Bandung, pertengahan Juni 2017Jason Darren Gani terbangun dalam kondisi yang kurang bersemangat. Sudah beberapa malam terakhir ini dia tidur dalam kondisi yang kurang nyenyak. Dia selalu terbangun pada jam empat atau jam lima pagi-pagi buta. Begitu mencoba untuk tidur kembali, dia tidak bisa. Matanya akan melek terus sampai pagi.Banyak beban pikiran yang menyelisir di teluk pikirannya. Misteri tidak terjawab mengenai menghilangnya Robert Martin sampai sekarang masih menjadi sebuah tanda tanya besar dalam pikirannya. Sampai sekarang dia masih belum bisa menemukan di mana sahabatnya semasa kuliah itu berada. Robert… Robert… Ada di mana kau sekarang? Jujur aku tidak pernah percaya kau meninggalkan perusahaan, meninggalkan aku karena ada perusahaan lain yang menawarkan gaji dan tunjangan yang lebih banyak. Kau bukan orang yang seperti itu. Tapi, mengapa kau meninggalkanku dan meninggalkan perusahaan tanpa alasan? Apa yang tidak bisa kaujelaskan sebenarnya? Apakah… Apakah ini ada hubung
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang ketika telepon di meja kerja Martin Lance berdering. Tampaknya Jason Darren Gani menyuruhnya ke ruangannya sebentar karena ada yang ingin dibicarakannya.Dia bergegas keluar dari ruangannya dan bergerak menuju ruangan direktur. Di depan pintu ruangan direktur ia bertemu dengan Oscar Olivio. Oscar Olivio mengangkat bahu petanda ia juga tidak jelas kenapa ia juga dipanggil menghadap sang direktur. Martin Lance mengetuk sebentar pintu ruangan tersebut sebelum membuka pintu dan melangkah masuk. Oscar Olivio mengekori Martin Lance masuk ke dalam ruangan direktur.Betapa terperanjatnya kedua penjahat itu tatkala melihat wajah sang pembunuh bayaran yang mereka sewa untuk melenyapkan nyawa Robert Martin. Si pembunuh bayaran duduk di sofa panjang depan meja kerja Jason Darren Gani bersama dengan beberapa petugas kepolisian.“Apakah ini orangnya?” tanya si polisi kepada si pembunuh bayaran.“Iya…” jawab si pembunuh bayaran lirih.Martin Lance dan Osca
Terlihat para pemegang saham saling berpandangan sesaat. Kebanyakan dari mereka menggelengkan kepala mereka.Detik-detik berlalu. Para pemegang saham keluar dari ruangan direktur. Tinggallah Jason Darren Gani dan sahabat karibnya di dalam ruangan tersebut.“Dengan demikian aku harus berterima kasih padamu, Bert…” Jason Darren Gani merangkul erat Robert Martin. Robert Martin hanya berdiri kaku dalam rangkulan erat sahabatnya.“Berterima kasih padamu bukan hanya kau telah membongkar semua aksi Martin Lance dan Oscar Olivio di belakangku selama ini. Tapi berterima kasih kau masih hidup dan masih berdiri di hadapanku sekarang.”Robert Martin mendadak berkata dengan lirih, “Sorry, Jason… Aku… Aku…”“Ada apa? Kedua orang yang selama ini menusuk-nusuk kita dari belakang telah ditangkap dan kau juga selamat dari percobaan pembunuhan oleh mereka. Bukankah ini adalah sesuatu yang harus kita rayakan?”“Aku… Aku memang selamat dari percobaan pembunuhan mereka dan aku masih berdiri di depanmu kini
Waktu berlalu… Perlahan-lahan Jason Darren kembali membuka sepasang matanya. Kembali dia melihat bayangan Robert Martin yang tersenyum lembut kepadanya. Dia perlahan-lahan bangkit dan mendapati dirinya berbaring di sofa panjang yang di depan meja kerjanya.“Huh…! Pingsan tadi aku kan? Ke mana kedua temanmu yang dari alam lain itu?” tanya Jason Darren memandang ke sekeliling, tapi dia tidak menemukan di mana Ray Wish dan Yongki.“Mereka sudah keluar dari ruanganmu ini. Sepertinya sekarang mereka sudah balik. Aku suruh mereka pergi duluan. Nanti aku menyusul.” Robert Martin masih terlihat tersenyum lembut.“Kau benaran akan kembali ke Negeri Elemen? Itu kan nama negerinya berdasarkan percakapanmu dengan kedua temanmu itu?” Jason Darren Gani sedikit menyipitkan matanya.Robert Martin hanya mengangguk tenang.“Sepertinya aku tidak bisa menahanmu di sini lebih lama lagi. Aku tidak memiliki sesuatu yang bisa kugunakan untuk menahanmu. Tentu saja uang takkan bisa berfungsi dengan baik lagi.”
Seberkas sinar perak berkelebat di depan halaman penginapan mereka. Muncullah sosok Jimmy Ferry di sana. Sinar merah, putih, hijau, biru, dan cokelat juga berkelebat di sana. Muncullah sosok Ray Wish, Junaidy, Vritz Victor, Robert Martin dan Yongki di sana. Mereka tersenyum melihat satu sama lain.“Apakah urusannya lancar di sana?” Robert Martin yang membuka pertanyaan terlebih dahulu.“Lancar tentu saja,” gumam Ray Wish penuh dengan semangat.“Lancar sekali…” Junaidy Jinnara tampak tersenyum penuh dengan semangat.“Lancar juga… Tidak ada yang mesti aku selesaikan di alam manusia sih… Aku hanya menengok keadaan adik dan kedua orang tuaku.” Vritz Victor tampak tersenyum tipis.“Lancar tentu saja… Kedua orang tuaku terkejut sekali ketika aku beri mereka uang. Dari mana uangnya sebegitu banyak? Ayah ibuku tanya seperti itu!” Jimmy Ferry sedikit terbahak.“Kau beritahu mereka soal rahasia dunia naga ini?” tanya Robert Martin lagi.Jimmy Ferry mengangguk antusias.“Aku juga beritahu mereka
“Terserah apa maumu…” desis Jimmy Ferry dingin sebelum ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar Josh. Mendadak timbul sebilur penyesalan dalam padang sanubari Josh.“Pikirkanlah baik-baik… Tak ada yang bakalan membenarkan posisimu dalam kondisi yang seperti tadi, Josh…” tukas Yongki dengan raut wajah datar. Dia pun keluar dari kamar Josh.“Mungkin kau membutuhkan beberapa waktu untuk kesendirianmu, Josh…” Ray Wish mengekori Yongki keluar dari kamar Josh.“Aku tahu kau akan sangat susah membuka diri dan mengungkapkan masalah pribadimu kepada kami semua. Namun, ketika kau ingin mencari teman curhat, aku siap mendengarkanmu, Josh…” kata Junaidy menepuk dan meremas ringan bahu Josh sebentar sebelum ia juga keluar dari kamar Josh.“Aku siap mendengarkan curhatanmu, Josh… Kau boleh cari aku kapan saja. Aku siap membantu sebisaku…” kata Robert Martin menepuk ringan dan meremas lembut bahu Josh. Ia juga berlalu keluar dari kamar Josh.Jimmy Ferry membawa Vritz sampai ke sebuah kolam kecil di
“Bola kristalku yang ada dalam tubuhmu itu bisa memberimu kekuatan supranatural negeri ini. Dengan kekuatan itu, kau bisa membela dan melindungi negeri ini layaknya seorang dewa naga…” kata Ratu Surgawi dengan senyuman penuh naluri keibuan yang terpancar dari wajahnya. “Dan di mana keenam rekanku yang lain itu, Ratu Surgawi?” tanya Vritz di tengah-tengah kebingungannya. “Mereka masih berada di alam manusia – merajut jalan hidup masing-masing. Takdir mereka juga mengatakan mereka akan mengalami kematian sama seperti kematian yang kaualami. Begitu itu terjadi, takdir mereka untuk menjadi pengawal-pengawal tertinggi di negeri ini akan segera dimulai.” Vritz terdiam dalam kaku. Dia sama sekali tidak bisa mengingat bagaimana, kapan, dan di mana dia meninggal. Pikiran dan perasaannya begitu kacau. “Aku sama sekali tidak bisa mengingat kapan, di mana, dan bagaimana aku meninggal di alam manusia sana. Apa… Apa sebenarnya yang telah terjadi pada diriku, Ratu Surgawi?” Tampak Vritz Victor m
“Josh…! Kita dipanggil oleh Ratu Surgawi ke istana pusat sebentar. Ada yang menggelar demonstrasi di sana protes sesuatu. Kita harus ke sana sekarang.” Robert Martin memanggil Josh Kian yang tampak masih merebahkan diri di tempat tidurnya.Josh Kian bangkit dari rebahannya dan memandangi Robert Martin dengan sorot mata bingung.“Ada juga demonstrasi di negeri dewa naga ini?” tanya Josh Kian. “Itulah juga yang kupikirkan ketika aku pertama kali mendengar berita ini. Aneh-aneh saja… Bisa pula terjadi demonstrasi di sini. Kami tunggu di luar ya, Josh…” ujar Robert Martin hendak berjalan keluar dari kamar Josh Kian.“Tidak usah tunggu aku, Bang RM… Kalian pergi saja dulu. Aku nyusul sebentar lagi…” celetuk Josh Kian tiba-tiba.Robert Martin berhenti sebentar dan menatap Josh Kian dengan penuh tanda tanya.“Aku benaran akan menyusul kok… Aku perlu sedikit waktu untuk ganti baju,” kata Josh Kian sedikit terbahak.“Oke deh… Kami menunggumu di sana ya…” tukas Robert Martin. D
Pak Reynold berdiri di depan bola kristal peramal dan mulai mengajukan pertanyaannya, “Apa yang akan terjadi pada ketujuh pangeran Negeri Elemen di masa depan?” Begitu pertanyaan tersebut dilontarkan, mendadak saja bola kristal peramal mengeluarkan semacam kabut asap ke seisi ruangan kerja Pak Reynold. Kabut asap kian lama kian tebal dan akhirnya menghalangi jarak pandang Pak Reynold dan Rafael Sahah. Antara tersadarkan dan tidak, keduanya seakan-akan terlempar ke sebuah dunia yang benar-benar asing bagi mereka. Di dunia itu, mereka hanya bisa menyaksikan apa-apa saja yang terjadi, namun mereka tidak bisa menyentuh apa pun yang ada dalam dunia itu ataupun berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam dunia itu. Tampak seorang pemuda pertengahan dua puluhan sedang duduk sendirian di sebuah coffee shop. Coffee shop tersebut berada di tengah-tengah pusat kota yang ramai dan sibuk. Tampak sedikit antrean pembeli di bagian depan. Tampak ada beberapa pengunjung yang memilih menghabiskan
“Aku mengalami hari-hari yang buruk akhir-akhir ini karena sang dewa yang aku cintai sama sekali tidak mengetahui perasaanku dan sama sekali tidak menghiraukan cinta dan perhatianku. Namun, melalui perjuangan-perjuangan Tujuh Pangeran selama ini, aku bisa belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan menunjukkan cintaku yang tidak terbatas kepada dewa-dewi yang ada di sampingku. Sang dewa yang aku cintai akhirnya menyadari keberadaanku dan cintaku terhadapnya selama ini. Kemarin aku memberanikan diri menyatakan perasaan padanya dan dia menerimanya. Kami telah jadian sekarang. Terima kasih kepada Tujuh Pangeran atas segala motivasi dan semangat yang dipancarkan selama ini… Kami akan selalu menunggu kalian kembali…” kata salah seorang dewi junior yang lain, yang diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan riuh seisi auditorium.“Aku berkali-kali gagal ujian saringan masuk ke perguruan tinggi di Negeri Elemen sini. Setelah itu, pacarku juga memutuskan hubungan kami dengan alasan dia telah menc
Panglima Christian Aquila mendesah napas panjang dalam diam. Howard… Novi… Kini kalian sudah bisa tenang di sana. Ketujuh pangeran sudah tumbuh dewasa sekarang dan kelak pasti akan bisa menjadi tujuh raja yang arif dan bijaksana.“Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah dulu, Tujuh Pangeran. Rakyat Negeri Elemen ingin mengucapkan salam perpisahan secara langsung kepada Tujuh Pangeran,” celetuk Pak Reynold.Tujuh Pangeran saling berpandangan untuk sesaat. Mereka tersenyum penuh arti dan kemudian mengangguk mengiyakan.“Oke… Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah…” tukas Josh santai.Satu per satu menteri dan staff kenegaraan tampak meninggalkan ruang rapat.***“Tujuh Pangeran akan berangkat ke alam brahma hari ini. Ketujuh putri yang menemani dan mencintai mereka pasti akan sangat sedih…”“Iya ya… Kasihan ya ketujuh putri itu… Apakah mereka bisa bertahan sampai dengan Tujuh Pangeran kembali ke alam dewa naga dan alam manusia nanti?”“Yang namanya c
“Apa itu?” tanya Yongki dan Ray Wish berbarengan.“Persahabatan, persaudaraan, dan kekerabatan kita tetaplah sama. Mungkin pada waktu 20 tahun mendatang, kita akan datang ke sini membongkar kotak kenangan ini bersama-sama dengan istri dan anak-anak kita. Iya nggak?” Junaidy menyeringai lebar.Keenam saudara yang lain juga tampak meringis lebar.“Dan aku akan bilang pada anak-anakku bahwa mereka memiliki enam paman yang sangat aku sayangi…” kata Vritz.“Dan aku akan bilang pada anak-anakmu dulu aku pernah beradu mulut dengan ayah mereka,” sahut Josh dan meledak dalam tawa ringannya.“Terserah apa yang mau kaubicarakan dengan mereka, Josh…” Vritz tampak meringis lebar. “Kurasa itu akan sangat menyenangkan… Kita datang ke sini membongkar kapsul waktu ini, mengenang masa-masa silam. Dan pada saat itu kita akan cerita lagi tentang hari ini, ditemani segelas teh hangat dan beberapa cemilan ala kadarnya di sore hari.”“Akan terasa suasana yang begitu hangat dan sejuk di hati ya…” kata Jimmy.
“Kenapa bisa begitu?” tanya sang putri lemah lembut, masih merebahkan kepalanya ke bahu sang pangeran, dan masih menelusuri pemandangan di luar dengan sorot mata menerawang.“Biarpun mereka memperoleh seluruh semesta ini sekalipun, mereka tetap takkan merasa bahagia dan gembira. Hanya ada kenihilan, kehampaan, dan kekosongan di sana. Karena sebenarnya yang mereka butuhkan dan inginkan sangat… sangatlah sederhana. Mereka hanya membutuhkan cinta dari orang-orang yang mereka sayangi; mereka hanya membutuhkan perhatian dari orang-orang yang mereka cintai. Sederhana sekali, tapi justru itulah yang tidak mereka dapatkan selama ini. Beginilah akibatnya jika hidup di dunia tanpa cinta…”“Menurutmu cinta bisa mengalahkan segalanya?”Sang pangeran kembali menganggukkan kepalanya dengan mantap.“Itulah yang membuatku tetap bertahan sampai sekarang, Sayang. Ada cinta darimu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang terdahulu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang di alam manusia sana… Dan, ada cinta
Tujuh Pangeran membawa tujuh putri pujaan masing-masing ke restoran termahal dan termewah baik di alam dewa naga maupun di alam manusia. Semuanya membawa putri pujaan masing-masing menyantap makanan lezat di restoran yang super mewah, kecuali Vritz yang membawa si gadis kelinci terbang ke puncak gunung tertinggi di alam dewa naga. Si gadis kelinci sendiri tidak menginginkan makanan super lezat di restoran super mewah. Dia bilang dia hanya menginginkan sedikit waktu yang semakin terasa berharga untuk dihabiskannya bersama-sama dengan Vritz.Terdengarlah beberapa percakapan penting nan penuh arti antara ketujuh putri pujaan hati dengan ketujuh pangeran.“Kenapa tidak dimakan?” tanya sang pangeran.“Karena aku tidak berselera…” jawab sang putri masih menatap dingin ke makanan dan minuman yang terhidang di hadapannya. Sayup-sayup terdengar suara background music yang melankolis mengalun ke seisi restoran.“Makanlah… Habis itu, kita akan jalan-jalan ke taman hiburan.” Sang pangeran berusah
Jimmy menggaruk-garuk kepalanya dengan kikuk. Vritz hanya memandanginya dengan sinar mata ganjil yang nakal nan penuh arti.“Aduh, Bang Ray Wish… Jelas-jelas kau tahu waktu itu aku masih belum bisa mengingat kehidupan lampauku…”Kelima saudara yang lain meledak dalam tawa geli mereka.“Tapi, aku tahu Vritz pasti akan memaafkanku karena dia adalah saudara belahan jiwaku yang baik hati…” Kembali Jimmy meraih diri Vritz ke dalam dekapan hangatnya.“Oke deh… Sudah saatnya kita siap-siap… Ada segudang salam perpisahan yang harus kita katakan pada putri-putri kita hari ini…” kata Junaidy.“Iya… Aku akan menghadapi amarah Gisella dan omelan-omelannya sepanjang hari ini. Aku akan pulang ke penginapan lebih malam hari ini ya, Brothers…” kata Josh sedikit tersenyum simpul.“Kita akan terlelap lagi dalam kristal warna kuning emas itu. Namun entah mengapa, kali ini aku tidak merasa begitu tersiksa dan tertekan lagi. Aku lebih tenang dan lebih siap mental menghadapinya sekarang…” kata Jimmy dengan
Vritz menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya supaya dia bisa menjauh dari Ratu Surgawi yang jahat nan kejam itu, tapi dia sama sekali tidak berdaya.“Tidak ada yang boleh menolak cinta dan pengorbananku! Ayahandamu sungguh kejam karena ia tidak bisa menghargai cinta dan penantianku yang begitu besar untuknya sejak aku masih kecil sampai dengan sekarang! Aku tidak pernah berhenti mencintainya! Aku tidak pernah berhenti merindukannya setiap malam! Namun, apa balasannya terhadapku! Apa balasannya terhadap seluruh cinta dan pengorbananku! Dia malah mengkhianati, mencampakkan dan menginjak semua cinta dan ketulusanku! Dia jatuh cinta dengan ibundamu, saudara kembarku sendiri! Jangan salahkan aku ya… Jangan salahkan aku… Salahkan ayahanda dan ibunda kalian… Karena mereka, kalian terpaksa harus mengalami nasib nahas seperti ini. Kalian akan menyaksikan dengan mata kepala kalian sendiri Putra Mahkota Kevin Husein naik takhta sebagai raja menggantikan kalian d
“Peduli apa! Dia memang tidak pantas mendapatkan piala dan piagam juara dua ini kok!”“Iya… Kita injak saja!”“Supaya lain kali kalau dia masih mau mengikuti perlombaan menyanyi dengan suaranya yang cempreng itu, dia akan berpikir dua tiga kali…”Terdengar derai tawa mengejek nan melecehkan dari beberapa anak yang menginjak-injak hadiah-hadiah Vritz itu. Mereka berlalu begitu saja.Tampak Vritz kembali meneteskan air mata kepedihan dan kegetiran sendirian. Mobil Jimmy mulai digas dan berlalu meninggalkan tempat parkir gedung serbaguna itu.“Vritz! Vritz! Vritz!” jerit si ibu begitu ia tiba di gedung serbaguna dan melihat apa yang tengah terjadi pada anaknya. “Apa yang terjadi? Kenapa jalannya tidak hati-hati? Aduh! Ada yang terluka?”Si ibu memeriksa kondisi sekujur badan anaknya. Untunglah tidak ada luka yang serius.Si ayah juga tampak sangat panik. Kedua suami istri itu memberdirikan si anak dan membantu mengambilkan hadiah-hadiahnya yang berceceran di jalan setapak di depan gedung