong Cintia dan langkah kakinya jelas menjadi lebih cepat.Cintia juga tidak sepenuhnya tidak sadar.Dia hanya sedang bingung dengan keadaannya.Saat ini, dia merasa seperti sedang berada di dalam mobil, bepergian dengan kecepatan kilat.Entah kenapa, Cintia bisa merasakan hangat di sekujur badannya. Hari ini, dia selalu merasa kedinginan sepanjang hari, tidak peduli seberapa tebal selimut yang menutupinya, dia tetap gemetaran dan kedinginan. Hanya saat inilah dia sungguh-sungguh bisa merasakan kehangatan.Suatu kehangatan yang familier tiba-tiba
Leon duduk di sebelah Cintia."Kalau setelah setengah jam dia tak berkeringat, tekan ini untuk memanggil kami," ujar perawat tersebut.Lalu, perawat itu pun pergi.Leon menjaga Cintia seperti ini.Dia melihat seluruh wajah Cintia yang kusut.Setelah melihatnya dengan lebih saksama, Cintia tampak lumayan cantik.Leon biasanya tidak akan begitu melihat penampilan orang lain.Terlebih lagi wanita.Leon bahkan merasa sedikit kesal dengan wanita.Namun saat ini, melihat Cintia dengan jarak yang dekat ….Tidak heran Cintia dapat berbicara dengan Leon dengan cukup percaya diri. Cintia juga tampak, cukup berduit. Tiba-tiba, Leon teringat dengan pria yang Cintia pegang hari ini ….Leon akhirnya bergeser sedikit jauh.Dia duduk di sebelah sambil memainkan ponselnya untuk mengisi waktu.Setengah jam sudah berlalu.Leon mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Cintia.Apakah karena Cintia tidur di bantal es? Entah kenapa Leon bisa merasakan suhu Cintia sudah sedikit menurun.Leon mencari-cari
"Aku bukan keluarganya," bantah Leon.Dokter lantas menatap Leon dan berkata dengan blak-blakan, "Kalau itu bukan pacarmu, kenapa kalian memakai pakaian pasangan?"Leon benar-benar geram sampai ingin langsung melepaskan jaketnya saja. "Kalau bukan pacarmu, kenapa kamu yang membawanya ke rumah sakit?" tanya dokter lagi kepadanya.Leon ingin membuka suara dan menjelaskannya.Dokter masih terus melanjutkan pertanyaannya, "Barusan aku melihatmu, saat pacarmu masih tidur, kamu menciumnya dengan dahi kalian yang saling menempel ….""Aku tak menciumnya!" Leon mendadak naik pitam.Cintia juga tahu bahwa Leon tidak menciumnya.Ketika Leon baru mendekatinya, Cintia kurang lebih sudah tersadarkan.Namun, entah mengapa Cintia merasa puas saat melihat Leon disalahpahami dan menjadi naik darah. Kemudian, Cintia dengan sengaja memberikan tatapan yang tidak percayaan ke arah Leon.Leon juga dapat merasakan tatapan dari Cintia itu dan berkata. "Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apa kamu benar-benar
Tentu saja, ini sudah pasti tidak baik.Cintia merasa tidak perlu menanggapinya dan memberikannya ekspresi acuh tak acuh. "Jangan coba memikirkan hal itu," dengus Leon."Ya sudah kalau begitu," Cintia mengangkat selimutnya dan berdiri dari ranjang.Awalnya Cintia mengira dirinya sudah lebih baikan, tetapi tidak jelas apakah karena dia berkeringat terlalu banyak, pandangannya langsung menjadi hitam begitu berdiri dari kasur. Badannya tiba-tiba menjadi lemas. Leon yang berdiri tidak jauh dari Cintia langsung melihat bahwa Cintia akan jatuh, sehingga dengan cepat menangkap Cintia dengan satu tangan dan memeluknya.Tenaganya lumayan besar, sampai-sampai bisa membuat Cintia masuk ke pelukannya. Cintia hanya bisa merasakan pusing dari pandangannya.Namun, dia segera pulih kembali.Begitu sudah sadar kembali, Cintia hanya bisa merasakan badannya yang menempel di badan Leon. Dia seolah-olah bisa merasakan juga jantung Leon yang berdebar dengan kencang. Entah mengapa, hal ini membuat jantun
Pada saat ini.Ponsel Leon tiba-tiba berdering.Leon pun mengangkat teleponnya dan hanya menjawab dengan singkat. Kemudian, dia berdiri dan keluar dari ruang rawat inap.Cintia menatapnya.Cintia ingin bertanya kepadanya apakah dia akan pergi?Kalau dipikir-pikir, Leon juga tidak akan menghabiskan sepanjang malam dengannya di ruang rawat inap.Melihat langkahnya yang terburu-buru, Cintia pun tidak bertanya lagi.Lupakan saja.Bagaimanapun juga, mereka hanyalah orang asing. Jadi, terserah dia mau melakukan apa. Cintia mengubah posisinya untuk melihat ponselnya.Karena demam dan pingsan, boleh dibilang dia sudah tidur sebentar.Sekarang dia tidak merasa kantuk sama sekali. Mungkin malam ini dia akan terjaga sepanjang malam.Dia membuka aplikasi berita untuk membaca beberapa berita bisnis terlebih dahulu. Isi beritanya tidak terlalu penting. Kemudian, dia tiba-tiba melihat Leon menempati halaman depan berita. Kebanyakan orang tertarik dengan penampilannya. Banyak penggemar wanita yang be
Cintia berjalan menuju meja kecil itu, kemudian mengeluarkan bubur herbal yang masih hangat itu.Saat ini, Cintia benar-benar ingin memakan sedikit bubur herbal yang hangat itu untuk mengisi dan menghangatkan perutnya.Dia membagi bubur herbal itu menjadi dua bagian.Entah Leon sudah makan atau belum, tetapi Cintia tidak bisa menghabiskan semangkuk besar itu.Saat Cintia sudah makan sampai separuh, Leon berjalan keluar dengan piama sutra berwarna hijau tua yang terlihat sangat mewah. Orang ini ….Benar-benar sangat tampan.Jadi, sepertinya Cintia bisa memahami mengapa Leon selalu bersikap sombong dan kasar.Cintia diam-diam tertawa.Ternyata, sifat alamiah manusia di dunia ini didasarkan pada penampilan."Aku sisakan setengah porsi untukmu. Terserah kamu mau memakannya atau tidak.""Oh!" respons Leon.Kemudian, dia berjalan ke sisi Cintia.Tubuh Leon masih terasa sedikit panas.Sepertinya bau tubuhnya juga berbeda karena sabun mandi cair yang dia beli.Cintia tanpa sadar menjauh ke sa
Leon berbalik dan membelakangi Cintia.Cintia juga berbalik dan membelakanginya.Dia benar-benar tidak menyukai sikap Leon.Namun, perkataannya barusan memberinya sedikit ketenangan.Bagaimanapun juga, jika pria dan wanita tinggal di bawah atap yang sama, wanitalah yang akan selalu dirugikan.Ucapan Leon benar-benar memberikannya rasa aman yang tidak dapat dijelaskan.Di malam yang tenang.Cintia tiba-tiba mendengar suara napas Leon.Cepat sekali Leon tertidur.Mungkin malam ini dia terlalu lelah.Sambil memikirkannya, tiba-tiba Cintia merasa orang ini tidak terlalu buruk.Jelas-jelas dia enggan melakukan apa pun, tetapi pada akhirnya dia tetap melakukannya.Dia tidak menyangka Leon benar-benar menemaninya.Cintia menggerakkan tubuhnya, lalu berbalik lagi.Dia tidak terbiasa tidur dengan posisi seperti itu.Dia berbalik dan melihat Leon juga berbalik menghadapnya.Dalam keremangan, dia tidak bisa melihat fitur wajah Leon dengan jelas.Karena tidak bisa melihat dengan jelas, dia merasa
Dia tidak tahu siapa orang itu!Untuk saat ini, Leon percaya bahwa dia adalah orang yang benar-benar Cintia rindukan.Kalau tidak, kemampuan menggoda wanita ini benar-benar luar biasa."Aku tak ingin memarahimu, lepaskan aku," kata Leon dengan suara kembut.Cintia menggelengkan kepalanya.Dia masih memeluknya dengan erat.Dia bergumam, "Kalau aku melepasmu, kamu pasti akan pergi ...." "Aku tak akan pergi, kok.""Jangan ...." Nada bicaranya terdengar manja.Saat berbicara, dia menggosok pipinya ke paha Leon.Jantung Leon langsung berdebar kencang.Wanita sialan ini.Apakah dia jelmaannya siluman rubah?Leon tidak tahan lagi, dia hendak mendorong Cintia agar menjauh.Namun, ketika dia menurunkan kepalanya dan melihat senyum puas di wajah Cintia, dia menarik kembali tangannya.Dia selalu merasa bahwa Cintia mempunyai banyak kesedihan.Ada rasa hancur yang tak terlukiskan, bahkan jika hal itu memberikan getaran yang kuat.Ketika sendirian, dia merasa sangat kesepian, seolah-olah dia telah
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug