Hari ke dua terlewati, tak juga ada kabar dari Bryan. Satu-satunya harapan hanya Andhika, tapi anehnya, ponsel lelaki itu tak juga aktif. Bryan pun tak kunjung menghubungi Kayla. Wanita itu semakin geram dengan kelakuan suaminya.
Akhirnya, Kayla menoba mengirim pesan dan panggilan telepon namun keduanya tak tersambung. Hatinya semakin panas. Bila tak ada tanda-tanda Bryan mendua, mungkin ia akan khawatir dan menyusul ke Malang, mungkin sesuatu yang buruk terjadi di sana.
Tapi firasatnya mengatakan agar dirinya bertahan.
Ia mencoba mengingat betapa banyak waktu dilalui, dengan mengalah dan mengalah. Termasuk memusnahkan impiannya menjadi wanita ka
"Hey!"Mayleen duduk di kursi restoran paling pojok. Dia berteriak ketika melihat Kayla datang dan menghambur memeluknya."Lucu kamu, May. Seperti udah berapa lama nggak ketemu.""Aku tu selalu suka kalau ketemu kamu. Gimana, sih. Eh, jadi belum ada telepon juga dari Bryan? Ya Allah, gila tu laki. Istri semlohay seperti ini disia-siain. Gimana aku, bulukan gini. Satu persen aja nggak ada se-Kayla yang cetar membahana. Aku ....""Udah! Udah! Nyerocos aja, lu. Aku nggak duduk nih?" Mayleen menyeret Kayla duduk di kursi kosong di depannya."Oke, trus apa yang akan kau lakukan?" tanya Mayleen setelah Kayla bicara panjang lebar soal B
Apakah ia berdosa menyimpan rasa itu? Kayla tak ingin memikirkannya. Bukankah semua orang berhak dicintai dan mencintai walau tak bisa saling memiliki.Dipandanginya wajah Bryan yang tertidur damai. Samar cahaya lampu tidur memantul mengenai pipinya. Kayla menahan diri untuk tak mengelusnya. Bukan hanya karena firasat sang suami bermain hati namun Kayla tak ingin Bryan terbangun dan menyadari sang istri belum tidur selarut ini.Teringat jerit bahagia anak-anak ketika bertemu papanya, membuat dada Kayla kembali hangat. Kebahagiaan anak-anak suatu hari akan mengubur semua rasa cinta akan Kenan. Pun rasa cemburu pada Bryan.Namun dibalik semua itu terselip pemikiran yang berbeda. Seandainya usahanya memperbaiki rumah tangga tak berhasil? Seandainya ternyata anak yang dikandung Lorina bukan darah daging Kenan dan mereka terpisah? Seandainya benar Bryan memiliki wani
Setelah memastikan Bryan cukup jauh, Kayla segera memacu mobil dengan cepat menuju apartemen Kenan, lelaki itu ada di sana. Entah apa yang terjadi, pesan yang dikirimkannya seperti diketik sembarangan.Kayla tak akan memaafkan diri sendiri apabila terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada Kenan.Penjaga gedung telah mengenal Kayla sebelumnya, ia mempersilakan Kayla naik melalui lift dengan kartu akses miliknya setelah Kenan tak juga mengangkat panggilan telepon Kayla.Aroma tidak sedap menerpa hidung Kayla ketika pintu apartemen dibuka. Pintu itu tidak tertutup rapat ketika Kayla datang, mungkin Kenan lupa atau memang sengaja. Setelah berapa kali ketukan tak terjawab, Kayla memutuskan masuk tanpa menunggu tuan rumah menyapa. Apa yang dilihat Ka
Gerakan ringan Kenan menyadarkan Kayla dari lamunan. Ia yang sedari tadi duduk di tepi ranjang, menatap lelaki itu. Betapa damai wajahnya. Tubuhnya tertutup selimut hingga dada. Kayla tak memakaikan baju karena takut membangunkan Kenan hingga memutuskan untuk menutupi dengan selimut tebal.Sesekali mata Kayla menatap layar ponsel di tangannya namun belum terlihat pesan baru dari Mayleen. Semoga memang tidak ada apa-apa, batin Kayla.Tiba-tiba tangan Kenan terangkat, menangkap tangan Kayla dan menariknya. Kayla yang tak menduga hal tersebut menjadi hilang keseimbangan hingga tubuhnya tertelungkup di atas dada Kenan.Wajah keduanya berhadapan sangat dekat. Kayla menahan napas yang tiba-tiba sesak. Selimut telah tersingkap
Suasana makan malam bersama dua keluarga sedikit tegang akibat Abiyaksa menyinggung soal hutang budi Biyan semasa hidup.Sambil melahap makanan dengan rakus, Abiyaksa bercerita ia kerap membantu Biyan ketika papa Kenan itu masih muda. Bersama-sama bertemu di Jakarta sebagai anak rantau, tinggal di kost yang sama hanya beda kamar, membuat hubungan keduanya cukup dekat.Suatu ketika Biyan muda kehabisan uang dan Abiyaksa membantu memberinya informasi lowongan pekerjaan di kantor yang sama dengannya bekerja. Setahun kemudian berbekal illmu yang telah didapatnya, Biyan pindah kerja dan mendapat jabatan serta gaji jauh lebih tinggi. Karier Biyan melejit cepat berkat keuletannya bekerja dan kepribadiannya yang baik. Hingga suatu hari ketika mewakili perusahaan melakukan kunjungan ke kantor Rumini, Biyan berte
"Masuk restoran kelas atas gak tahu etika." Abiyaksa bersungut-sungut seraya meneguk minuman di gelas sampai habis.Lorina yang sejak tadi hanya bicara sepatah dua patah kata kini menimpali sang ayah."Sudah, Pa. Lori capek dengar papa ngomong terus dari tadi" pungkasnya. Ia mendengkus kesal dan bersiap hendak berdiri.Kenan menegakkan kepala menatap gerakan Lorina. Walau pernikahannya dengan gadis itu hanya sebatas tanggung jawab namun Kenan tak bisa membiarkan Lorina meninggalkan meja makan begitu saja sementara semua orang masih berkumpul. Seakan mengerti arti tatapan Kenan yang mengikutinya, Lorina pun bicara."Cuma mau ke toilet," ujar Lorina seraya menggeser kursi dan membalik badan.
Kayla mendengarkan kata demi kata yang diucapkan Kenan, lalu ia memeluk lelaki itu.Kenan balas memeluknya erat serta menciumi pucuk kepala Kayla. Kenan terdengar lega telah membagi kegalauannya pada Kayla. Sosok yang dikenal Kayla sebelumnya, kini telah kembali."Bukankah seharusnya kau senang? Kau tidak jadi menikahinya. Kenapa malah seperti ini?""Setibanya di luar restoran, Lorina mengejarku. Lorina tetap ngotot kami memang melakukannya malam itu. Dan itu membuatku tak bisa berpikir jernih. Bagaimana kalau anak itu adalah darah dagingku? Membayangkan dia hadir ke dunia ditunggui lelaki lain membuatku hampir gila." Gusar Kenan menarik rambutnya."Setelah apa yang dilak
Lorina mencintai Abiyaksa. Lelaki paruh baya itu berjuang keras dari nol merintis perusahaan. Perjuangannya yang tak kenal kata lelah membuat Lorina kerap merasa kasihan."Papa tahu rasanya hidup susah dan papa tak ingin anak cucu papa merasakan hal yang sama." Selalu kata itu yang diucapkan Abiyaksa bila Lorina bertanya.Dilubuk hati terdalam, lorina pun setuju. Kekayaan harus diperjuangkan bukan ditunggu datangnya.Ambisi Abiyaksa untuk berada di lingkaran orang-orang besar, dipupuk sejak Lorina belum hadir ke dunia ini.Lorina dibesarkan akrab dengan mengetahui sepak terjang Abiyaksa. Itu sebabnya ia mengiakan ketika sang papa memberi ide untuk memasukkan obat perangsang pada minu