Aku menatap kedua mata mereka. Keduanya tampak serius. Tapi wajah serius mereka super menggemaskan. “Pfthehehe. Kalian menggemaskan.” Pujiku, tapi mereka malah mendelik heran.
“Hey! Berani-beraninya kau! Mengatai peri menggemaskan!”
“Ayolah, itu adalah pujian. Anyway, jadi kenapa aku tidak boleh datang ke tempat itu? Apa kalian tahu sesuatu?”
“Huh! Dasar manusia! Bagaimana kau bisa tak tahu padahal kau hidup dekat dengan mereka!”
Aku memiringkan kepala karena bingung. Setahuku, kuil adalah tempat untuk berdoa kepada dewa Drachen, pencipta dunia ini, serta yang memberkahi sihir ke tanah ini. Kami sebagai bangsawan lumayan sering mengunjungi tempat itu untuk memberikan offering. Dan offering itu akan disalurkan kepada rakyat jelata yang membutuhkan. Aku pun sesekali mengunjunginya bersama Ibu. Di sana, orang-orangnya ramah dan berkelas. Aku cukup menikmati kunjunganku ke sana karena di sana memiliki efek
Perjalanan ke kuil tidak membutuhkan waktu yang lama. Perjalanannya pun mulus. Kereta kuda tidak seberapa goyang karena jalanan telah diaspal dengan baik. Menunjukkan betapa terurusnya kuil ini.Kereta kudaku telah tiba terlebih dahulu. Disusul dengan kereta kuda Yang Mulia Ratu.“Selamat dating, wahai Matahari kecil kerajaan Drachentia, Yang Mulia Ratu. Serta bulan kecil kerajaan Drachentia, Yang Mulia Putri Mahkota.” Seorang pendeta laki-laki dengan pakaian besar warna putih menyambut kami. Ia tersenyum ramah dan menuntun kami memasuki gedung serba putih itu.Sejak perkenalan dengannya, aku sudah was-was. Karena bisa jadi orang ini adalah seorang alkemis yang sedang menyamar. Entah bahan kimia apa yang telah dibuatnya. Bisa jadi dia adalah alkemis yang membantu Hayden menciptakan senjata itu.“Kau tampak gugup, Putri Mahkota.” Kata Ratu yang duduk di sebelahku.Sekarang kami berada di sebuah ruangan khusus berdoa. Ka
Sesekali Nyonya Bellrose akan datang bersama dengan nona dayang lainnya untuk menanyakan bagaimana kabar Fuschia kala itu. Fuschia yakin mereka ingin dirinya akan kedinginan lalu mengemis untuk keluar dari kolam. Tapi Fuschia tidak akan memberikan kepuasan seperti itu pada mereka.Di saat itulah, Fuschia akan bersandiwara sekuat hatinya. Dengan tangan memeluk tubuh menggigilnya. Serta mata yang dibuat sayu, dan bibir pucat gemetar. Siapapun yang menyaksikan pasti tahu bagaimana dinginnya tubuh Fuschia. Bahkan sesekali, Laura dan Sophie tampak sungguhan kuatir. Hal itu membuat Fuschia semakin menahan tawanya.Berkat Mbayu, Fuschia bisa mengontrol suhu air di dalam kolam. Ketika air di dalam kolam tampak mengeluarkan kepulan asap panas, Fuschia segera menggantinya dengan suhu dingin agar tidak ada yang curiga. Ia tidak ingin ada yang tahu kalau ia bisa menggunakan sihir di dunia yang ‘menganggap’ telah kehilangan sihirnya. Membayangkan apa yang ak
“Putra Mahkota, mengapa kau ada di sini?” Yang Mulia Ratu tampak tercengang dengan kehadiran Hayden yang tiba-tiba petang itu.Seumur-umur dia belum pernah mendengar seorang Putra Mahkota datang ke kuil yang sedang mengadakan ritual untuk isteri sah kerajaan. Meskipun Hayden adalah putranya, ia tidak bisa menebak apa yang ada di dalam otak putranya itu.Sama halnya dengan Fuschia. Dia terlampau kaget karena kedatangan Hayden yang tiba-tiba serta bertepatan dengan dirinya yang sedang dalam masalah. Bak seorang tokoh utama pria yang selalu datang menyelamatkan tokoh utama wanitanya. Bedanya, Fuschia bukanlah tokoh utama wanitanya.Apalagi di masa lalu Hayden tidak datang ke kuil di hari ritual ini. Lalu, apa yang terjadi sekarang? Apa yang membuat pria angkuh dan penuh perhitungan ini datang kemari?“Terlepas dari posisimu yang tinggi, anda punya banyak sekali waktu luang, Yang Mulia Ratu.” Hayden menyombongkan senyum sinisnya.
Fuschia mengerjap-erjap. Ia merasakan tubuhnya begitu lemas. Pemandangan langit-langit kamarnya lah yang menyambutnya kembali. Rasanya persis sama seperti ketika ia baru kembali dari masa lalu. Dan itu membuatnya takut.Fuschia meringis kecut. Ia tak menyangka akan jatuh pingsan di hadapan dua anjing itu sekaligus. Ia mendengus kesal. ‘Sial. Karena aku tampak lemah begini makanya mereka leluasa mempermainkanku. Ukh!’ Fuschia hendak bangkit, namun kepalanya terasa seperti dibelah dua.Ia kembali merebahkan kepalanya yang terasa berat. Ia keheranan, padahal kepalanya lumayan kosong karena dia malas belajar, tapi kenapa rasanya ia ingin sekali mencopot kepalanya lalu meletakkannya jauh dari tubuhnya? Fuschia semenderita itu.Ketika ia hendak memejamkan matanya, ia merasakan ada hal aneh di tubuhnya. Saat matanya melirik ke bawah, ia melihat dua peri sedang duduk bersila di atas dadanya.“Erm, aku tahu kalian tidak memiliki jenis kelamin. Ta
Ketika aku pertama kali masuk ke tubuh Fuschia, aku pikir hidupku di dunia ini tidak akan sulit. Sebab aku adalah putri sulung keluarga kaya raya dari keluarga terpandang, Mountravven. Jadi aku tidak begitu khawatir soal makanan, pakaian, tempat tinggal, keamanan, serta status sosial. Kekhawatiran terbesarku waktu itu adalah bagaimana caranya agar aku terpisah dari Hayden sehingga aku tidak dibuang ke pengasingan. Yang ternyata itupun gagal. Aku tetap terjerat di dalam takdir buruk novel ini.Duke Mountravven mengabaikanku. Seolah aku adalah udara yang tidak terlihat. Sedangkan Duchess Mountravven, ibu tiriku, ia terlalu memerhatikanku. Sehingga aku merasa tertekan atas semua perlakuannya terhadapku. Dua adik laki-lakiku pun mengikuti jejak Duke Mountravven, mereka mengabaikanku bahkan ketika aku dalam bahaya.Melihat perlakuan majikannya terhadapku begitu buruk, para pelayan pun turut memperlakukanku dengan buruk. Kalau masih sebatas mengabaikan, aku masih bisa
Sarah hanya berdiri di sisi pintu dengan postur tegap. Ia tetap berdiri di sana hingga pelayan terakhir keluar dari kamarku. Aku memandanginya sesekali. Dan di setiap waktu aku selalu terpana oleh kecantikannya.Jembatan hidungnya tinggi dengan pipi merona merah yang bukan karena olesan blush-on. Bibirnya tebal dan berwarna peach sensual. Matanya dalam dan berkarakter dengan manik mata berwarna ungu ke jingga-jinggaan. Serupa warna langit ketika petang mengganti jubahnya menuju malam. Warna langit indah yang hanya bisa disaksikan sekilas.Sarah memiliki kecantikan wajah yang diinginkan hampir setiap wanita di dunia ini.‘Dia begitu cantik dan menyebalkan. Haaa.’Seumpama aku bertemu dengannya di situasi lain, mungkin aku akan menawarkan diri untuk menjadi sahabat karibnya. Dia tampak seperti boneka cantik yang sesering apapun kau melihatnya, kau tidak akan bosan.Aku ingin mendadaninya dengan berbagai ti
Akhirnya hari bersejarah ini tiba! Permulaan dari segala malapetaka dalam hidupku dan hidup bayiku. Semoga kali ini bukan malapetaka yang menghampiriku.Jantungku berdegup kencang menantikan malam yang seperti apa nanti kulalui. Aku harus berusaha mati-matian untuk tetap tersadar dari manipulasi Hayden. Setidaknya, aku harus memastikan rambut pria yang meniduriku adalah pirang, karena aku ingin bertemu bayi berambut pirangku lagi. Bukan bayi lain. Aku tidak tahu apa jadinya jika bukan itu yang kudapatkan.Merri dan pelayan kamar merapikan seisi ruang kamarku seperti biasanya. Mereka tampak bersemangat untuk alasan yang aku ketahui dengan jelas.Apakah penyatuan kami merupakan hal yang begitu menggembirakan bagi mereka? Seumpama mereka tahu kalau yang akan bersamaku di ranjang nanti malam adalah bukan Hayden, Putra Mahkota, apa mereka masih bisa bergembira?“Nona!” Merri menghampiriku, matanya lebih berbinar bling-bling dari sebelumnya.
‘Aku pasti seorang jenius!’ Fuschia teriak kegirangan dalam hati.Setelah berpikir Panjang seraya menikmati tubuhnya dipijit, akhirnya dia menemukan cara agar ia tidak meminum ramuan itu, tanpa membuat Madame Bellrose curiga, atau dengan aksi pingsan dan semacamnya. Sebuah tawa iblis muncul dari wajah malaikatnya, dan itu membuat para pelayan kamar jadi keheranan.Fuschia pikir Madame Bellrose akan bosan, lalu pergi. Tapi Madame Bellrose lebih bertekad dari yang Fuschia duga. Meskipun harus menunggu selama tiga jam lebih, ia masih terlihat tenang dan berwibawa. Energi mudanya membuat Fuschia – yang mudah lelah padahal hanya mandi dan spa saja, menjadi minder.“Kau pasti akan menyukai teh ini. Yang Mulia Paduka Ratu yang telah memilihnya sendiri. Rasanya sangat segar dengan aroma yang manis, bahkan tanpa gula. Sebuah kehormatan bagi kami untuk melayani anda, Yang Mulia.”Secangkir teh berwarna merah muda menggiurkan tersaji di
Tuyul tak kunjung ditemukan.Sekeras apapun aku dan Mbayul mencarinya, kami hanya bisa menyimpulkan bahwa Tuyul telah meninggalkan kami. Sulit untuk menerima kenyataan itu, terutama ketika kami tidak mengucapkan selamat tinggal satu sama lain.Mbayul dan peri pengembara lainnya masih bersama kami. Mereka bekerja untuk aku sebagai CCTV kerajaan. Mereka adalah makhluk yang tepat untuk pekerjaan itu karena hanya sedikit orang yang dapat melihat mereka, meskipun banyak penyihir yang muncul sekarang.Kemudian, ketika Pasha berusia tiga tahun, aku mengetahui kisah terakhir Tuyul.“Ibu, masih ingat Paman Tuyul?”Suatu malam, Pasha menanyakan hal itu.Pasha memiliki kemampuan verbal yang sangat baik di usia dini, dia sudah bisa membentuk kalimat kompleks dengan baik, sehingga memudahkan kami untuk berkomunikasi. Dia juga mengingat beberapa hal tentang masa kecilnya, ketika dia berusia satu tahun.Dia bahkan mengingat rumah di tengah hutan yang pernah kami tinggali di Kerajaan Haddad, dan dia
Belum genap enam bulan Dylan menjabat sebagai raja baru Kerajaan Drachentia dan ia sudah menyandang gelar 'serigala emas Drachentia'. Dalam waktu singkat itu, dia ditakuti oleh kerajaan-kerajaan di sekitar Drachentia. Terutama karena prestasinya dalam membasmi semua monster dan alkemis yang tersisa di Drachentia.Tidak hanya itu, ia juga melumpuhkan perdagangan ilegal yang terjadi di lautan Drachentia. Tanpa ampun. Dan ternyata tindakannya tersebut merembet hingga mengguncang stabilitas ekonomi kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya, yang selama ini mengakali Drachentia dalam hal perdagangan di laut.Maka hari ini adalah pertemuan besar dengan diplomasi kerajaan-kerajaan sekutu, yang hadir karena takut Dylan akan memangsa kerajaan mereka. Seperti yang diketahui banyak orang bahwa Drachentia adalah sebuah kerajaan kepulauan, aku rasa mereka takut kerajaan mereka akan menjadi salah satu pulau baru milik Dylan.“Tapi dia tidak sekejam itu. Aku tersenyum bangga pada Dylan yang duduk di samp
Upacara pernikahan aku yang kedua.Seperti yang diminta Dylan, sebelum upacara penobatan raja, kami mengadakan upacara pernikahan.Tentu saja, banyak yang perlu dipersiapkan untuk pernikahan keluarga kerajaan, tetapi karena kami ingin melakukannya sesegera mungkin, persiapannya cukup sederhana. Lagipula, kami ingin segera dinobatkan sebagai suami dan istri. Jadi kami tidak terlalu memikirkan tentang jamuan makan dan sebagainya.Aku mengenakan gaun pengantin putih yang terlihat sangat indah seperti taburan berlian di atasnya. Saat sinar matahari menyinari ku, gaun aku akan berkilauan.Mengapa bisa ada gaun pengantin yang begitu indah yang siap dalam waktu singkat? Jawabannya adalah karena antusiasme Laura dan Pak Andre, yang telah mempersiapkan gaun tersebut jauh-jauh hari, bahkan saat mereka tidak tahu kapan aku bisa memakainya. Begitu juga dengan tuksedo pernikahan Dylan.“Nyonya-oops, Yang Mulia, Kau terlihat sangat cantik. Kau seperti seorang dewi!”“Bukankah dia lebih mirip seora
Hari persidangan Putra Mahkota Hayden akhirnya tiba. Langit berwarna abu-abu kusam, dan orang-orang berbondong-bondong ke Pengadilan Tinggi untuk menyaksikan persidangan bersejarah itu dengan suasana hati yang tidak tenang. Pikiran mereka kacau.Dylan dan aku duduk di kursi saksi. Aku bisa merasakan semua mata tertuju pada kami. Aku mendengar bisikan orang-orang di belakang kami yang merupakan tempat duduk para bangsawan.“Aku di sini. Jangan gugup.” Dylan berbisik. Menarik kegugupan yang tidak kusadari telah menggerogoti kesadaranku.Meskipun aku mendengar bahwa Nyonya Luxor dan Laura sedang berusaha membuat banyak berita yang ditulis di koran yang menguntungkan kami, bukan berarti semua orang akan percaya dengan semua itu. Terutama para bangsawan yang mungkin mengincar kekuasaan kerajaan melalui keluarga kerajaan.Terlebih lagi ketika mereka mendengar bahwa raja mereka berikutnya adalah mantan budak dan korban eksperimen alkemis. Tidak lupa bahwa aku juga akan menjadi ratu mereka.“
Setelah pertempuran hebat itu, aku tidur seperti orang mati selama dua hari. Aku terlalu memaksakan diri, jadi begitulah hasilnya.Sementara itu, Laura dan Nyonya Luxor mengerahkan banyak media berita dalam bentuk surat kabar untuk menuliskan segala sesuatu yang telah terjadi dalam semalam. Mulai dari alasan pemberontakan yang dipimpin oleh Keluarga Luxor dengan bantuan pasukan Keluarga Mountravven hingga kemunculanku yang mengejutkan.Nyonya Luxor dengan cepat mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan berita karena dia memiliki serikat informasi. Jadi dia telah menempatkan beberapa reporter di tempat kejadian untuk mengabadikan segala sesuatu yang terjadi sejak awal pertempuran.Dan sebagai reporter profesional, para reporter mendapatkan banyak gambar yang 'mencengangkan', yang kemudian disisipkan di berita utama koran mereka.Mulai dari gambar Hayden yang memimpin pasukan monster, lalu gambar aku menggunakan sihir air, dan juga gambar naga di langit yang memberkati aku da
Aku tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Yang kutahu adalah Dylan tiba-tiba memegang pedang Hayden di tangannya, dan dari pedang itu keluarlah sebuah kekuatan super(?) berupa lingkaran raksasa yang mengiris monster-monster itu dengan sekali tebas. Kemudian karena kekuatan itu, energi Dylan seperti tersedot dan membuatnya jatuh lemas ke dalam pelukan ku.Aku sempat panik karena mengira Dylan akan mati, tapi ternyata dia hanya lemas sesaat. Karena setelah itu, kami dan beberapa tentara yang 'sehat' menjelajahi kuil.Tentu saja, pada saat itu aku juga tidak tahu mengapa orang-orang memandang kami dengan takjub saat mereka mengatakan bahwa kami menerima berkat dari naga yang membelai kepala kami dengan kakinya.Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang naga di langit. Tapi aku pikir itu mungkin Lord Drachen.Lagi pula, aku bertemu dengan seseorang yang hampir aku lupakan dalam perjalanan ke kuil.“AKU AKAN MEMBUNUHMU!” Sarah hendak melompat ke arahku dengan sepenuh hati, tapi tubuhnya sudah
“Mau ke mana kau, Tuan Bajingan?”Tanpa ragu, Merri melalap tubuh Raymon dengan api biru yang membara.“AAAAAAHHHHH!” Raymon menggeliat kesakitan sambil berteriak histeris, lalu tubuhnya ditendang oleh monster besar itu.Merri menyeringai sambil menatap Raymon yang menggelepar-gelepar seperti ikan yang sekarat.Merri berpikir, 'Lihatlah, betapa mudahnya menghancurkan bajingan itu. Jika saja aku lebih kuat dari dulu, maka Nona dan hidupku tidak akan sekacau ini.“Merri?! Apa yang kau lakukan di sini?” Fuschia mendekati Merri, terlihat bahagia di atas pohon.“Nona! Aku berhasil! Aku membakar bajingan itu!”“Kerja bagus, nak. Tapi jangan memaksakan diri karena kau masih dalam masa pemulihan, Merri.”“Tentu saja! Hahahaha, ini menyenangkan. Bagaimana denganmu, nyonya? Uh? Kepalamu berdarah!” Merri hampir saja melompat dari posisinya untuk mendekati Fuschia yang sedang terbang.Hal itu membuat Fuschia kebingungan. Tapi kemudian Fuschia menenangkan Merri. “Tenanglah. Aku sudah meminum ramua
Fuschia menatap pria di depan Nyonya Luxor dengan waspada. “Komandan Hugh?”Ia mengenali pria itu sebagai Komandan Ksatria Drachentia, Hugh Connor dari Keluarga Count Connor.Dylan mengerutkan kening dengan masam lalu berbicara dengan suara pelan, “Seharusnya aku memastikan kau mati di tanganku.”Komandan ksatria Hugh menundukkan kepalanya saat dia menghadapi Fuschia. Dia tidak mengangkat kepalanya saat berbicara.“Aku ... sempat datang ke Aula Crestine. Di sana aku bertemu dengan Nona Laura dan para korban yang selamat. Lalu aku... mengetahui kebenaran darinya. Jadi tolong, izinkan aku untuk menebus dosa kebodohan ku, Yang Mulia.”Fuschia mengenal Hugh Connor sebagai seorang ksatria yang setia kepada kerajaan. Kesetiaannya ditunjukkan dengan pengabdiannya kepada sang pemimpin. Ia dikenal sebagai 'anjing pemburu' mendiang raja yang telah menggigit banyak bangsawan atau pemberontak yang mengancam kekuasaan mendiang raja.Seperti Hayden dan Raymon, dia dilatih oleh mendiang raja dan me
“FUSCHIA!”Itu adalah suara Dylan. Dia muncul dari balik para tentara.“Dylan!” Fuschia segera mengangkat kakinya untuk memperpendek jarak di antara keduanya.Mereka berdua saling berlari dengan tangan terbuka lebar.Di tengah-tengah pertempuran antara monster dan manusia yang sepertinya tidak akan pernah berakhir, Dylan dan Fuschia saling berpelukan erat.Pusaran pikiran dan detak jantung mereka yang tidak menentu terobati oleh aroma yang mereka hirup satu sama lain. Pelukan erat yang mereka bagi saat itu seakan menyampaikan semua kelelahan dalam hati dan pikiran mereka.Kemudian, bersama dengan ciuman singkat yang mereka bagikan satu sama lain, masing-masing dari mereka membunuh monster yang menyerang. Fuschia memisahkan kepala monster yang menyerang Dylan dengan gergaji esnya, sementara Dylan merobek leher monster yang menyerang Fuschia dengan pedangnya.Belum pernah ada momen romantis dan horor yang terjadi dalam satu frame. Begitu banyak tentara yang mengira demikian dan secara t