Home / Rumah Tangga / Satu Malam Bersama Adik Suamiku / Bab 160: Petualangan Kedua

Share

Bab 160: Petualangan Kedua

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-03-23 18:18:18

Merekalah yang tiba di tepi pantai itu, di mana langit biru terbentang begitu luas di atas kepala, dan pasir putih berkilau menyambut langkah pertama mereka dengan hangatnya.

Suara deburan ombak yang bergulung lembut seakan menenangkan jiwa, membawa mereka untuk sejenak melupakan hiruk pikuk dunia di luar sana.

Ayla dengan segera melepas sandalnya, merasakan kehangatan pasir yang menyentuh telapak kakinya. Dia menoleh ke Adrian, yang tampak tenggelam dalam pandangannya terhadap lautan yang membentang luas, dengan senyum yang merekah di wajahnya.

“Rasanya seperti mimpi, bukan?” bisik Ayla dengan nada yang hampir tak terdengar.

Adrian menoleh, mengangguk perlahan. “Mimpi yang kini menjadi nyata. Kita berdua di sini, bebas dari segala gangguan.”

Mereka melangkah bersama menyusuri garis pantai, membiarkan angin laut menyapa wajah mereka dengan sentuhan yang sejuk. Sesekali, Ayla berhenti, matahari yang menari di antara jari-jari

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 161: Kebahagiaan yang Menenangkan

    Malam itu, langit dihiasi bintang-bintang yang berkelap-kelip seperti berlian di atas kain hitam. Adrian duduk di balkon rumah mereka, memandangi pemandangan langit malam yang tenang. Secangkir teh hangat ada di tangannya, uapnya mengepul lembut ke udara malam.Dari dalam rumah, terdengar suara tawa ringan Ayla yang sedang asyik berbincang dengan Aruna di kamar.“Papa, aku mau tidur dulu ya. Besok jangan lupa dongeng sebelum tidur, ya!” suara Aruna memecah keheningan. Adrian menoleh, tersenyum melihat putri kecilnya yang berdiri di ambang pintu balkon, wajahnya berseri-seri meski matanya sudah memerah karena kantuk.“Aku janji, Sayang. Selamat tidur,” jawab Adrian dengan lembut, membungkuk untuk mencium kening Aruna yang hangat. Aruna berlari kecil menuju kamarnya, meninggalkan Ayla yang kini berdiri di ambang pintu.Cahaya bulan membingkai wajahnya yang damai, rambutnya terurai alami, dan senyum kecil yang menghiasi bibirnya.

    Last Updated : 2025-03-24
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 162: Menghadapi Masa Tua Bersama

    Pagi itu, cahaya matahari membelai lembut halaman belakang rumah kecil mereka, menciptakan aura kedamaian yang menggantung di udara. Ayla, duduk santai di bangku kayu, tenggelam dalam keindahan bunga melati yang mekar sempurna.Ia menggenggam erat secangkir teh melati; aroma hangatnya mengudara, membawa ketenangan. Adrian, dengan langkah ringan, muncul dari dalam rumah, membawa dua buku kecil. Senyuman yang merekah di wajahnya seolah mengumumkan kedatangan hari baru yang cerah.“Lihat siapa yang sudah siap untuk merangkai masa depan?” sapa Adrian seraya mengambil tempat di sisi Ayla.Ayla menoleh, senyum tipisnya merefleksikan kelembutan pagi itu. “Kamu bawa buku catatan ini lagi? Rasanya kita sudah merencanakan cukup banyak, Adrian.”Dengan seulas senyum yang mengandung arti, Adrian menyerahkan salah satu buku kepada Ayla. “Ini bukan hanya tentang rencana, Ay. Ini adalah kanvas untuk melukis impian kita. Ayo kita abadi

    Last Updated : 2025-03-24
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 163: Cinta yang Menjadi Warisan

    Aruna tengah asyik duduk di meja makan, kepalanya sedikit condong sambil asyik menggoreskan pensil di buku sketsanya. Di sampingnya, Ayla dengan penuh ketelatenan memotong buah segar untuk camilan sore mereka.Dari ruang tamu, sayup-sayup terdengar suara televisi yang menyiarkan berita, dimana Adrian tampak rileks tergelar di sofa.“Bunda, menurutmu gambar ini bagus nggak?” Aruna memotong keheningan, sambil mengangkat lembaran sketsanya itu tinggi-tinggi.Ayla menoleh, matanya berbinar melihat gambar simpel yang menggambarkan tiga sosok—dua orang dewasa dan seorang anak—yang berdiri ceria di depan rumah kecil yang dikelilingi taman bunga. “Wah, ini bagus sekali, Sayang,” puji Ayla, sambil tersenyum lebar. “Ini kita semua, kan?”Aruna mengangguk gembira. “Iya, Bunda. Ini kita: Bunda, Papa, dan aku, di rumah kita yang hangat ini.”Ayla beranjak mendekati Aruna, mengecup puncak kepalanya deng

    Last Updated : 2025-03-25
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 164: Merangkai Kenangan

    Cahaya temaram dari lampu meja menciptakan suasana hangat di ruang keluarga. Di atas karpet berbulu krem yang terasa lembut di kulit, Ayla duduk bersila, tangannya sibuk menyusun foto-foto kenangan ke dalam album kulit berwarna cokelat tua.Senyumnya sesekali muncul, tipis namun penuh makna, meski matanya kerap berkaca-kaca saat melihat kembali serpihan-serpihan memori yang tergambar di foto-foto itu."Adrian, coba lihat ini," panggilnya sambil mengangkat sebuah foto polaroid yang sudah mulai memudar di tepinya.Adrian, yang baru saja datang dari dapur dengan membawa secangkir teh hangat, menghampiri dengan langkah tenang. Rambutnya sedikit berantakan, memberikan kesan santai yang begitu khas. "Foto apa itu?" tanyanya sambil duduk di samping Ayla.Ia meletakkan cangkir tehnya di atas meja kecil di dekat mereka, aroma teh melati perlahan memenuhi ruangan.Ayla menunjuk foto itu dengan jari telunjuknya, senyumnya merekah samar. "Ini waktu kita naik k

    Last Updated : 2025-03-25
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 165: Melihat Kebahagiaan Anak

    Matahari sore menyelimuti halaman belakang rumah mereka, memantulkan rona keemasan yang lembut pada setiap sudut. Ayla berdiri di dekat meja kayu besar yang dihiasi rangkaian bunga mawar putih dan lilin kecil yang mulai menyala, menambah suasana hangat nan intim.Jemarinya sibuk merapikan serbet linen di atas piring porselen, sementara sesekali ia menyelipkan rambut ke belakang telinga, memastikan tidak ada helai yang jatuh menghalangi pandangan."Sayang, apa semuanya sudah siap?" suara Adrian terdengar dari arah pintu belakang, lembut namun cukup untuk memecah keheningan senja. Pria itu muncul dengan kemeja putih, lengan panjangnya digulung hingga siku, memberikan kesan santai tapi tetap berkelas.Di tangannya, nampan berisi gelas-gelas anggur gemerlapan di bawah sinar temaram."Hampir selesai," Ayla menjawab dengan senyum yang tak mampu disembunyikan, matanya berkilau memancarkan rasa bahagia. "Aruna akan datang sebentar lagi. Aku ingin semuanya terliha

    Last Updated : 2025-03-26
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 166: Melepaskan dengan Bangga

    Malam itu, setelah Aruna dan Ivan pulang, Ayla dan Adrian duduk di sofa ruang keluarga. Lampu temaram memancarkan cahaya lembut, menciptakan suasana yang tenang namun penuh kehangatan. Adrian meraih tangan Ayla, menggenggamnya dengan erat seolah ingin memastikan bahwa momen ini nyata.“Kita berhasil, Ay,” ujarnya pelan, hampir seperti bisikan. Nada suaranya sarat dengan rasa bangga dan haru. “Aruna tumbuh menjadi wanita hebat. Dan itu semua karena kamu.”Ayla menoleh, menatap wajah suaminya. Ada sorot mata yang menyiratkan kebahagiaan bercampur kelegaan di sana. “Bukan cuma aku, Adrian. Kita berhasil karena kita melakukannya bersama,” jawabnya, suaranya terdengar tegas meski lembut.Adrian tersenyum, senyum yang mengandung seribu makna. Ia mendekatkan wajahnya, lalu mencium kening Ayla dengan penuh kasih. “Aku nggak bisa bayangkan hidup ini tanpa kamu,” katanya.Ayla tidak menjawab, hanya memba

    Last Updated : 2025-03-26
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 167: Malam Penuh Kenangan

    Malam itu, Ayla duduk di teras belakang rumah, memandang langit bertabur bintang yang berkilauan seperti permata. Sebuah selimut tebal melilit tubuhnya, melawan udara malam yang dingin menggigit. Di tangannya, secangkir teh hangat tergenggam, tetapi ia tak meminumnya.Tatapannya kosong, seakan pikirannya sedang meniti jalan panjang menuju tempat yang jauh.Adrian muncul dari dalam rumah dengan secangkir kopi hitam di tangannya. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di sebelah Ayla, menghela napas pelan seolah ingin menyelami keheningan bersamanya. Matanya memandang ke arah langit yang sama, sejenak menikmati keindahan bintang-bintang.Setelah beberapa saat, Adrian akhirnya memecah kesunyian dengan suara yang lembut, hampir seperti bisikan.“Kamu kangen?” tanyanya, menoleh sedikit ke arah istrinya.Ayla tak segera menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, matanya masih menatap ke atas. “Tentu saja,” katanya akhirnya. “Rasanya baru k

    Last Updated : 2025-03-27
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 168: Momen dalam Kedamaian

    Hari itu berlalu dalam kehangatan yang sederhana, namun begitu membekas di hati. Setelah sarapan bersama—ritual pagi yang selalu mereka nikmati dengan tawa kecil dan obrolan ringan—Ayla mengusulkan ide untuk mencoba resep baru yang ia temukan di buku masak lamanya.Adrian, yang awalnya ragu, akhirnya setuju untuk ikut terjun ke dapur.“Duh, ini kayaknya kebanyakan gula, deh,” keluh Adrian sambil mengaduk adonan kue dengan raut penuh keraguan.Ayla tertawa kecil, melirik suaminya dengan tatapan geli sembari tangannya cekatan memotong cokelat hitam. “Nggak apa-apa, kalau terlalu manis, kita kasih aja ke anak-anak tetangga. Mereka pasti suka.”Adrian mengangguk pelan, meski garis ragu di keningnya belum juga sirna. Ia mencuri pandang ke arah Ayla, yang tengah sibuk bekerja dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Kamu tahu nggak, Ay? Ada satu hal lagi yang bikin aku bangga selain Aruna."Ayla berhenti sejenak, alisn

    Last Updated : 2025-03-27

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 176: Cinta yang Terus Hidup

    Siang itu, di antara kehangatan matahari yang lembut, Adrian dan Aruna melangkah memasuki toko bunga. Mereka sepakat untuk menambahkan tanaman baru ke taman kecil di rumah, sebuah tempat yang selalu terasa seperti ruang istimewa untuk keluarga mereka.Rak-rak yang dipenuhi bunga warna-warni menyapa mereka dengan aroma segar dan pemandangan yang memanjakan mata.Saat melewati deretan bunga mawar, langkah Aruna terhenti di depan mawar putih yang tersusun rapi dalam keranjang rotan. Jemarinya dengan hati-hati menyentuh kelopak salah satu bunga, seolah takut merusaknya."Mama suka mawar putih, kan, Pa?" tanyanya sambil menoleh ke arah Adrian, matanya penuh kenangan.Adrian tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. "Iya. Dia bilang mawar putih itu lambang cinta yang murni. Meja makan kita hampir selalu dihiasi bunga ini."Aruna tersenyum, seolah menemukan jawaban atas kerinduan yang samar. Ia mengambil beberapa tangkai mawar, memeluknya dengan lembut sepe

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 175: Cinta yang Membanggakan

    Sore itu, Adrian dan Aruna duduk di ruang kerja Ayla, sebuah sudut kecil yang seakan menyimpan jiwa pemiliknya. Rak-rak penuh buku berjajar rapi, dihiasi benda-benda kecil yang seolah berbicara tentang kenangan masa lalu.Cahaya matahari sore masuk melalui jendela, memantulkan rona keemasan di dinding ruangan.Aruna, yang sedang menelusuri rak buku, tiba-tiba menemukan sebuah jurnal tua dengan nama Ayla tertulis di sampulnya. Tulisan tangan itu sederhana, tetapi penuh makna.“Ini jurnal Mama?” tanya Aruna dengan nada ingin tahu sambil membuka halaman pertama.Adrian yang duduk di sofa dekat jendela mengangguk perlahan. “Iya. Mama kamu selalu suka menulis. Baginya, itu cara terbaik untuk menyampaikan apa yang tidak sempat diungkapkan dengan kata-kata.”Dengan hati-hati, Aruna mulai membaca halaman demi halaman. Tulisan Ayla mencatat berbagai momen penting dalam hidupnya—dari pertemuan pertamanya dengan Adrian hingga keb

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 174: Mengenang yang Terkasih

    Malam itu, setelah Aruna kembali ke rumahnya sendiri, Adrian duduk sendirian di ruang keluarga. Di hadapannya tergeletak sebuah album foto yang penuh dengan jejak-jejak masa lalu.Jari-jarinya perlahan membuka halaman demi halaman, menghidupkan kembali senyum Ayla yang terbingkai dalam setiap gambar. Setiap potret adalah pengingat akan cinta dan kebahagiaan yang pernah memenuhi hidupnya.Tangannya terhenti pada sebuah foto pernikahan. Ayla tampak memukau dalam balutan gaun putih yang anggun, sementara Adrian di sampingnya terlihat muda, penuh semangat, dan percaya diri. Ia memandang gambar itu lama, seolah ingin menangkap kembali momen kebahagiaan yang tak tergantikan.“Ayla,” bisiknya dengan suara yang serak oleh emosi. “Aku harap kamu tahu... aku selalu mencintai kamu. Setiap hari. Setiap detik.”Ia memejamkan mata, membiarkan arus kenangan membanjiri pikirannya. Meski dadanya terasa sesak oleh rasa rindu yang menusuk, ada kehang

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 173: Warisan Cinta

    Hari-hari setelah kepergian Ayla adalah masa yang sulit bagi Adrian. Kesedihan seperti bayangan yang selalu mengikutinya, tetapi ia tahu, Ayla tidak pernah benar-benar pergi. Setiap sudut rumah mereka menyimpan kenangan; dindingnya seolah berbisik tentang tawa dan percakapan mereka.Setiap bunga yang mekar di taman menjadi peringatan akan cinta yang mereka bangun dengan penuh kasih sayang.Di malam-malam sunyi, Adrian sering duduk di kursi goyang di teras belakang, memandang bintang-bintang yang berkelip di langit gelap. Ada rasa damai sekaligus rindu yang melingkupi hatinya."Aku nggak akan lupa janji kita, Ay," gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam di antara desir angin. "Aku akan terus hidup dengan bahagia, untukmu."Cinta mereka tidak berhenti di situ. Cinta itu tetap hidup, bersemayam dalam setiap kenangan yang mereka ciptakan, dalam napas Aruna—putri kecil mereka yang menjadi buah hati dari kisah cinta yang tak tergantikan.

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 172: Saling Menemani Hingga Akhir

    Hujan turun perlahan, butirannya meliuk-liuk di kaca jendela kamar Ayla dan Adrian, seakan menari dalam kesunyian malam.Udara dingin menembus hingga ke tulang, namun di dalam kamar itu, kehangatan terasa begitu nyata—kehangatan yang berasal dari cinta yang telah mereka rawat bersama selama bertahun-tahun. Ayla terbaring di tempat tidur, tubuh mungilnya dibalut selimut tebal.Wajahnya tampak pucat, tapi sorot matanya tetap memancarkan kelembutan yang menjadi ciri khasnya, kelembutan yang selalu membuat Adrian jatuh cinta.Adrian duduk di kursi kecil di samping tempat tidur, sebuah buku terbuka di tangannya. Suaranya lembut saat ia membacakan cerita, setiap kata meluncur seperti irama yang menenangkan. Ia seolah ingin menjadikan kata-kata itu jubah hangat yang membungkus hati Ayla.“...dan akhirnya, sang putri menemukan kebahagiaan di tempat yang tak pernah ia duga sebelumnya. Sebuah akhir yang mungkin tak sempurna, tapi cukup untuk membuatnya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 171: Kehidupan Penuh Cinta

    Di meja makan, aroma kopi yang baru diseduh dan roti panggang yang masih hangat memenuhi udara pagi itu. Adrian duduk di seberang Ayla, mengaduk kopinya dengan gerakan pelan, sesekali melirik istrinya yang tengah menikmati sarapannya.Keheningan di antara mereka terasa nyaman, seolah tak perlu ada kata-kata untuk mengisi ruang. Namun tiba-tiba, Adrian membuka suara, suaranya lembut namun cukup jelas memecah kesunyian."Aku ingat," katanya, senyuman tipis menghiasi wajahnya.Ayla mengangkat alis, meletakkan sendoknya dengan hati-hati. Tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Ingat apa?" tanyanya lembut.Adrian tersenyum kecil, matanya menatap Ayla dengan sorot yang sulit diartikan. "Waktu pertama kali aku sadar kalau aku jatuh cinta sama kamu," ucapnya pelan, seperti berbicara langsung dari hatinya.Kata-kata itu membuat Ayla tertegun. Dia tidak menduga Adrian akan mengungkit kenangan itu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, tapi s

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 170: Perpisahan Menguatkan

    Adrian terdiam. Tatapannya mengabur, diselimuti emosi yang terus ia tahan agar tak tumpah. "Ay, aku nggak mau membicarakan itu sekarang," ucapnya pelan, nyaris berbisik."Tapi aku perlu kamu dengar, Din," balas Ayla, suaranya tegas namun tetap lembut, seperti angin sore yang menyentuh kulit tanpa melukai. "Aku tahu kamu mencintaiku. Aku tahu kamu rela melakukan apa saja untukku. Tapi, Din, aku juga ingin kamu tahu… kebahagiaanmu penting buatku. Sama pentingnya."Adrian menatap Ayla lama, seolah-olah sedang mencari sesuatu di dalam matanya—sebuah harapan, mungkin. Matanya, yang biasa penuh dengan ketenangan, kini berkilat, dihiasi air mata yang menunggu untuk jatuh."Aku nggak bisa bayangkan hidup tanpa kamu, Ay," gumamnya akhirnya, suaranya nyaris pecah.Ayla tersenyum, walaupun air mata mulai menitik di pipinya. "Aku nggak akan pernah benar-benar pergi, Din. Aku akan selalu ada di sini." Jemarinya perlahan menyent

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 169: Tantangan Terakhir

    Sesampainya di rumah, Adrian langsung mengantar Ayla ke kamar. Dengan penuh perhatian, ia merapikan bantal dan menyelimuti tubuh istrinya yang tampak kelelahan. Ayla hanya bisa tertawa kecil, senyumnya menghangatkan suasana."Din, aku bukan anak kecil," ucap Ayla lembut, tangannya menyentuh pipi Adrian dengan kehangatan yang membuatnya sejenak terhenti.Adrian mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Tatapannya penuh kasih. "Aku tahu kamu bukan anak kecil. Tapi kamu istriku, Ay, dan aku akan selalu memastikan kamu baik-baik saja."Nada suaranya—tenang namun tegas—membuat Ayla terdiam. Ia meraih tangan Adrian, menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Kamu tahu, Din? Aku nggak pernah merasa seaman ini sebelumnya. Terima kasih karena selalu ada untukku."Adrian tersenyum lembut. Ia membawa tangan Ayla ke bibirnya, mengecupnya dengan perlahan. "Aku nggak akan pernah pergi, Ay. Kita sudah melewati banyak hal bersama. Nggak ada yang bisa mem

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 168: Momen dalam Kedamaian

    Hari itu berlalu dalam kehangatan yang sederhana, namun begitu membekas di hati. Setelah sarapan bersama—ritual pagi yang selalu mereka nikmati dengan tawa kecil dan obrolan ringan—Ayla mengusulkan ide untuk mencoba resep baru yang ia temukan di buku masak lamanya.Adrian, yang awalnya ragu, akhirnya setuju untuk ikut terjun ke dapur.“Duh, ini kayaknya kebanyakan gula, deh,” keluh Adrian sambil mengaduk adonan kue dengan raut penuh keraguan.Ayla tertawa kecil, melirik suaminya dengan tatapan geli sembari tangannya cekatan memotong cokelat hitam. “Nggak apa-apa, kalau terlalu manis, kita kasih aja ke anak-anak tetangga. Mereka pasti suka.”Adrian mengangguk pelan, meski garis ragu di keningnya belum juga sirna. Ia mencuri pandang ke arah Ayla, yang tengah sibuk bekerja dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Kamu tahu nggak, Ay? Ada satu hal lagi yang bikin aku bangga selain Aruna."Ayla berhenti sejenak, alisn

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status