Cintia terkejut.Pada saat itu juga, Cintia baru menyadari kalau dia masih bersandar pada Leon, memeluk pinggang Leon erat dengan kedua tangannya.Cintia langsung melepaskan pelukannya dan duduk dengan benar."Yang tadi itu tidak disengaja," jelas Cintia.Leon mencibir.Jelas kalau dia tidak percaya.Namun, Leon tidak mengatakan apa pun demi menjaga reputasi Mallen.Akan tetapi, raut wajah Leon yang seperti itu membuat Cintia kesal.Leon pikir kalau dirinya itu hebat?Dia pikir semua wanita akan menempel padanya?Cintia menggeser badannya dan duduk menjauhi Leon.Cintia membuat jarak di antara mereka."Demi keamanan, lebih baik Nona Cintia menggunakan sabuk pengaman," kata Leon mengingatkan.Cintia menarik napas dalam-dalam.Cintia mengingatkan dirinya agar tidak marah.Cintia tahu kalau perkataan Leon itu bukan bentuk perhatian, tetapi takut Cintia akan beralasan untuk kembali menerkamnya.Cintia menggertakkan giginya dan memasang sabuk pengaman.Mobil pun sampai di tempat tujuan.Mal
"Lagi pula, aku dan Nona Cintia tidak dekat. Tidak bisa merepotkannya seperti itu.""Ini 'kan sedang didekatkan." Mallen merentangkan tangannya.Kalau tidak, mengapa Mallen mengajak mereka berdua untuk makan malam bersama hari ini?Ponsel Leon berdering sebelum dia menjawab Mallen.Dia melirik pada panggilan masuk di ponselnya, tatapan matanya berubah."Maaf, aku keluar dulu untuk mengangkat telepon."Leon pun berdiri dan beranjak keluar.Mallen melihat punggungnya dan menoleh pada Cintia, lalu berkata, "Jangan pedulikan sikapnya itu. Dia tidak terlihat gampang bergaul dengan orang, tapi dia adalah pria yang baik. Saat terakhir kali aku terkena masalah di Negara Malta, dia yang membantuku untuk membereskan semuanya.""Mungkin aku dan dia memiliki medan magnet yang berbeda." Cintia tidak ingin menyembunyikannya lagi.Cintia benar-benar tidak bisa berpura-pura lagi."Hei, dia bukan sengaja menargetkanmu." Mallen menghela napas dan berkata, "Aku juga tidak bisa menyalahkannya. Kamu juga l
Cintia meninggalkan restoran.Dia sudah menahan amarahnya.Sudah bertahun-tahun lamanya Cintia tidak pernah bertemu dengan orang yang berperilaku buruk seperti itu.Cintia menelepon Willy untuk datang menjemputnya.Jakarta di bulan Januari masih musim hujan.Cintia berdiri dan menunggu di jalan yang berangin.Makin Cintia memikirkannya, makin dia merasa marah.Belum pernah ada orang yang membuatnya marah seperti ini.Walaupun dulu Starvy memperlakukannya dengan buruk, dia masih memperlakukan Cintia dengan baik di depan orang lain.Cintia pun mengambil napas dalam-dalam.Dia lalu melihat sebuah mobil berhenti di depannya.Willy turun dari mobil dan melihat Cintia yang kedinginan. Dia lalu memeluk Cintia dan membuka pintu penumpang, membawa Cintia memasuki mobilnya.Cintia duduk di dalam mobil sambil menggosok tangannya.Karena sebagian besar tempat Cintia menghadiri acara sudah diatur suhunya, jadi dia tidak perlu mengenakan baju yang tebal.Tidak dapat dipungkiri, berpartisipasi dalam
Tidak tahu apa karena terlalu panik, tidak tahu juga apa karena Cintia asal melilitkan handuknya. Pada saat itu juga, saat Cintia berteriak, handuknya terlepas dari tubuhnya.Terjatuh begitu saja di depan pria itu.Lalu ... Cintia telanjang begitu saja."Ah!" Cintia berteriak lebih kencang.Cintia memiliki reputasi yang buruk.Akan tetapi, itu semua hanya rekayasa orang lain.Cintia tidak pernah sekali pun merasa malu karena dirinya sendiri seperti ini.Teriakan Cintia membuat telinga Leon berdenging.Leon lalu melihat Cintia.Cintia yang bisa merasakan tatapan Leon, seketika juga wajahnya memerah. "Kamu ... kamu ... lihat apa kamu!""Bukannya kamu sengaja memperlihatkannya padaku?" Leon malah meremehkannya."Kamu ... kamu ... cepat tutup matamu, tutup matamu!""Kenapa?" Leon tetap santai.Mata Cintia pun memerah.Pria arogan dan tidak masuk akal ini benar-benar membuat Cintia kesal.Cintia mengambil handuknya di lantai dengan cepat dan berusaha untuk menutupi tubuhnya.Leon masih terb
"Ini kamarku!" ucap Leon dari balik pintu, dengan begitu jelas sambil menggertakkan giginya."Kamu ....""Aku baru menelepon layanan kamar dan dia salah memberikan kartu kamar kita. Nomor kamarku 999, nomor kamarmu 666! Saat resepsionis memberikan kartu kamar padamu, itu adalah kartu kamarku. Mengerti tidak?" Leon tidak begitu sabaran dan nada suaranya terdengar begitu kesal.Cintia tertegun sejenak.Bagaimana bisa hotel mewah seperti ini membuat kesalahan sepele seperti itu?"Kalau kamu sudah mengerti, cepatlah keluar," desak Leon dengan tidak sabaran. "Jangan tinggal terlalu lama di kamarku.""Siapa yang mau tinggal di kamarmu!" Amarah Cintia meledak.Cintia tidak bisa menahan kesabarannya di hadapan pria ini."Lalu kenapa kamu belum keluar juga?""Aku ... aku lupa membawa baju, sialan!" umpat Cintia.Satu-satunya pria yang membuat Cintia mengumpat.Saat Cintia masuk ke kamar mandi, dia hanya melepaskan bajunya di sofa.Cintia tidak membawa baju ganti saat dia masuk.Sekarang hanya a
Sebenarnya, Cintia tahu kalau Leon tidak tertarik kepadanya.Bahkan Leon sama sekali tidak mengedipkan matanya saat Cintia tidak mengenakan sehelai pakaian di luar tadi.Cintia hanya ingin membalas dendam terhadap Leon.Leon selalu berpikir, Cintia mencoba merayunya.Cintia terus menerus menganggu Leon hingga Leon mati rasa. "Diam!" Leon mengertakkan gigi.Cintia sama sekali tidak mendengarkan perkataan Leon.Leon dengan liar mendekati tubuh Cintia.Cintia mencoba mendorong Leon.Siapa sangka, Leon yang tidak terlihat gemuk terasa seperti tumpukan besi menimpa Cintia."Sekali lagi kamu gerak!" Ancam Leon.“Cepat bangun, dasar mesum!” Maki Cintia.Saat ini, Leon sangat ingin melampiaskan semua hinaan yang dia terima.Seketika mata Leon menegang, dia mengancam dengan dingin, "Mesum, ‘kan?"Matanya dengan jelas menunjukkan sedikit ancaman.Hati Cintia menegang, buru-buru ingin mendorong Leon.Cintia terus berkata, "Cepat bangun!"Seketika mata Cintia membelalak.Pria ini benar-benar tela
Cintia sangat ingin melompat dan menghajar Leon.Leon telah melihat tubuh Cintia dengan jelas. Siapa yang seharusnya marah?Kenapa Leon harus memarahi Cintia sambil menunjuk hidungnya!"Kamu tahu aku sedang berganti pakaian di dalam dan kamu bergegas masuk. Apa niatmu?" Cintia pun membalas teriakan Leon, "Kamu pasti tertarik dengan tubuhku, ‘kan? Kamu hanya berpura-pura saja!"“Gila kamu!” Leon pun memaki Cintia.Kemudian, tidak peduli dengan tubuh telanjang Cintia, Leon berjalan menuju Cintia, mengambil ponselnya yang entah kapan terjatuh di lantai. Setelah itu Leon pun pergi menjauh dari Cintia.Brengsek!Cintia sangat marah hingga tubuhnya gemetar.Bagaimana dia bisa bertemu pria menjijikkan seperti itu?Cintia segera mengenakan pakaiannya dengan perasaan marah, memastikan tubuhnya tidak terlihat lagi, lalu berjalan keluar dari kamar mandi.Saat ini, Leon berbaring lagi di tempat tidur sambil memainkan ponselnya.Melihat Cintia keluar, Leon mengangkat kelopak matanya sedikit, tanpa
Berarti dapat disimpulkan kalau masker wajah tersebut tertinggal di kamar Leon.Cintia mempunyai kebiasaan, setiap malam harus menggunakan masker wajah sebagai perawatan diri.Lagi pula, umur Cintia hampir dua puluh sembilan tahun, jadi dia merasa harus merawat dirinya.Namun, kalau dipikir-pikir, jika dia pergi mengambil masker itu sekarang, entah apa yang akan dikatakan Leon padanya.Lebih baik, tidak usah pergi.Waktu sudah sangat larut, kalaupun membeli tidak mungkin.Cintia berpikir, dia lebih baik segera tidur.Hari ini hari yang cukup sibuk dan melelahkan bagi Cintia, dia pun berbaring di tempat tidur.Malam ini, tidak perlu meminum obat tidur melatonin.Dalam keadaan setengah sadar, tiba-tiba Cintia terbangun, karena mendengar ketukan pintu.Cintia terkejut.Sulit baginya untuk dapat tidur pulas tanpa obat. Siapakah itu?Cintia dengan kesal membuka selimutnya dan berdiri. Rambutnya berantakan, dia membuka pintu dengan agak sedikit kasar.Ternyata Leon yang berdiri di depan pint
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug