Jimmy hanya bisa menatap punggung Lily yang berjalan dengan terburu-buru.Jimmy pun tersenyum sendirian dengan kesepian.Orang yang tak bisa melupakan masa lalu hanyalah Jimmy sendiri.Akhirnya, Jimmy pun bangkit.Sekujur tubuhnya terasa beku.Jimmy berpikir untuk pergi.Namun, tanpa sadar, Jimmy melangkah mengikuti jejak Lily.Ini sudah larut malam. Dalam cuaca dingin, hampir tak ada orang di jalanan selain Lily yang berjalan sendirian ... itu tidak aman.Jimmy menjaga jarak sambil mengikuti Lily.Lily benar-benar tidak menyadari ada yang mengikuti dirinya. Dia hanya ingin segera makan bubur kacang ijo dan pulang.Saat tiba di toko kecil, Lily memesan semangkuk bubur kacang ijo.Pemilik toko pun mengobrol dengan Lily, "Kenapa tidak datang bersama pacarmu hari ini?""Dia ada urusan," balas Lily.Lily menundukkan kepalanya lebih rendah.Meskipun telah diboikot total, namun Lily tetaplah figur public sebelumnya. Dia tidak ingin dikenali."Pacarmu sangat baik padamu. Suatu kali dia datang
Jimmy hanya mendapatkan luka ringan di kulitnya.Sang pengemudi berhasil menginjak rem dengan tepat waktu, sehingga hanya menimbulkan benturan yang kecil.Meskipun sudah terdapat aliran darah yang cukup banyak darah akibat gesekan dengan tanah, tidak ada luka yang terlalu parah. Walau demikian, untuk berjaga-jaga, Jimmy lebih baik tetap dirawat di rumah sakit untuk pengawasan lebih lanjut.Seusai dokter menjelaskan, hanya tersisa Jimmy dan Lily berdua di ruang pasien.Lily meletakkan semua berkas pendaftaran rumah sakit dan beberapa obat di kabinet di sebelah ranjang Jimmy, kemudian berkata, "Ini beberapa dokumen opname milikmu, kemudian obat yang harus kamu makan dan gunakan, semuanya sudah kutaruh juga di sini. Ponselmu sepertinya rusak, ya?"Jimmy sedang menatap kepada Lily.Menatap Lily dengan acuh tak acuh dan ingin memberi jarak antara mereka berdua."Apa kamu mau pinjam ponselku untuk menelepon Keluarga Purnomo?" ucap Lily sembari menyerahkan ponselnya kepada Jimmy."Tidak perlu
Selama sebulan penuh Cintia tidak pernah bertemu Samuel. Cintia juga tidak pernah mendapatkan panggilan dan juga pesan darinya.Namun tentu saja, Cintia juga tidak mengharapkannya.Cintia sebenarnya juga sedang sibuk. Selama satu bulan ini, dia berhasil meluncurkan pakaian kelas atas dari Galaksi Grup ke pasar, yang memicu reaksi besar dari masyarakat. Penjualan meningkat secara drastis setiap harinya, nilai pasar Galaksi Grup pun meroket. Dalam waktu singkat, nilai perusahaannya hampir menyamai, bahkan melampaui banyak grup elite di Kota Bandung. Tentu saja, masih ada jarak yang besar jika membandingkannya dengan perusahaan papan atas, karena perusahaan-perusahaan itu telah dibangun selama beberapa generasi. Namun secara keseluruhan, momentum yang dimiliki Cintia benar-benar kuat. Cintia dijadikan sebagai ‘kuda hitam’ terbesar dalam dunia bisnis dalam dekade mendatang.Cintia sangat mungkin akan menjadi sosok legendaris di dunia bisnis.Orang-orang memberikan pujian yang terbaik kepad
"Kenapa?" tanya Cintia padanya.Cintia sedang berusaha untuk tetap tenang."Akan kujelaskan padamu saat aku pulang nanti."Apakah sudah saatnya untuk mengumumkan tanggal pernikahan?" Cintia menjawabnya secara blak-blakan.Jelas sekali, Samuel terdiam selama beberapa saat."Hasil yang memang sudah lama kuwaspadai. Ini tak akan mempengaruhiku." Cintia menjawabnya dengan jelas."Bukan hanya soal ….""Samuel, kadang-kadang keegoisanmu itu benar-benar mengerikan, ya." Cintia berucap dengan suara yang tegas.Samuel dapat merasakan tenggorokannya seolah-olah tercekik."Aku tak peduli apakah pernikahanmu dengan Yulia itu dipaksa atau tidak, tapi bagi Yulia, kalian itu sekarang sudah bagaikan seorang kekasih dan hubungan itu sudah resmi. Kalau kamu masih terus mengejar dan tak ingin meninggalkanku, apakah ini akan adil untuk Yulia? Tapi tentu saja, aku ini bukan Tuhan yang bisa mengasihi orang yang menyimpan rasa benci amat dalam kepadaku. Aku ini hanya benci dengan tidak adanya rasa tanggung j
"Samuel tak akan menyakitimu.""Tapi dia itu benar-benar sudah melampaui batasku!"Cintia langsung saja menutup pintu dengan tiba-tiba.Jimmy hanya bisa menutup rapat bibirnya.Dia bisa langsung merasakan kemarahan Cintia.Jimmy sendiri bahkan tidak bisa menjamin bahwa tindakan Samuel kali ini akan diampuni oleh Cintia.Hati Cintia kini dipenuhi dengan emosi yang membara. Cintia juga terus menerus berkata pada dirinya sendiri untuk tetap tenang.Dia harus menjadi tenang dan memikirkan bagaimana caranya untuk keluar.Cintia tidak mungkin selalu membiarkan Samuel untuk mendapatkan apa pun yang dirinya inginkan dalam dunia Cintia sendiri.Tak seorang pun bisa melakukan hal itu!Setelah memejamkan matanya sejenak, Cintia lantas menelepon Warto."Jam berapa kamu tiba? Aku akan menjemputmu." Warto langsung menjawab panggilan itu."Aku dihadang orang dan tak bisa datang."Warto pun sudah paham dengan jelas dan terdiam sesaat, kemudian bertanya kembali, "Samuel?""Ya.""Dan kamu butuh bantuank
Setelah makan siang.Cintia tidak langsung menyuruh Jimmy untuk pergi.Jimmy juga tidak berinisiatif untuk langsung keluar.Dia hanya duduk di sofa dan menonton TV.Sedangkan Cintia sedang menangani pekerjaannya di ruang belajar.Mereka berdua tampaknya sangat akrab.Jimmy yang sedang duduk di sofa sudah menguap berkali-kali.Dia mengaku kalau selama ini dirinya telah menderita insomnia. Kadang-kadang dia tidak tidur semalaman. Namun rasa kantuk itu tidak seberat yang sekarang, benar-benar membuatnya sedikit gelisah.Mungkin acara TV terlalu membosankan.Jimmy pun mengambil ponselnya dan mulai menonton beberapa video pendek. Dia juga melihat beberapa cuplikan berita.Dia juga melihat di kalau seluruh berita berfokus tentang kabar acara makan malam amal dari Tambunan Grup.Setelah menonton beberapa video, matanya mulai terasa semakin memberat.Pada akhirnya, Jimmy tidak bisa menahan rasa kantuk itu lagi dan akhirnya tertidur dengan tangan yang masih memegang ponsel.Cintia kemudian kelu
Dua orang pria keluar dari mobil sedan hitam yang berada di depan mereka dan langsung menghadang Cintia dan rombongannya."Aku akan pergi melihat-lihat." Pengawal di kursi belakang juga sudah langsung melihat kedua orang itu.Sang pengawal pun membuka pintu mobil dan keluar.Dia ingin menyelesaikan masalah lebih cepat agar mereka juga bisa segera pergi.Cintia yang sedang memegang gagang pintu juga mengeluarkan keringat dari telapak tangannya.Cintia melihat pengawal sudah turun dari mobil dan mengambil beberapa langkah menjauhi mobil.Cintia dengan cepat membuka pintu mobil dan langsung saja keluar dengan terburu-buru.Pengawal yang duduk di kursi pengemudi segera menyadarinya dan dengan cepat membuka pintu mobil untuk menghentikan Cintia.Cintia sendiri sudah masuk ke dalam mobil sedan hitam yang sejak tadi mengikuti mobil mereka dari belakang. Begitu pengawal yang mengemudi tadi turun dengan terburu-buru, mobil sedan itu sudah melaju menjauhi mereka.Mobil pengawal tadi masih dihada
Di lokasi acara makan malam amal Tambunan Grup.Di luar lokasi acara, sudah ada banyak orang yang berkumpul.Ada banyak wartawan, penggemar, staf keamanan, dan penonton. Tidak terhitung lagi jumlah mereka.Pemandangan seperti ini tentu saja tidak kalah dari acara makan malam artis mana pun. Bahkan ini melebihinya.Sebuah Rolls Royce hitam mewah berhenti di ujung karpet merah.Warto lantas melihat Cintia yang duduk di sampingnya.Setelah mereka meninggalkan rumah sakit, Warto ikut menemani Cintia untuk mengganti pakaian acara.Saat ini, Cintia sedang mengenakan gaun pesta berwarna hijau muda di badannya. Gaun itu begitu indah, hingga membuat yang melihat langsung berdebar-debar. Sulit untuk mengalihkan pandangan dari Cintia."Sudah mau turun dari mobil?" tanya Warto.Namun, Warto bukan orang biasa pula.Warto memiliki kebulatan tekad yang teguh.Sedangkan Cintia, dia hanya bersikap acuh tak acuh.Cintia menggigit bibirnya dan masih merasa sedikit emosional.Samuel tidak ingin Cintia men
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug