Cintia menggerakkan mata kecilnya.Secepat kilat, tetesan air mata tiba-tiba mengalir dari sudut mata Cintia.Pada saat air mata terjatuh, sudut bibir Cintia sedikit terangkat.Cintia merasa lega, namun juga pahit di hati.Warto meraih tangan Cintia dan tanpa ragu membawa wanita itu pergi.Dua bayangan itu makin menjauh di depan mata Samuel ....Dengan kehadiran Warto, tidak ada yang berani menghentikan mereka di penjagaan pesta amal itu.Aturan tidak boleh pergi lebih awal tidak berarti apa-apa. Ternyata, semuanya tergantung pada orangnya.Cintia duduk di dalam mobil Warto dan menuju bandara.Keduanya berada dalam keheningan yang mendalam.Warto melirik Cintia, memandangi wajah cantik wanita itu yang dingin.Meskipun Cintia masih memperlihatkan sedikit gejolak emosional, sekarang sepertinya hati wanita itu tenang bagai air."Apa kamu tidak penasaran kenapa Tobby memanggilku tadi?" ujar Warto untuk membuka pembicaraan dan memecah keheningan di dalam mobil.Warto tidak tahu bagaimana pe
Apa karena Warto takut?Orang seperti Warto seharusnya sudah mengalami banyak cobaan besar, bukan?Cintia tidak banyak bertanya, dia segera mengambil ponsel dari tangan Warto.Mobil sedan yang bergegas membuat kedua orang tersebut agak tidak stabil.Saat mengambil ponsel, Cintia menyentuh punggung tangan Warto.Panasnya punggung tangan pria itu membuat detak jantung Cintia terkejut.Tanpa banyak berpikir, Cintia segera bertanya setelah mengambil ponsel Warto, "Mau menelepon siapa?""Joko," jawab Warto dengan cepat.Cintia melihat daftar kontak di ponsel dan menemukan nama Joko Susanto. Cintia pun segera menekan tombol panggil.Setelah menelepon, tiba-tiba mobil sedan melakukan drif, diikuti dengan pengereman mendadak yang keras.Ponsel yang sedang berdering terlepas dari tangan Cintia dan meluncur ke bawah kursi."Tuan Warto, duduklah dengan aman," kata sopir dengan tegang.Sebuah truk besar baru saja melintas di persimpangan jalan, kecepatan truk itu melaju menghadap mobil mereka dan
Mobil sedan kembali berguncang dengan hebat.Kedua orang tersebut sepenuhnya fokus, tidak bisa lagi mengobrol dengan santai.Cintia menghadap keluar jendela mobil, melihat sekeliling yang gelap gulita, tanpa tahu di mana mereka sekarang.Sepertinya makin menyimpang dari jalur yang benar.Bahkan Cintia tidak bisa membedakan apakah di sebelah itu jalan pegunungan atau hanya jalan desa biasa.Yang Cintia tahu, tidak ada apa-apa di kedua sisi jalan.Sopir terus melaju dengan cepat, sama sekali tidak berani berhenti.Mobil di belakang terus mengejar. Sedikit memperlambat saja, mereka akan tertabrak.Hasilnya akan sangat mengerikan.Keheningan di dalam mobil mencapai puncaknya.Bahkan, hampir terasa sesak.Mereka hanya berharap tim penyelamat dapat segera tiba. Jika tidak ....Raut wajah Cintia berubah menjadi sangat pucat.Warto dan sopir juga sama.Tiba-tiba, sebuah truk besar muncul di depan mereka, lampu jauh menyilaukan mata mereka. Sopir sontak tidak bisa melihat apa-apa, terganggu ol
Tobby mengangguk ringan.Yudi mengerti maksud Tobby dan berbicara ke ponselnya, "Selesaikan."Artinya, semuanya akan segera berakhir.Setelah meletakkan ponsel, Yudi langsung melihat tatapan adiknya, Yulia.Yudi memberinya pandangan meyakinkan.Senyum di sudut bibir Yulia sulit untuk disembunyikan.Mata Yulia bergerak sedikit dan mencari sosok Samuel.Tidak lama setelah mengumumkan tanggal pernikahan, Samuel pergi ke toilet.Saat itu, seseorang datang untuk mengajak bersulang dan memberi selamat, jadi Yulia tidak ikut dengan Samuel.Ini sudah sangat lama, mengapa pria itu belum kembali?Yulia memiliki firasat buruk dan segera pergi ke toilet untuk mencari Samuel. Bahkan tanpa mempedulikan etiket apa pun, Yulia langsung masuk ke toilet pria. Meskipun ada orang di dalam, Yulia langsung mencari-cari sosok Samuel seperti orang gila.Tidak ada.Samuel tidak ada di toilet.Yulia berjalan ke ruang pesta dengan panik.Semua orang yang melihat ekspresi gelisah Yulia menjadi bingung.Dalam situa
"Selain itu, kita masih memiliki rencana cadangan, 'kan?" Yudi mengingatkan lagi.Akhirnya, Yulia tidak lagi bisa melawan Yudi dan memilih untuk menerima kenyataannya.Yulia hanya bisa berdoa dalam hati agar Cintia benar-benar mati.Ketika Samuel tiba, yang ditemui hanyalah mayat yang dingin.Membayangkan itu, Yulia agak tenang....Setelah meninggalkan ruang pesta, Samuel segera pergi membawa mobilnya.Samuel menelepon Cintia berulang-ulang kali, tetapi tidak pernah diangkat.Samuel hanya bisa membawa mobil dengan laju menuju bandara.Di tengah jalan, tiba-tiba terdengar benturan hebat di jalan.Samuel melemparkan ponselnya ke samping dan melaju ke arah datangnya suara.Dari jauh, Samuel melihat mobil Warto dikejar oleh beberapa mobil.Samuel menambahkan kecepatan dan segera mengejar.Semua mobil melaju dengan sangat cepat.Meskipun sudah menggunakan kecepatan maksimal, Samuel masih tidak bisa mengejar, hanya bisa mengikuti mobil Warto menuju jalan pegunungan.Hingga terdengar suara b
Aku mohon, jangan tidak membalasku.Warto, yang ada di sebelahnya, mengernyitkan kening.Warto membuka mata dengan susah payah dan melihat cahaya.Karena siluet yang menyinari, Warto sama sekali tidak tahu siapa yang membawa senter.Namun, setelah melihat kedua tangan yang gemetar tanpa henti, seolah-olah Warto bisa menebaknya."Samuel?" kata Warto dengan lemah.Gumul di tenggorokan Samuel bergulir dengan cepat.Samuel tidak bisa berkata-kata.Warto mencoba untuk bergerak dan ingin keluar dari mobil, tetapi dia tidak punya kekuatan.Seluruh tubuh Warto terasa seperti sedang terjepit, dia sama sekali tidak bisa bergerak."Cintia!" Warto berusaha memanggil seseorang di sebelahnya.Cintia merasakan sesuatu, merasakan dirinya seperti berada di atas awan.Cintia berpikir mungkin dirinya sudah mati.Mungkin hanya mati yang bisa memberikan rasa melayang ringan seperti ini.Namun, pada detik berikutnya, Cintia merasakan sedikit tekanan, perlahan-lahan, seolah-olah sedikit tersadar kembali. Kep
Samuel memeluk Cintia dengan erat dan berusaha menariknya keluar.Cintia menggertakkan giginya, tubuhnya sakit sampai gemetaran.Sepertinya di bagian betis Cintia tersangkut sesuatu, sekali Samuel mengencangkan tenaganya, Cintia merasa makin sakit.Samuel juga tidak menggunakan seluruh tenaganya, dia juga takut hal ini akan menyebabkan organ bagian dalam Cintia mengalami kerusakan. Karena Samuel tadi mengencangkan tenaganya, membuat Cintia terluka lebih parah lagi."Bagian mana yang tersangkut?" tanya Samuel.Suaranya sangat pelan.Namun, karena posisi Cintia dan Samuel saling berpelukan, Cintia dapat merasakan napas berat serta detak jantung yang tidak normal pada diri Samuel. Kepanikan yang tidak dapat dipalsukan."Bagian betis sebelah kanan," jawab Cintia.Samuel lalu menundukkan badannya ke bawah dan memeriksa bagian betis yang dikatakan Cintia tadi.Betis Cintia terimpit kursi depan pengemudi, kursi itu masih diduduki oleh sopir yang saat ini sudah dalam keadaan pingsan.Samuel s
Dengan sikap tenang, Cintia mencari dan merasakan rangsangan pada kakinya.Akhirya, pelan-pelan Cintia dapat menggerakkan kakinya.Setelah perlahan-lahan.Cintia menggertakkan giginya, bersikeras mengerahkan tenaga untuk mengeluarkan kakinya keluar dari bawah kursi itu.Saat kakinya telah keluar.Di dalam mobil terdengar suara kursi yang diturunkan dengan cepat diikuti suara napas terengah-engah sopir yang sudah tidak bisa bertahan untuk berdiri lagi.Cintia masih merasa takut dan tidak percaya.Kalau tadi telat sedikit lagi, mungkin Cintia akan sekali lagi terimpit oleh kursi pengemudi.Cintia bahkan tidak berani membayangkan kakinya akan menjadi seperti apa seandainya kakinya sekali lagi terimpit kursi pengemudi serta ditambah dengan berat badan dari sopir. Saat Cintia mulai merasa sedikit lebih lega.Tiba-tiba Cintia melihat sepasang tangan Samuel terimpit oleh kursi pengemudi.Karena terlalu gelap, Cintia tidak bisa melihat ekspresi Samuel saat ini.Oleh karena hal ini, malah memb
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug