Cintia melihat layar ponselnya, Samuel mengenakan jas hitam, dasi kupu dan membawa sebuket bunga. Penampilannya begitu mengesankan.Sesaat Samuel tampil, seluruh layar penuh dengan "Samuel Purnomo sangat tampan", "Luar biasa", "Aku tidak yakin dia bukan artis" ....Saking banyaknya yang menuliskan komentar, Cintia kesulitan melihat tayangan langsung pernikahan Samuel.Saat Cintia berencana untuk menonaktifkan komentar langsung, ponselnya berdering.Cintia ragu sejenak saat melihat nomor ponsel Warto, tetapi akhirnya dia angkat."Lihat berita tidak?""Yang mana maksudmu?" tanya Cintia dengan sengaja."Bisa bercanda berarti suasana hatimu tidak buruk.""Apa gunanya bersedih kalau sudah tahu dari awal?" tanya Cintia."Aku suka dengan pemikiranmu. Walaupun langit runtuh, kamu akan tetap diam."Cintia tidak ingin bercanda dengan Warto dan bertanya, "Kamu tidak di sana?""Ada kok," kata Warto."Terus kamu masih meneleponku?""Aku 'kan mengkhawatirkanmu.""Tidak perlu.""Cintia, aku selalu me
Yulia sampai di depan Samuel.Mereka berdua saling bertukar pandang.Mata Yulia jelas terlihat berair.Ayahnya menepuk pelan tangan Yulia dan membawanya pada Samuel. Saat ayahnya pergi, dia menepuk pelan bahu Samuel yang merupakan nasihat dan kepercayaan dari tetua.Samuel membungkuk dalam-dalam pada ayah Yulia.Upacara pernikahan pun dimulai.Samuel dan Yulia menghadap pendeta.Setelah pendeta menyampaikan pidato pembukaannya dengan penuh semangat, dia memasuki bagian yang klise dan menarik. "Tuan Samuel Purnomo, apa kamu menerima Nona Yulia Tambunan sebagai istri sah-mu dan hidup bersamanya sesuai dengan ketetapan Allah .... Selalu setia padanya sampai maut memisahkan kalian?"Tatapan semua orang tertuju pada Samuel.Kamera juga tertuju pada Samuel."Wow, wow, sangat tampan. Jangan terlalu dekat, aku takut tidak bisa menahan diri untuk tidak menjilat layar.""Kebajikan macam apa yang aku miliki agar bisa melihat kecantikan itu seumur hidupku?""Yulia Tambunan adalah wanita paling bah
"Kamu juga bisa gugup?" Warto bercanda."Aku hanya ingin tahu kebenarannya saja. Lagi pula, apakah pernikahan Samuel dan Yulia akan berjalan dengan normal biasanya berhubungan dengan keselamatan dan kepentingan pribadiku."Benar.Cintia sangat egois.Fokus perhatian Cintia saat ini adalah, jika terjadi kecelakaan di pernikahan ini, masih bisakah dirinya pulang dan membawa Erikson bersamanya?Warto mengangkat kedua bahunya dan tidak lagi ingin membuat Cintia tegang, "Baru saja saat pernikahan berlangsung, saat Samuel akan menjawab pendeta apakah dirinya bersedia untuk menikah dengan Yulia, Ketua Eksekutif Tinggi menangkap Samuel dengan surat penangkapan atas kecurigaan atas kasus kejahatan bisnis."Cintia mengepalkan tangannya dengan erat."Apakah kamu tahu apa artinya ini?" tanya Warto kepada Cintia."Ini berarti pernikahannya tidak akan dilanjutkan," jawab Cintia.Warto lantas tersenyum dan berkata, "Cintia, aku sudah tak mau menonton lagi. Demi kamu, Samuel rela sampai seperti ini. D
Orang-orang yang tidak terhitung jumlahnya hanya mengamati kejadian ini dan memberikan pendapat mereka.Ada beberapa orang yang merasa kalau Keluarga Tambunan terlalu egois. Saat mereka menghadapi kesulitan, mereka mengatasinya dengan cara yang tidak manusiawi.Beberapa orang juga percaya bahwa sikap dari Keluarga Tambunan benar-benar memuaskan. Kalau melanggar hukum memang sepantasnya mendapatkan ganjaran yang setimpal, sama seperti jenis-jenis pelanggaran lainnya.Kebanyakan orang berada di kubu Keluarga Tambunan. Lagi pula, Keluarga Tambunan masih memiliki kekuasaan, tetapi Keluarga Purnomo sudah tidak memiliki hak untuk berpendapat lagi.Lima hari kemudian.Warto mengirimkan pesan ke Cintia yang berisi bahwa Samuel telah kembali ke Kota Bandung dan juga mengirimkannya alamat penjara di mana Samuel ditahan.Cintia ragu sejenak.Dia tetap memutuskan untuk pergi ke sana.Pertemuan Cintia dengan Samuel berjalan lancar.Sepertinya karena Warto sudah mempersiapkan ini terlebih dahulu.Ke
"Jaga dirimu dulu," kata Cintia dalam nada bicara yang kurang senang.Namun, melihat penampilan penuh percaya dirinya itu, Cintia masih merasa sedikit lega.Demi membatalkan pernikahannya, Samuel sampai benar-benar membuat dirinya terkena dalam masalah.Tidak ada orang yang sebodoh ini, apalagi Samuel yang sangat cerdas.Cintia menganggap Samuel sedang merencanakan sesuatu yang besar di balik semua ini."Aku pergi dulu," Cintia lantas berdiri dan hendak pergi.Cintia sudah merasa cukup setelah mendapatkan jawaban yang dia inginkan."Cintia!" Samuel memanggilnya.Suara Samuel itu terdengar sangat berat dan dalam.Terasa, seperti ada emosi di balik sahutan itu.Cintia berhenti sebentar dan menoleh padanya dia, "Masih ada yang mau dibicarakan?""Tolong jaga Erikson dengan baik selama masa-masa ini," kata Samuel"Aku tahu," jawab Cintia."Dan kamu juga jaga dirimu," lanjut Cintia."Aku bisa menjaga diriku sendiri," kata Samuel"Jangan jatuh cinta juga dengan orang lain." Samuel kembali men
Di dalam pusat tahanan.Yulia melihat Samuel dengan mata merah.Raut wajah Samuel menunjukkan dirinya tidak peduli."Demi Cintia, apakah ini sepadan?" tanya Yulia."Ini tak ada hubungannya lagi dengan dia. Hanya saja situasi yang memaksanya," jawab Samuel."Aku tahu kamu melakukan ini demi dia," ucap Yulia dengan tegas."Aku tak mau bermain-main dengan nyawaku sendiri," jawab Samuel"Demi Cintia, kamu bahkan rela mengorbankan nyawamu!" tegas Yulia.Samuel memilih diam saja.Yulia tiba-tiba tersenyum.Kemudian menangis dan tertawa sendiri.Dia seperti sudah hilang kewarasan.Yulia melanjutkan omongannya, "Samuel, apa kamu tahu? Aku akan menikah lagi."Mata Samuel bergerak sedikit.Lagi pula, Samuel masih bisa merasakan beberapa perasaan yang bergejolak."Keluarga Tambunan memang seperti ini. Semua orang hanyalah suatu alat. Semua ini sudah dimulai begitu kami lahir, aku seperti ini, orang tuaku juga seperti ini, dan kakakku juga seperti ini." Sambil menceritakannya, air mata Yulia jatuh
Sesampainya di Vila Purnomo.Cintia dibawa oleh pelayan dan berjalan masuk ke ruang kerja Frans.Cintia tidak begitu tahu apakah ini karena Samuel sedang terkena kasus, tetapi Vila Purnomo tampaknya menjadi lebih hening."Tuan Besar Frans," Cintia mengambil inisiatif untuk berbicara.Frans menatapnya, kemudian meliriknya selama waktu yang lama. Sangat lama, tetapi tidak mengatakan apa pun.Tampaknya, Frans masih memiliki perasaan yang rumit terhadap Cintia.Mereka berdua tetap diam dalam waktu yang sangat lama.Frans tiba-tiba menghela napasnya dan berkata, "Aku tak menyangka kalau Samuel akan melakukan hal seperti ini. Dari kecil hingga dewasa, dia tak pernah memberontak melawanku."Cintia tetap diam dan tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.Sebenarnya, Cintia dapat memahami suasana hati Frans saat ini.Cucu yang dirinya besarkan sendiri dan selalu patuh, suatu hari tiba-tiba melawan keinginan Frans, dan melakukan hal-hal yang tak dapat diterima oleh Frans.Namun, masalahnya sudah
Tidak ada orang yang dekat dengan Frans saat ini.Orang tua Samuel sudah meninggal terlebih dahulu, hidup dan mati Jimmy yang mengalami kecelakaan juga masih belum jelas, sementara Samuel sedang menunggu untuk diberikan putusan atas kejahatannya … hanya Nini yang masih berada di sisi Frans, juga dengan cucu perempuannya, Tammy. Nini diam-diam sudah menceraikan Walter beberapa waktu yang lalu dan Walter sudah meninggalkan Keluarga Purnomo.Siapa sangka bahwa Keluarga Purnomo yang begitu hebat dan kaya raya, dengan anggota keluarga yang banyak, akan tiba-tiba hancur dan terpisah ….Frans mendengarkan kata-kata Cintia, tetapi tidak memberikan jawaban dalam waktu yang lama.Hati Cintia dipenuhi dengan rasa pahit dan kecewa.Tidak tahu apakah Cintia memiliki kemampuan ini, tetapi sekarang Cintia sedang berusaha untuk menculik Erikson. Hati nurani dan moralitas yang dia miliki membuatnya sulit untuk melakukan hal ini.Lagi pula, Erikson adalah anaknya.Cintia tidak bisa berpura-pura dan meng
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug