"Untuk mempertahankan kekuasaan keluargaku, aku memilih untuk bekerja sama dengan Nona Cintia.""Tuan Warto terlalu menganggapku. Dalam hal kekuatan finansial, aku jauh lebih buruk dari Keluarga Purnomo. Bahkan para petinggi bisnis lainnya di Kota Bandung juga begitu. Dalam hal kemampuan ... aku tidak pernah berhubungan dengan dunia politik dan tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Tuan Warto mencariku untuk bekerja sama tidak akan mendapatkan manfaat apa pun.""Nona Cintia terlalu meremehkan diri sendiri. Samuel bisa menyukaimu sudah membuktikan bahwa kamu bukanlah orang biasa ....""Tidak ada hubungan antara perasaan dan kemampuan," kata Cintia."Tentu saja, ini adalah yang pertama. Yang kedua adalah kalau Tobby ingin terjun ke dunia politik, keluarga kita harus terjun ke dunia bisnis di bidangnya. Saat ini, kamu adalah kandidat terbaik bagiku untuk berkembang dalam bisnis. Meskipun saat ini kamu mungkin tidak memiliki sumber daya keuangan yang cukup, aku pikir kamu adalah kuda hitam
Warto terdiam selama beberapa saat.Cintia tidak ingin menjelaskan, tetapi dia merasa bahwa Warto telah datang dari jauh. Jadi, bagaimanapun juga, dia harus memberi Warto alasan untuk kembali.Cintia berkata, "Aku mengerti apa yang dikatakan Tuan Warto. Ada banyak hal yang menarik bagiku, tapi aku tidak akan terlibat dalam perseteruan kalian. Aku benar-benar tidak sanggup ikut serta di dalamnya. Bidang yang kamu geluti telah melebihi kemampuan dan pengetahuanku. Aku tidak punya ambisi yang besar dalam hidup. Aku hanya ingin hidup damai. Tentu saja, kamu akan menentang apa yang kukatakan. Tapi setidaknya, aku tidak akan menghancurkan hidupku sendiri."Jakun Warto sedikit berguling.Warto berkata, "Apakah karena anak?"Raut wajah Cintia berubah drastis."Tidak sulit untuk mengetahuinya," kata Warto."Kalau Tuan Warto adalah orang seperti itu, aku pikir kita tidak perlu melanjutkan percakapan kita ....""Aku tidak menggunakan anak sebagai ancaman. Jangan khawatir, aku tidak selicik itu."
Cintia menatap Warto dan berkata dengan blakblakan, "Aku tidak bisa menjamin kalau aku bisa membantumu berurusan dengan Yulia. Yang bisa aku lakukan sekarang adalah menaikkan nilai keuntungan dari kerja sama kita.""Itu sudah cukup." Warto lalu melanjutkan, "Saat ini, kita tidak perlu tergesa-gesa untuk melakukan sesuatu yang besar. Keinginan untuk cepat sukses dengan cara instan hanya akan berakhir dengan kegagalan.""Apa aku harus memberikan laporan mengenai strategi operasional Galaksi Moda kepadamu?""Tidak usah. Aku hanya mengatur urusan finansial. Hal di luar itu akan aku serahkan semuanya padamu."Bagaimanapun juga, Warto berkecimpung dalam dunia politik dan tidak memiliki pengetahuan dasar di dunia bisnis."Kalau kamu tidak keberatan, bisakah aku mengajak Nona Cintia untuk makan malam? Sebagai perayaan dari kesepakatan kita?""Maaf. Aku tidak bisa," tolak Cintia. "Aku harus menjemput anakku.""Kalau begitu, aku tidak akan mengganggu waktumu dengan anakmu." Warto sangat sopan, t
Sebenarnya, Cintia bisa menebak apa yang ingin dikatakan oleh Samuel.Kerja samanya dengan Warto. Walaupun belum disebarluaskan, ada beberapa kabar yang bocor, jadi ada beberapa orang dalam yang sudah mengetahuinya.Itu pun sudah membuat sedikit kericuhan dalam dunia bisnis.Mereka tidak menyangka, keluarga hebat seperti Keluarga Tambunan ini memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan kecil milik Cintia.Bukankah lebih baik kalau mereka memilih Purnomo Grup yang memiliki sumber daya finansial yang tinggi?Namun, kerja sama itu sudah terjadi. Orang-orang ini sedang menunggu bagaimana hasil akhirnya nanti."Masuklah." Cintia membukakan pintu.Samuel mengikuti Cintia dan duduk di sofa."Kenapa kamu bekerja sama dengan Warto?" tanya Samuel langsung."Peluang dan kebetulan, masih ada nilainya, " ucap Cintia dengan jujur."Apa kamu tahu bagaimana situasi Keluarga Tambunan sekarang?""Aku hanya tahu kalau kerja sama ini menguntungkan dan tidak merugikan aku.""Cintia, apa kamu tidak bisa me
Samuel tertidur cukup lama.Waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam saat Cintia melihat waktu di jam dinding.Kalau terus seperti ini, besok Cintia tidak akan bisa bangun dan akan terlambat bekerja.Cintia menyimpan dokumennya, mematikan komputer dan berjalan menuju Samuel."Samuel, bangun." Cintia memanggil Samuel.Alis Samuel mengerut dan wajahnya berubah resah."Sudah malam, cepat pulang dan tidur .... Ah!"Cintia berteriak.Di detik selanjutnya, Samuel menekan seluruh tubuh Cintia ke sofa yang langsung tenggelam di sana.Cintia belum bereaksi.Bibir panas Samuel melekat pada bibir Cintia."Mm!"Namun, Samuel yang marah memeluk Cintia dengan erat hingga dia susah untuk bernapas.Cintia merasa, kalau hal ini terus berlanjut, dia akan mati tertimpa Samuel.Mata Cintia pun mengetat.Cintia membuka mulutnya dan menggigit bibir Samuel.Seketika rasa darah terasa di sela-sela bibir dan gigi kedua orang itu.Pada saat itu juga, Samuel seakan-akan tersadarkan. Dia menatap Cintia yang dit
Pada bulan 12, cuaca di Bandung sudah memasuki musim hujan.Pada tanggal 12 bulan 12, Steven berulang tahun yang ke-29.Menurut peraturan di Bandung, pria memegang angka 9 sedangkan wanita memegang angka 10. Ulang tahun Steven yang ke-29 ini sudah bisa dianggap terpenuhi dan saat dia berumur 30 tahun nanti, perayaannya akan besa-besaran. Jadi, Steven tidak hanya mengundang teman-teman sekitarnya saja, tetapi dia juga mengundang beberapa orang penting yang ada di Bandung, untuk meramaikan pesta ulang tahunnya.Cintia pun turut diundang dalam pesta itu.Beberapa waktu ini, Cintia disibukkan dengan peluncuran busana kelas atas dari Galaksi Moda. Jadi, Cintia menghadiri pesta ini untuk bersantai.Cintia masuk ke aula pesta dengan mengenakan baju pesta yang elegan tetapi sederhana.Dari kejauhan, Cintia bisa melihat Laura menggandeng tangan Steven. Mereka sedang menjamu para tamu undangan.Cintia tidak pernah melihat Laura mengenakan baju pesta berwarna merah sebelumnya. Pekerjaannya sebaga
Terlihat rasa terima kasih dari mata Laura.Cintia pun bangkit dan pergi.Saat Cintia pergi, dia membalikkan badannya dan melihat Laura. Dia bisa melihat genangan air mata Laura di bawah redupnya cahaya."Sudah lama aku tidak bertemu denganmu. Sekarang kamu sudah tumbuh menjadi seorang wanita." Pria itu tersenyum.Suaranya tetap lembut.Laura merapatkan bibirnya, lalu akhirnya mengeluarkan suaranya, "Kak Bryan.""Aku berpikir kalau kamu sudah melupakanku." Bryan pun tersenyum. "Masuklah ke dalam, di luar dingin."Laura pun membungkuk untuk memakai kembali sepatu hak tingginya."Jangan bergerak," panggil Bryan pada Laura.Pada saat itu juga, Bryan berjongkok dan mengambil sepatu hak tinggi Laura.Jemari ramping Bryan menopang kaki Laura, membantunya untuk memakai kembali sepatu haknya itu."Kak, kamu berlaku seperti itu pada adik iparmu sendiri tidak terlalu pantas, 'kan?"Mereka berdua seketika diam.Tiba-tiba, terdengar suara yang diikuti nada candaan. Suara itu tidak marah maupun ten
"Steven, kenapa kamu berbicara seperti itu pada kakakmu!" ucap Minarto, ayah Steven dan Bryan, dengan tegas."Tidak apa-apa," kata Bryan dengan santai. "Setelah bertahun-tahun, karakter Steven tidak berubah sama sekali.""Sudah dari kecil Kakak adalah anak kebanggaan Ayah dan Ibu. Apa yang bisa aku ubah? Berubah pun, tetap tidak bisa dibandingkan dengan seujung kuku Kakak," ucap Steven mencela dirinya sendiri. "Teman-temanku ada di sana. Aku akan ke sana menyambut mereka, jadi kalian sekeluarga bisa berkumpul bersama.""Steven!" Minarto menahan amarahnya.Di depan banyak tamu, dia tidak bisa benar-benar memarahi Steven, bukan?Tidak tahu kenapa kedua orang kakak beradik ini memiliki karakter yang jauh berbeda. Padahal keduanya dilahirkan dari orang tua yang sama. Sedari kecil, Bryan adalah seorang yang pintar dan bijaksana, tidak pernah membiarkan orang tuanya khawatir. Hanya satu pemberontakan yang dia lakukan, yaitu tidak ingin mengambil alih Grup Kartadi hanya untuk melanjutkan pene
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug