Kali ini Ferdi merasa mendapat ketenangan saat pulang ke rumah. Saat ia terbangun ia menyadari dirinya tertidur cukup lama. Ia mulai bangkit dan ingin membersihkan dirinya dikamar mandi. Saat ia melihat jam, ia terkejut ternyata dirinya tertidur hampir enam jam, sungguh luar biasa, padahal sebelumnya ia sedikit susah dalam masalah tidurnya. Mengingat sesuatu yang penting ia langsung bangkit dan menyambar handuk dengan cepat. “Sial! Malam ini ada acara, aku harus segera bersiap.” Ferdi masuk ke kamar mandi. Malam ini ia harus menghadiri pesta pertunangan teman bisnisnya, tapi malah lupa karena tertidur pulas. Bagaimana tidak, malam kemarin ia bahkan bergadang sampai subuh, bukan karena pekerjaan tapi lagi-lagi karena galau patah hati. Satu malam ia habiskan dengan merokok dan minum minuman beralkohol, meskipun yak sampai mabuk tapi mampu membuatnya kehilangan akal sesaat. Setelah keluar dari kamar mandi Ferdi langsung menyambar ponselnya, ia harus menghubungi sang asisten untuk
Cahaya yang masuk di celah-celah jendela membuat tidur seorang wanita terganggu, ia mencoba menghalau cahaya yang menyilaukan matanya sehingga tak bisa melihat. Sepertinya ia lupa menutup jendela tadi malam. Bella menggeliat pelan, saat ia merasa sesuatu menyentuh tangannya, ia menghentikan gerakannya.“Mas Ferdi?” Bella terlihat tak percaya melihat suaminya mau tidur disamping-Nya. Apa ia sedang bermimpi?Ia melihat sekeliling, Kenapa dia bisa didalam kamar bersama pria ini? Siapa yang mengangkatnya tadi malam? Pertanyaan-pertanyaan itu tak perlu ia jawab lagi, tidak mungkin bibik di bawah yang melakukannya, mana kuat wanita tua itu. Ini pasti Ferdi yang bernuat, tapi ... Apa mungkin? Memangnya sejak kapan pria ini peduli padamu.Seulas senyum terbit di bibir wanita itu, entah mimpi apa tadi malam sampai-sampai mendapatkan kebahagiaan pagi-pagi begini?Tangan Bella terangkat untuk menyentuh wajah tampan suaminya, tapi ia tak punya keberanian sebesar itu sehingga hanya mampu terga
Hari Senin kembali, seperti biasa Ferdi harus pergi ke kantor untuk bekerja. Istirahat di hari libur rasanya sudah cukup, Minggu ini ia merasa mendapatkan ketenangan dalam dirinya. Tak ada pertengkaran, Tak ada yang mengatur dirinya, Ferdi cukup senang.Memulai dari awal, tak apa-apa ia belajar untuk menerima perhatian yang diberikan Bella. Ferdi tersenyum kecil, ternyata masakan wanita manja ini lumayan enak juga. Ia merasa keputusan yang ia ambil tak salah, ia bisa mencoba dan mencoba sampai hatinya siap menerima.“Aku akan berangkat kerja,” Bella berkedip lucu, ia masih belum terbiasa dengan perubahan sikap pria ini. Ferdi yang tak mendengar jawaban istrinya membuat ia berbalik.“Kamu gak ingin mengantarkan ku?”“Eh?” Bella ragu, “apa harus?” ia takut disalahkan lagi, tak ingin terulang kedua kali kebodohannya.Ferdi mendekat, ia mengambil duduk di sebelah Bella. “Aku ingin ... Kita akan mulai semuanya dari awal lagi dengan baik dan benar. Aku akan berusaha menerima keberadaan mu
Cukup rasanya ia mendiami sang suami selama ini, sudah dua hari mereka saling mengacuhkan dan tak saling sapa. Intan tak ingin masalah ini semakin panjang kedepannya yang akan membuat pernikahannya hancur. Ia tahu apa yang ia lakukan itu dosa, tapi bagaimana lagi jika hati berkata tidak sanggup.Cukup menyiksa baginya harus berjauhan dari suaminya sendiri, ia merasa ada yang kurang, tapi ia harus terbiasa seperti ini. Terbiasa untuk bersikap dingin pada suaminya sendiri, meskipun itu sangat sulit ia lakukan. Tak apa ia mengalah, “Mas, hari ini kita jalan yuk?” Ajak Intan. Ia bosan seperti ini, bisa dikatakan mereka jarang jalan-jalan setelah menikah.Sudah lama juga mereka tak menghabiskan waktu berdua, dan ia rasa sekarang waktunya. Ia juga ingin jalan-jalan bersama suaminya, yang super sibuk ini.“Emang kamu mau kemana, dek?” Intan berpikir sejenak, “kita ke mal yuk, mas. Udah lama aku gak belanja.”“Mm, tempat yang lain aja kenapa dek? Bosan mas kesana terus, biasanya Najwa juga
Bella mengepal erat tangannya, ia masih ingat pertemuan dirinya dengan sang mantan kekasih dari suaminya. Sekarang ia berpikir, pantas saja Ferdi mengajaknya pindah kesini, ternyata inilah tujuannya. Pikiran buruk tentang suaminya semakin bergelayut di benaknya, ia belum bisa percaya Ferdi benar-benar sudah menerima dirinya.Bella membanting tubuhnya di atas ranjang empuk. Apartemen Ferdi ternyata tak terlalu buruk, malah terasa lebih nyaman dari pada rumah mertuanya. Tapi kali ini ia tak bisa menikmati suasana nyaman ini, pikiran tentang tadi siang masih bergelayut di benaknya.“Apa mas Ferdi masih ingin mengejarnya?” Memikirkan itu hatinya kembali menjadi suram. Ada rasa tak rela, tapi bukankah kemarin ia berjanji akan merelakan suaminya jika ada kesempatan kedua? Tapi kenapa sekarang ia tak bisa? Kenapa sekarang ia merasa berat untuk melepaskannya?Ia mencoba mengosongkan pikirannya, tapi sulit. Isi kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran buruk dan itu membuat dirinya semakin meras
Saat Intan tertidur, Zaki terjaga sepenuhnya. Sambil menatap wajah manis istrinya, ia terus berpikir di tengah kebingungannya tentang keanehan istrinya. Intan semakin pendiam, dan semakin menjauhi dirinya, dan sampai sekarang ia masih belum juga mengerti.Kalau masalah sepupunya, ia masih tak setuju, ia merasa wanitanya ini terlalu berlebihan. Ia ingin bertanya, tapi ragu juga, pasti ujung-ujungnya mereka akan bertengkar lagi.Malam ini mereka lewat dengan saling diam, dan saat istrinya tertidur pulas seperti ini Zaki mulai mencari apa yang salah dari wanita ini, sekarang?Malam yang semakin larut membuat Zaki ikut tertidur. Kali ini ia tak bisa memeluk tubuh istrinya, karena wanita itu sudah memberikan pembatas diantara mereka. Awalnya ia ingin marah, tapi saat mendengar ucapan Intan membuat Zaki terdiam. 'aku sedang tak ingin di sentuh'*****Najwa berlenggok keluar dari kamarnya, gadis ini selalu saja begitu, keluar setelah semua makanan siap disajikan. Intan ingin marah rasanya,
Sakit raga dapat di obati, tapi sakit hati tak tahu harus diobati kemana. Rasa lelah karena terus dibohongi membuat siap saja tak akan memberi kesempatan untuk menjelaskan.Intan menatap sinis dua manusia dewasa yang keluar dari dalam mobil yang sama. Siapa lagi jika bukan Zaki dan sepupunya yang cantik jelita, Najwa!“Pulang bersama lagi?” Intan bertanya setelah mereka berdua berada di dalam kamar. “aku semakin heran, sedekat itukah hubungan kalian? Sampai-sampai harus bersama setiap waktu.”“Dek. Jangan ajak aku bertengkar lagi ... Suamimu lelah baru pulang dari kerja, tapi kamu ...,” Zaki mengela nafas lelah.Pria itu menatap jengah, tiada hari tanpa bertengkar. Entah mengapa wanita ini tak ingin mengernyit jika dirinya sangat lelah karena bekerja seharian.“Aku juga begini karena kamu, mas. Kamu selalu bikin Alasan ini itu untuk membela sepupu mu itu. Tapi kenapa sekali aja, kamu pikirkan juga perasaan aku dong!” “Cukup intan! Kamu tidak bisa bersikap kekanak-kanakan seperti ini
Suara azan terdengar begitu merdu dan syahdu. Meskipun membuat terbuai, tetapi kesadarannya langsung terbangun. Intan memaksa matanya untuk terbuka, berlahan ia mulai mendapatkan kesadaran sepenuhnya.Intan menyentuh lengan Zaki, “mas, ayo bangun.”Tak lama pria itu juga ikut terbangun. Intan segera bangkit dari tempat tidur dengan berlahan, setelah itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sudah menjadi kewajibannya untuk melakukan, meskipun belum merasa enakkan tapi Intan tetap melakukannya.Kali ini mereka melakukan salat sendiri-sendiri, Intan lebih dulu selesai tanpa menunggu suaminya. Dalam doa ia bisa menyampaikan keluh kesahnya pada sang pencipta, sedikit ia mulai merasa lebih tenang.Zaki yang melihat istrinya lebih dulu selesai, dan pergi keluar dari kamar. Pria itu merasa kehilangan.Tak ada lagi istrinya yang akan menunggunya dengan senyum manis untuk salat berjamaah berdua. Tak ada lagi senyum manis yang selalu merekah dikala ia mengecup kening sang istri saat sel