“Maka dari itu, kita memerlukan tujuh pemimpin yang sehati, Reynold… Kita membutuhkan tujuh pemimpin yang seiya sekata, sevisi dan semisi sama seperti kita. Kita membutuhkan tujuh pemimpin yang merupakan saudara sedarah, yang saling menyayangi, yang kompak – di mana satu saudara merupakan belahan jiwa dari saudara-saudara yang lain.” Reynold Sahah terlihat menyipitkan matanya dan menatap sahabatnya dengan sorot mata bingung. “Kadang aku tidak bisa memahami apa sebenarnya yang tengah kaurencanakan.” Reynold Sahah mendesah napas panjang sembari merapatkan sepasang bibirnya. “Tidak sekarang, Reynold… Mungkin suatu hari nanti, ketika kau duduk santai di ruang tamumu, ketika kau tengah santai menikmati pemandangan matahari sore di ruang tamumu dengan segelas cokelat panas di tanganmu, kau akan bisa mengerti apa yang sedang kubicarakan ini.” Tampak sebersit senyuman penuh arti dari Raja Howard Alex kala itu. Kenyataan masa kini menghempaskan kembali Reynold Sahah ke masa kini, ke tebing
“Akan kubuktikan padamu dia bisa, Howard Alex! Akan kubuktikan ucapanku ini! Aku tidak main-main!” Sang ayahanda memancarkan energi angin ke sang ibunda. Sang ibunda dan Kevin Husein terhempas ke belakang. “Jangan macam-macam di sini! Kau tahu jelas bukan aku selalu bisa mengawasi tindak-tandukmu selama dua puluh empat jam penuh? Jangan mencoba untuk berbuat yang macam-macam atau kau akan merasakan akibatnya nanti!” Sang ayahanda berlalu begitu saja. Kembali sang ibunda meraih Kevin Husein yang kini menangis meraung-raung ke dalam dekapan hangatnya.Hanya dalam dekapan hangat Ibunda ini, aku bisa menjadi Kevin Husein yang sesungguhnya. Hanya dalam dekapan hangat Ibunda ini, aku bisa menjadi diriku sendiri, tanpa perlu berpura-pura tegar dan kuat, tanpa perlu berpura-pura semuanya berjalan dengan baik-baik saja, tanpa perlu tersenyum padahal dalam hati aku merasa kesal, sedih, sakit, dan marah.Kepingan memori masa kecil yang lain sekonyong-konyong membelandang ke permukaan. Kevin H
“Yang harus meminta maaf adalah si Kevin Husein itu, Josh… Tapi, dengan menghancurkan semua barang-barang kita, dia takkan bisa menghancurkan semua kasih sayang dan persaudaraan di antara kita. Aku ingin kau selalu mengingat hal itu, Josh…” Si abang tertua menyeka ekor mata si adik bungsu yang berair. Josh hanya mengangguk-angguk dengan cepat. “Aku tidak perlu hadiah apa pun, karena kehadiranmu di pesta ultahku malam ini sudah menjadi hadiah yang sungguh tidak tergantikan dengan apa pun di seluruh jagat raya ini.” Perlahan-lahan, senyuman Josh mulai kembali. Sembari tersenyum simpul, tampak Junaidy merentangkan kedua tangannya. Josh kontan menenggelamkan dirinya ke dalam dekapan hangat sang abang tertua. Perlahan-lahan, melodi surgawi yang nirmala kembali bersenandung dan mengalun lembut di seantero Negeri Elemen. Di titik memori kesadaran yang lain, tampak Vritz kini membuat kue ultah Jimmy sendirian karena sang ayahanda sudah keluar dari ruang dapur dan masuk ke dalam ruang bac
Melihat kondisi perasaan sang adik, Jimmy meraih Vritz ke dalam dekapannya yang hangat. “Sudahlah… Tanpa kue, aku masih bisa merayakan ultah tahun ini dengan penuh kegembiraan dan keceriaan kok…” kata Jimmy tergelak sejenak. Vritz menatap abangnya dengan sinar mata bingung. “Ada kalian semua, ada kau menemaniku di hari ultahku tahun ini, Vritz… Itu sudah menjadi hadiah yang sungguh tidak tergantikan di seluruh semesta ini.” “Benarkah?” tanya Vritz sembari sedikit tersenyum kecut. “Percayalah padaku… Aku berkata yang sesungguhnya dari lubuk hatiku yang terdalam.” Jimmy mengelus-elus kepala Vritz yang masih terisak dalam tangisannya. Namun, sekarang sudah tampak Vritz sedikit memancarkan senyuman imutnya. “Kau tidak bersedih lagi kan? Terima kasih sekali… Terima kasih sekali sudah menjadi saudaraku yang begitu memperhatikan aku, Vritz…” “Ketika kita ada jalan-jalan ke alam manusia nanti, kau harus traktir aku makan nasi goreng asoka lagi ya…” kata Vritz dengan gaya imut. “Tentu
Lima pengawal tertinggi sisanya merasa seakan-akan tenggorokan mereka tercekat.“Jadi, kenapa… kenapa…” Junaidy tidak sanggup menyelesaikan pertanyaannya. Serasa ada awan gelap yang menyelimuti kenyataan yang akan segera terbongkar ini.“Sederhana bukan? Apa kalian masih belum mengerti? Apakah kalian masih belum bisa menyimpulkan sendiri kenyataan yang ada, kenyataan yang selama ini disembunyikan oleh Almarhum Raja Howard Alex?” tanya Pak Reynold dengan raut wajah datar.Kelima pengawal tertinggi saling bertukar pandang sejenak. Perasaan deg-degan kian menggerayangi. Pantai kebenaran kian menggelimangi kecemasan dan kekhawatiran mereka.“Tidak mungkin dong tubuh kami ini juga tubuh dewa naga, Pak Reynold. Pak Reynold pandai bergurau saja nih di saat-saat seperti ini…” kata Ray Wish berusaha menetralisir ketegangan dengan sedikit guyonannya.“Memang benar…” tukas Pak Reynold singkat, jelas, padat, berisi.Pernyataan singkat Pak Reynold bagai gementam halilintar yang melincam samudra ha
Malam datang membayang. Junaidy memasakkan sup ayam obat dan menumis berbagai jenis sayuran hijau buat Vritz dan Josh yang baru saja pulih. Tukar-menukar cerita pun terjadi di meja makan. Di luar dugaan mereka, Vritz hanya santai menanggapi cerita tersebut. Dia tampak saling suap-menyuapi makanan malam itu dengan Jimmy yang duduk di sampingnya.Josh sendiri merasa sedikit lucu. Malam itu dia terlihat semakin dekat dengan keenam saudaranya. Dia juga terlihat saling suap-menyuapi dengan abang tertuanya. Memang di antara semua saudaranya, dia paling dekat dengan abang tertuanya.“Aku ingin sayur selada runcing itu, Jim… Terlalu jauh… Aku tidak bisa mengambilnya. Kau mau mengambilkannya untukku kan?” cetus Vritz dengan gaya manja. Dia terlihat diam-diam mengulum senyumannya.“Entah kenapa aku merasa Vritz menjadi lebih manja malam ini. Apalagi setelah dia mengetahui kenyataan yang sebenarnya…” kata Jimmy sambil mengambilkan sayur selada runcing yang diinginkan oleh adiknya. Dia memasukkan
“Hanya dia sendirilah yang tahu,” sambung Vritz masih sambil mengunyah makan malamnya.“Sebenarnya sedikit banyak aku kasihan padanya. Terlahir dalam kondisi tidak berkekuatan apa-apa, senantiasa diremehkan dan ditindas orang, selalu dimarahi dan dikecualikan oleh ayahanda sendiri, sering dihina dan dibilang tidak pantas menjadi seorang putra mahkota – jelas semuanya itu adalah perkara yang tidak mudah dilalui dan dijalani. Umpamanya aku adalah dia, aku sendiri juga tidak yakin aku bisa setegar dia atau tidak…”Kalimat-kalimat sang abang tertua menarik adik-adiknya juga ikut terjun ke dalam suatu perenungan malam itu. Terlihat ketujuh bersaudara Husein tenggelam dalam alam perenungan masing-masing.“Iya, kau benar, Bang Jun… Selama tinggal di Negeri Elemen ini, aku kira aku bisa melalui semuanya ini adalah berkat kehadiran kalian semua. Bayangkan saja selama ini Kevin Husein harus menjalani semua siksaan dan tekanan batin itu sendirian.” Josh menjadi merasa bergidik dan iba pada saat
Kendrick Husein membuang pandangannya ke arah lain dengan santai. “Mungkin aku akan membinasakan mereka saja. Ayahanda toh sudah punya tujuh pangeran. Kurang dua kan sama sekali bukan perkara besar!” Dua tamparan yang bahkan lebih keras daripada tamparan pertama tadi mendarat di pipi Kendrick Husein kiri dan kanan. Sang ayahanda mengarahkan jurus tujuh elemennya lagi ke tubuh Kendrick Husein. Tubuh Kendrick Husein tercampak ke belakang dan kontan menghantam jerjak jendela di belakang. Kali ini tampak sedikit tetesan darah merah segar muncrat dari mulutnya. “Enyah kau ke kamarmu dan jangan sempat aku lihat kau keluar sampai besok siang ya!” Terdengar suara sang ayahanda yang berdentum mengalun ke seisi rumah. Kendrick Husein berdiri dan keluar dengan langkah-langkah yang tertatih-tatih. Untuk sampai ke kamar tidurnya, dia harus melewati ruang tamu. Tampak tujuh bersaudara Husein sedang bermain-main dengan riang gembira di ruang tamu. Keceriaan dan kegembiraan terhenti seketika tatk
Pak Reynold berdiri di depan bola kristal peramal dan mulai mengajukan pertanyaannya, “Apa yang akan terjadi pada ketujuh pangeran Negeri Elemen di masa depan?” Begitu pertanyaan tersebut dilontarkan, mendadak saja bola kristal peramal mengeluarkan semacam kabut asap ke seisi ruangan kerja Pak Reynold. Kabut asap kian lama kian tebal dan akhirnya menghalangi jarak pandang Pak Reynold dan Rafael Sahah. Antara tersadarkan dan tidak, keduanya seakan-akan terlempar ke sebuah dunia yang benar-benar asing bagi mereka. Di dunia itu, mereka hanya bisa menyaksikan apa-apa saja yang terjadi, namun mereka tidak bisa menyentuh apa pun yang ada dalam dunia itu ataupun berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam dunia itu. Tampak seorang pemuda pertengahan dua puluhan sedang duduk sendirian di sebuah coffee shop. Coffee shop tersebut berada di tengah-tengah pusat kota yang ramai dan sibuk. Tampak sedikit antrean pembeli di bagian depan. Tampak ada beberapa pengunjung yang memilih menghabiskan
“Aku mengalami hari-hari yang buruk akhir-akhir ini karena sang dewa yang aku cintai sama sekali tidak mengetahui perasaanku dan sama sekali tidak menghiraukan cinta dan perhatianku. Namun, melalui perjuangan-perjuangan Tujuh Pangeran selama ini, aku bisa belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan menunjukkan cintaku yang tidak terbatas kepada dewa-dewi yang ada di sampingku. Sang dewa yang aku cintai akhirnya menyadari keberadaanku dan cintaku terhadapnya selama ini. Kemarin aku memberanikan diri menyatakan perasaan padanya dan dia menerimanya. Kami telah jadian sekarang. Terima kasih kepada Tujuh Pangeran atas segala motivasi dan semangat yang dipancarkan selama ini… Kami akan selalu menunggu kalian kembali…” kata salah seorang dewi junior yang lain, yang diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan riuh seisi auditorium.“Aku berkali-kali gagal ujian saringan masuk ke perguruan tinggi di Negeri Elemen sini. Setelah itu, pacarku juga memutuskan hubungan kami dengan alasan dia telah menc
Panglima Christian Aquila mendesah napas panjang dalam diam. Howard… Novi… Kini kalian sudah bisa tenang di sana. Ketujuh pangeran sudah tumbuh dewasa sekarang dan kelak pasti akan bisa menjadi tujuh raja yang arif dan bijaksana.“Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah dulu, Tujuh Pangeran. Rakyat Negeri Elemen ingin mengucapkan salam perpisahan secara langsung kepada Tujuh Pangeran,” celetuk Pak Reynold.Tujuh Pangeran saling berpandangan untuk sesaat. Mereka tersenyum penuh arti dan kemudian mengangguk mengiyakan.“Oke… Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah…” tukas Josh santai.Satu per satu menteri dan staff kenegaraan tampak meninggalkan ruang rapat.***“Tujuh Pangeran akan berangkat ke alam brahma hari ini. Ketujuh putri yang menemani dan mencintai mereka pasti akan sangat sedih…”“Iya ya… Kasihan ya ketujuh putri itu… Apakah mereka bisa bertahan sampai dengan Tujuh Pangeran kembali ke alam dewa naga dan alam manusia nanti?”“Yang namanya c
“Apa itu?” tanya Yongki dan Ray Wish berbarengan.“Persahabatan, persaudaraan, dan kekerabatan kita tetaplah sama. Mungkin pada waktu 20 tahun mendatang, kita akan datang ke sini membongkar kotak kenangan ini bersama-sama dengan istri dan anak-anak kita. Iya nggak?” Junaidy menyeringai lebar.Keenam saudara yang lain juga tampak meringis lebar.“Dan aku akan bilang pada anak-anakku bahwa mereka memiliki enam paman yang sangat aku sayangi…” kata Vritz.“Dan aku akan bilang pada anak-anakmu dulu aku pernah beradu mulut dengan ayah mereka,” sahut Josh dan meledak dalam tawa ringannya.“Terserah apa yang mau kaubicarakan dengan mereka, Josh…” Vritz tampak meringis lebar. “Kurasa itu akan sangat menyenangkan… Kita datang ke sini membongkar kapsul waktu ini, mengenang masa-masa silam. Dan pada saat itu kita akan cerita lagi tentang hari ini, ditemani segelas teh hangat dan beberapa cemilan ala kadarnya di sore hari.”“Akan terasa suasana yang begitu hangat dan sejuk di hati ya…” kata Jimmy.
“Kenapa bisa begitu?” tanya sang putri lemah lembut, masih merebahkan kepalanya ke bahu sang pangeran, dan masih menelusuri pemandangan di luar dengan sorot mata menerawang.“Biarpun mereka memperoleh seluruh semesta ini sekalipun, mereka tetap takkan merasa bahagia dan gembira. Hanya ada kenihilan, kehampaan, dan kekosongan di sana. Karena sebenarnya yang mereka butuhkan dan inginkan sangat… sangatlah sederhana. Mereka hanya membutuhkan cinta dari orang-orang yang mereka sayangi; mereka hanya membutuhkan perhatian dari orang-orang yang mereka cintai. Sederhana sekali, tapi justru itulah yang tidak mereka dapatkan selama ini. Beginilah akibatnya jika hidup di dunia tanpa cinta…”“Menurutmu cinta bisa mengalahkan segalanya?”Sang pangeran kembali menganggukkan kepalanya dengan mantap.“Itulah yang membuatku tetap bertahan sampai sekarang, Sayang. Ada cinta darimu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang terdahulu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang di alam manusia sana… Dan, ada cinta
Tujuh Pangeran membawa tujuh putri pujaan masing-masing ke restoran termahal dan termewah baik di alam dewa naga maupun di alam manusia. Semuanya membawa putri pujaan masing-masing menyantap makanan lezat di restoran yang super mewah, kecuali Vritz yang membawa si gadis kelinci terbang ke puncak gunung tertinggi di alam dewa naga. Si gadis kelinci sendiri tidak menginginkan makanan super lezat di restoran super mewah. Dia bilang dia hanya menginginkan sedikit waktu yang semakin terasa berharga untuk dihabiskannya bersama-sama dengan Vritz.Terdengarlah beberapa percakapan penting nan penuh arti antara ketujuh putri pujaan hati dengan ketujuh pangeran.“Kenapa tidak dimakan?” tanya sang pangeran.“Karena aku tidak berselera…” jawab sang putri masih menatap dingin ke makanan dan minuman yang terhidang di hadapannya. Sayup-sayup terdengar suara background music yang melankolis mengalun ke seisi restoran.“Makanlah… Habis itu, kita akan jalan-jalan ke taman hiburan.” Sang pangeran berusah
Jimmy menggaruk-garuk kepalanya dengan kikuk. Vritz hanya memandanginya dengan sinar mata ganjil yang nakal nan penuh arti.“Aduh, Bang Ray Wish… Jelas-jelas kau tahu waktu itu aku masih belum bisa mengingat kehidupan lampauku…”Kelima saudara yang lain meledak dalam tawa geli mereka.“Tapi, aku tahu Vritz pasti akan memaafkanku karena dia adalah saudara belahan jiwaku yang baik hati…” Kembali Jimmy meraih diri Vritz ke dalam dekapan hangatnya.“Oke deh… Sudah saatnya kita siap-siap… Ada segudang salam perpisahan yang harus kita katakan pada putri-putri kita hari ini…” kata Junaidy.“Iya… Aku akan menghadapi amarah Gisella dan omelan-omelannya sepanjang hari ini. Aku akan pulang ke penginapan lebih malam hari ini ya, Brothers…” kata Josh sedikit tersenyum simpul.“Kita akan terlelap lagi dalam kristal warna kuning emas itu. Namun entah mengapa, kali ini aku tidak merasa begitu tersiksa dan tertekan lagi. Aku lebih tenang dan lebih siap mental menghadapinya sekarang…” kata Jimmy dengan
Vritz menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya supaya dia bisa menjauh dari Ratu Surgawi yang jahat nan kejam itu, tapi dia sama sekali tidak berdaya.“Tidak ada yang boleh menolak cinta dan pengorbananku! Ayahandamu sungguh kejam karena ia tidak bisa menghargai cinta dan penantianku yang begitu besar untuknya sejak aku masih kecil sampai dengan sekarang! Aku tidak pernah berhenti mencintainya! Aku tidak pernah berhenti merindukannya setiap malam! Namun, apa balasannya terhadapku! Apa balasannya terhadap seluruh cinta dan pengorbananku! Dia malah mengkhianati, mencampakkan dan menginjak semua cinta dan ketulusanku! Dia jatuh cinta dengan ibundamu, saudara kembarku sendiri! Jangan salahkan aku ya… Jangan salahkan aku… Salahkan ayahanda dan ibunda kalian… Karena mereka, kalian terpaksa harus mengalami nasib nahas seperti ini. Kalian akan menyaksikan dengan mata kepala kalian sendiri Putra Mahkota Kevin Husein naik takhta sebagai raja menggantikan kalian d
“Peduli apa! Dia memang tidak pantas mendapatkan piala dan piagam juara dua ini kok!”“Iya… Kita injak saja!”“Supaya lain kali kalau dia masih mau mengikuti perlombaan menyanyi dengan suaranya yang cempreng itu, dia akan berpikir dua tiga kali…”Terdengar derai tawa mengejek nan melecehkan dari beberapa anak yang menginjak-injak hadiah-hadiah Vritz itu. Mereka berlalu begitu saja.Tampak Vritz kembali meneteskan air mata kepedihan dan kegetiran sendirian. Mobil Jimmy mulai digas dan berlalu meninggalkan tempat parkir gedung serbaguna itu.“Vritz! Vritz! Vritz!” jerit si ibu begitu ia tiba di gedung serbaguna dan melihat apa yang tengah terjadi pada anaknya. “Apa yang terjadi? Kenapa jalannya tidak hati-hati? Aduh! Ada yang terluka?”Si ibu memeriksa kondisi sekujur badan anaknya. Untunglah tidak ada luka yang serius.Si ayah juga tampak sangat panik. Kedua suami istri itu memberdirikan si anak dan membantu mengambilkan hadiah-hadiahnya yang berceceran di jalan setapak di depan gedung