Aleena masih tidak habis pikir, apa memang sebenarnya Galuh menikahinya cuma karena ingin memiliki alat untuk disiksa? Hidupnya merasa sia-sia jika harus bersama pria yang selalu membuat batin dan fisiknya tersiksa.Mungkin masih butuh kesabaran lagi agar Aleena bisa melalui badai rumah tangga ini. Ketika wanita itu berdiri, Galuh datang sembari membawa tas belanja yang berisi pakaian. "Nanti malam kamu pakai ini, kita akan ke rumah mama dan papa malam ini juga." Galuh berbicara to the point, lalu pergi begitu saja tanpa menunggu Aleena mengatakan sepatah kata apa pun lagi. Setidaknya wanita itu masih diperhatikan dengan dibelikan pakaian baru, meskipun pakaian yang diberikan Galuh sudah banyak. Bahkan masih sekali pakai semua karena akhir-akhir ini wanita cantik tersebut jarang sekali keluar rumah. Mau dikenakan waktu di dalam rumah juga tidak mungkin karena terlalu mewah baginya.Dia mulai merias diri dengan mengenakan dress warna putih, hingga membuatnya terlihat lebih anggun dan
Seketika tubuh Aleena lemas, sebab mendengar perkataan Galuh suaminya. Dia tidak pernah menyangka kalau sang suami akan memiliki rencana seperti itu. "Aku berharap semoga Mama dan Papa tidak mengizinkan kalian berdua menikah," ujar Aleena penuh harap. Mendengar hal itu, membuat Tasya tertawa. "Mana mungkin om dan Tante tidak mengizinkan jika aku memberikan secercah harapan untuk mereka memiliki apa yang mereka inginkan?" Tasya berbicara bangga. Seolah yakin kalau Galuh menikahinya akan mendapatkan keturunan sebab subur. "Belum tentu juga, Tasya. Sebab diantara aku dan mas Galuh. Tidak tahu siapa yang bermasalah di sini, bisa saja kamu akan merasakan apa yang aku rasakan!" jelas Aleena panjang lebar. Jelas saja Galuh paham dengan maksud Aleena, kalau kali ini dirinya yang dianggap tidak subur oleh istrinya. "Jaga bicaramu, Aleena! Sekalipun kamu tidak suka aku menikah lagi, tapi ini adalah keputusan yang sudah aku buat dan tidak bisa diganggu gugat lagi!" papar Galuh tegas.Tasya t
Fathan tertawa pelan, jelas saja ancaman menantunya tidak ada apa-apanya bagi pria tersebut."Kalau cuma teriak, aku gak takut. Paling juga nanti kamu yang akan dimarahi karena sudah lancang meneriaki ku." Fathan berbicara dengan tatapan licik. Jelas dia memiliki rencana kalau Aleena sampai mengadu pada Dira. Pria itu masih stay di sana, menikmati wajah cantik menantunya."Ada apa, Tuan?" kehadiran Surti membuat pria setengah paru baya itu salah tingkah. Dia bingung harus melakukan apa, sebab tercyduk menatap Aleena dengan penuh nafsu."Aku cuma mau memastikan kalau menantuku ini tidak malas-malasan. Ternyata dia rajin juga, ya sudah ... aku pergi dulu," pamit Fathan karena tidak ingin kehilangan sikap berwibawa di hadapan Surti. Kepergian pria itu membuat Aleena bisa leluasa, serta tidak lupa wanita cantik tersebut berterima kasih pada asisten rumah tangga di rumah mertuanya."Aku masih tidak habis pikir, Non. Kenapa Tuan dan Nyonya memperlakukan Non begitu. Padahal Non menurutku ada
Aleena tersenyum puas ketika mendengar Dira tidak menyetujui rencana suaminya. Dia berpikir, wanita yang menjadi mertuanya tersebut akan terus jahat serta menyetujui Galuh menikah lagi. Ternyata semua yang ada dalam pikirannya salah, kali ini mama mertua berpihak padanya."Kenapa, Ma?" tanya Galuh meminta alasan yang jelas."Mana mungkin Mama membiarkan anakku memiliki dua istri? Bisa-bisa aku tidak mendapatkan jatah uangmu tiap bulannya." Dira berbicara terus terang. Padahal, selama ini Aleena tidak tahu akan hal itu. Wanita cantik itu terkejut karena banyak hal yang disembunyikan oleh sang Suami."Aku akan berlaku adil, Ma." Galuh masih bersikeras. Berharap Dira tidak keberatan akan apa yang menjadi rencananya."Tetap saja, meski adil. Pasti jatah uangnya akan berkurang!" Dira berbicara tegas. Di waktu yang sama, Tasya malah ikut berbicara. Dia mengatakan tidak masalah jika Galuh tidak memberinya uang, sebab dirinya wanita karir yang pasti bisa menghasilkan uang sendiri. Namun, tet
Pikiran liar tiba-tiba muncul di benak Aleena, tapi wanita itu tidak berani bertindak jauh seperti apa yang ada dalam pikirannya. Dia tidak ingin bermain api, sebab tidak mau terbakar sendiri. "Jangan gila, Aleena. Sekalipun suamimu lembur, kamu tidak boleh berbuat sesuatu yang akan merugikanmu suatu saat nanti," ujar Aleena berusaha menyadarkan diri. Dia benar-benar stres berada di rumah terus, jadi Aleena berinisiatif untuk pergi jalan-jalan bersama teman dekatnya, Friska. Namun, wanita itu lupa kalau saat ini tidak memiliki ponsel untuk menghubungi teman tersebut. Perlahan dia menepuk jidatnya, lalu berkata, "Kenapa aku bisa lupa sih? Padahal ponselku sudah lama gak rusak, tapi belum sempat aku perbaiki." Aleena segera mencari ponsel yang sudah dilupakannya. Dia juga lupa di mana menaruh gawai yang biasanya selalu dibawa ke mana-mana. Dia terus mencari, tapi tidak ditemukan. Berusaha untuk mengingat kembali, tapi dicari dalam tas gak ada."Aku masih ingat, terakhir kali aku mena
Caily memeluk erat tubuh Gala yang dikira sebagai kakak iparnya sembari menangis sesenggukan. Entah apa yang terjadi pada wanita itu hingga dengan agresif memeluk pria yang mirip dengan Galuh.Gala dengan cepat melepaskan pelukan itu karena merasa tidak nyaman. Hampir saja pria itu menanyakan wanita yang datang tiba-tiba itu siapa, beruntung Aleena datang tepat pada waktunya."Kamu kenapa, Caily?" tanya Aleena membuat Caily salah tingkah. Dia pikir kakaknya tidak ada di rumah, jadi wanita itu bisa dengan leluasa memeluk kakak ipar yang tampan itu.Air mata yang menganak sungai di pipinya segera dihapus kasar. "Aku punya masalah, Kak. Kakak dan kakak ipar mau 'kan, membantuku?" tanya Caily sesenggukan.Pria itu tidak ikut bicara, sebab mencari aman. Dia cuma bisa mendengarkan semua percakapan Aleena dengan wanita yang dia pikir adalah adik dari adik iparnya."Aku harus bayar hutang tiga juta pada temanku. Kalau tidak, dia akan melaporkanku kepada polisi," ujar Caily merengek. Dia kemba
Kaca mobil masih tertutup rapat, pintu juga sudah dikunci dari dalam. Jadi, Galuh tidak bisa membukanya. Namun, pria itu terus mengetuk kaca mobil agar seseorang yang ada di dalam mobil membuka pintunya. Gala menghampiri Galuh yang terus memaksa Aleena untuk keluar. "Kamu gak perlu tahu aku sama siapa sekarang! Aku yang menabrak mobilmu dari belakang, jadi ini adalah urusan kita. Gak ada sangkut pautnya dengan temanku!" hardik Gala, lalu mengambil gawai dalam saku celananya. "Katakan saja, berapa uang ganti rugi untuk memperbaiki mobilmu?" tanya Gala, baginya uang bukan hal penting. Dia bisa dengan gampang mencarinya kembali. Galuh masih tetap penasaran dengan teman Gala, dia terus berusaha agar orang yang ada di dalam mobil keluar. Dia memiliki firasat buruk, makanya ingin memastikan firasatnya benar atau tidak."Hentikan!" teriak Gala habis kesabaran. Saudara kembarnya berhenti, kali ini dia memilih pergi saat mendapatkan panggilan telepon dari Dira. "Aku minta ganti rugi 10 ju
Wajahnya tidak panik, santai karena sudah memiliki alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Galuh. Sembari menyisir rambutnya yang indah, Aleena tersenyum manis. "Ponsel itu hadiah dari teman arisanku, Mas. Teman-teman yang sudah merusaknya," sahut Aleena meyakinkan. Dari sorot matanya tidak ada dusta di sana, jadi Galuh percaya dengan mudahnya."Syukurlah kalau gitu, jadi aku gak usah mengeluarkan uang untuk memperbaiki ponselmu yang rusak, juga tidak usah membelikan mu yang baru kalau ternyata tidak bisa diperbaiki." Galuh memberikan senyuman sinis. Selanjutnya, pria itu menginterogasi Aleena. Ngapain saja di rumah dan pertanyaan yang lainnya. Dengan gampang sang istri menjawabnya, kali ini wanita itu harus pintar bersilat lidah agar tidak disalahkan lagi, sekalipun dia bersalah. "Awas saja kalau kamu berani keluar rumah atau macam-macam, aku gak akan segan-segan berbuat sesuatu yang lebih dari sebelumnya!" hardik Galuh dengan sorot mata yang tajam."Aku gak mungkin berani, Ma
Tasya segera dilarikan ke puskesmas terdekat, beruntung wanita seksi itu hanya luka ringan saja. Saat wanita seksi membuka mata, terlihat wajah Aleena, Gala dan Bagas di depan mata."Aku di mana?" tanya Tasya lirih."Kamu di puskesmas karena menabrak pohon tadi, beruntung cuma mengalami luka ringan saja." Aleena menjelaskan secara detail.Netra Tasya mulai berkaca-kaca karena melihat kebaikan orang yang telah dijahatinya. "Maaf karena aku telah berbuat jahat pada kalian," ujar Tasya lirih."Gapapa, jauh sebelum kamu meminta maaf. Aku dan mas Gala sudah memaafkanmu." Aleena memberikan senyuman.Tidak berselang lama, Galuh beserta keluarganya datang untuk melihat keadaan Tasya. Gala yang mengabari saudara kembarnya kalau wanita seksi itu mengalami kecelakaan."Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Galuh terlihat cemas."Aku gapapa, Mas. Semua berkat pertolongan dari Gala dan Aleena," sahut Tasya lirih.Galuh langsung membuang sifat gengsi yang dimilikinya, lalu mengucapkan terima kasih pada
Aleena kebingungan saat melihat Bagas tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Jadi, wanita cantik itu pun meminta sang suami untuk mencari keberadaan putranya."Bagas tidak ada di sini, Aleena." Gala memberitahu setelah mencari di dalam kamar mandi."Lantas ke mana perginya Bagas, Mas?" tanya Aleena panik. Pria tampan itu pun segera meminta izin untuk melihat rekaman cctv yang ada di tempat makan tersebut. Lalu, dia pun mengetahui siapa dalang dari semua ini. Gala segera menarik tangan istrinya dan meminta untuk berdo'a agar putranya baik-baik saja. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena yang memang tidak melihat rekaman cctv."Aku tahu siapa yang telah membawa Bagas, maka dari itu kita harus secepatnya ke sana sebelum mereka berbuat yang tidak-tidak pada putra kita," sahut Gala sibuk menyetir."Iya, mereka siapa yang Mas maksud?" tanya Aleena yang memang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh suaminya."Nanti kamu tahu sendiri siapa yang aku maksud, Aleena." Hanya itu yang dikatakan
Kehidupan rumah tangga Aleena saat ini memang sudah mendapatkan kebahagiaan seperti yang pernah menjadi keinginannya selama ini. Bahkan bahtera rumah tangga yang dijalani bersama Gala begitu harmonis. Pria tampan itu membuat wanita cantik berkulit putih hidup layaknya seperti seorang ratu. Sejak pernikahan mereka berlangsung, Gala memang tidak membiarkan Aleena melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Dia langsung mencarikan asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan rumah. Sedangkan wanita cantik berkulit putih itu cuma perlu fokus dengan merawat Bagas saja. "Terima kasih, Mas. Sudah memberikan kebahagiaan yang ingin aku rasakan dari dulu." Aleena selalu bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang saat ini dijalani."Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah ikhlas dan rela menghabiskan waktumu untuk mengurus anak kita, Bagas." Gala tidak kalah bersyukur karena mendapatkan istri yang cantik dan baik seperti Aleena. Di waktu keduanya ingin berpelukan, Bagas tiba-t
Galuh hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya, sebab dirinya baru mengerti tentang kesehatan spermanya yang bermasalah. Selama ini, dia selalu menyalahkan Aleena karena belum diberikan keturunan saat sang Mama memintanya."Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas. Kalau kamu itu tidak bisa memberikan keturunan?" tanya Tasya dengan netra basah. "Aku juga tidak tahu, Tasya. Lagi pula aku itu 'kan bukan asli mandul, kalau kita berusaha lebih keras lagi dan aku berobat, pasti tidak lama lagi kita akan mendapatkan keturunan." Galuh mencoba untuk memberikan penjelasan pada sang istri agar lebih mengerti. "Aku kira selama ini yang bermasalah Aleena, ternyata aku salah. Kamu yang tidak sehat, Mas." Tasya tetap tidak menerima kenyataan yang ada. Dia semakin merasa bahwa hidup ini tidak adil, bahkan seolah-olah dia telah mendapatkan sebuah karma dari apa yang diperbuatnya. Pria tampan itu terus menyalahkan diri sendiri karena tidak memeriksakan diri sejak awal. Bahkan, dia meny
Dengan terpaksa Galuh menerima permintaan Tasya untuk menikahinya. Terlebih sang Mama juga mendesak karena tidak ingin berurusan dengan hukum. Tidak usah menunggu satu minggu lamanya, sebab keluarga Fathan langsung memberikan keputusan tiga hari setelah wanita seksi itu mengancam. Dan dua hari setelah itu, mereka melaksanakan pernikahan mewah yang sudah diatur oleh wanita seksi itu. Dengan uang yang dimiliki, sangat gampang bagi Tasya untuk mengatur segalanya. Pesta pernikahan dilaksanakan dengan begitu meriah, ditambah dengan para tamu undangan yang hadir ikut memeriahkan pernikahan mereka. Aleena dan Gala juga turut hadir di sana."Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Gala melihat ke arah Aleena yang terus menatap ke arah pelaminan."Gapapa, aku senang kok melihat mereka akhirnya menikah." Aleena menjawab singkat sesuai apa yang dirasakan."Kamu benar, Aleena. Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Gala mengiyakan apa yang dikatakan wanita cantik berkulit putih itu."Seharusnya mere
"Kalau memang tidak ingin merestui hubungan kami, Gala akan tetap menikah dengan Aleena." Gala pun pergi dari rumah Dira, tapi siapa sangka kalau wanita setengah paruh baya itu akan jatuh saat melihat putranya pergi.Aleena terlihat sangat cemas, tapi pria tampan justru meminta agar tidak menghiraukannya. "Gala! Jangan pergi kamu!" Galuh menghentikan langkah kaki saudara kembarnya.Jelas saja Gala tidak bergerak dari tempat dirinya berdiri. "Ada apalagi?" tanyanya santai."Kamu harus tanggung jawab, apa yang sudah kamu lakukan pada Mama. Hah!" pekik Galuh tidak terima dengan keadaan Dira yang terjatuh. Sang Mama yang sudah digendong oleh Fathan ke dalam rumah."Kamu urus sendiri saja, mulai hari ini aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga ini." Gala segera pergi dengan diikuti oleh Aleena dari belakang. Wanita cantik itu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh pria yang dicintainya, tapi setelah mendengar alasan dari Gala. Dia pun mengikuti apa pun yang dikatakan
Aleena dan Gala senang karena telah berhasil mendapatkan Bagas kembali tanpa ketahuan, sebab penghuni rumah tertidur dengan pulas. Pun bayi itu tidak menangis saat pria tampan itu menggendongnya. "Sekarang, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Gala saat melihat Aleena bahagia telah menggendong Bagas."Aku tidak tahu, yang jelas ... aku ingin Bagas selalu bersamaku." Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Aleena selain bersama dengan buah hatinya."Kalau perihal itu, kamu tenang saja. Hak asuh Bagas pasti jatuh ke tanganmu, sebab dia anak kandung kita. Untuk malam ini, sebaiknya kamu ikut denganku agar kamu juga aman dan Bagas bisa istirahat dengan tenang." Gala menawarkan tempat tinggal.Wanita cantik itu setuju, sebab dirinya tidak memiliki uang untuk bertahan hidup. Lagian, pria yang saat ini bersama merupak pria yang dicintainya. Waktu begitu cepat berlalu, tapi Dira dan sekeluarga tidak mencari keberadaan Bagas serta Aleena dan Gala. Mereka membiarkan mereka begitu saja ka
Tentu saja Aleena protes dengan keputusan sepihak oleh mama mertuanya. "Gak bisa gitu, Ma. Bagaimanapun, aku adalah ibu kandung dari Bagas. Tidak bisa dengan seenaknya Mama mau memisahkan aku dengannya. Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkan hak asuk Bagas kepada Mama." Aleena menjelaskan panjang lebar."Kita lihat saja nanti di pengadilan, akan Mama pastikan Bagas akan diasuh olehku sebagai neneknya. Apakah kamu lupa, kalau Mama juga berhak atas Bagas, hah!" pekik Dira dengan nada tinggi. "Bagus, Ma. Aku setuju dengan rencana Mama." Galuh terlihat begitu semangat. Bagaimana tidak? Dia tak hanya bisa membuat saudara kembarnya menderita, tapi Aleena juga. "Sekarang kamu sudah bisa pergi dari rumah ini, karena Galuh sudah menjatuhkan talak padamu. Jangan lupa, tinggalkan Bagas di rumah ini. Soalnya aku tidak rela kalau cucuku harus kehujanan serta kepanasan di luar." Dira mengusir Aleena dengan kejam."Sampai kapan pun Aleena tidak akan pernah pergi dari rumah ini tanpa membawa
Mendengar hal itu Dira sama sekali tidak terkejut, bahkan wanita setengah paruh baya itu memberikan senyuman ketus. "Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Galuh? Haruskah kamu menyembunyikan semuanya dari Mama?" cerca Dira sinis.Galuh sendiri bingung harus menjelaskan bagaimana, sebab dirinya tidak ingin mengungkapkan kebenaran yang ada."Aku hanya salah bicara, Ma. Jangan hiraukan perkataanku yang tadi," ujar pria tampan itu agar sang Mama tidak marah. "Mau sampai kapan kamu akan menutupi semua dari Mama, Galuh. Mama sudah tahu semuanya, hanya saja menunggumu jujur saja." Dira berkata terus terang. Ternyata Santi telah melaporkan semua pada majikan yang dari awal dipekerjakan untuk menjadi mata-mata. "Lebih baik sekarang kamu ceritakan semuanya sebelum Mama semakin marah," pinta Dira agar putranya mau berterus terang.Pria tampan langsung terdiam, tidak tahu apa yang akan dikatakan. Dia sendiri bingung harus menceritakan dari mana terlebih dulu."Kenapa kamu diam saja, Galuh? Cepat