Beranda / Romansa / Sang Ratu / 86. Menjamu Tamu

Share

86. Menjamu Tamu

Penulis: Silvia Dhaka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selesai makan malam, Gustaf mengajak tamunya untuk mengobrol di ruang tengah. Namun karena sang supir dan sang asisten merasa sungkan duduk bersama dalam satu ruangan bersama tuan mereka, akhirnya mereka undur diri untuk keluar rumah.

"Di rumah saya ini kebetulan masih ada dua kamar kosong. Anda bisa menggunakannya untuk malam ini. Nanti biar dibersihkan terlebih dahulu," ucap Gustaf.

"Terima kasih, Tuan Gustaf. Sungguh saya menjadi tak enak hati sudah merepotkan Tuan sekeluarga, tidak hanya memberi kami tumpangan tapi juga menjamu kami dengan sangat baik," ucap Indra.

"Tidak perlu sungkan seperti itu, Tuan." Mata Indra dengan lancangnya mencari keberadaan seorang wanita yang sudah berhasil menarik perhatiannya.

"Tuan, ada apa?" tanya Gustaf saat melihat pria di depannya itu terlihat gusar.

"Tidak apa, Tuan," sahut Indra sembari tersenyum.

"Ah maaf, kalau boleh tahu Anda ini apakah sudah berkeluarga?" tanya Gustaf.

"Belum, saya belum

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Ratu   87. Bocornya Rahasia

    Senyum Andini langsung luntur ketika ia melihat seorang wanita berpakaian pelayan berdiri di bawah pohon yang jauh dari keberadaannya namun mata pelayan itu menatap tajam ke arahnya.'Ada apa dia menatapku seperti itu,' guman Andini dalam hati."Aku ingin rebahan, ayo kita masuk," ucap Andini.Margi berdiri dari duduknya, "Baik, Nona.""A ... Margi, bisakah kau mengajak Sabrina masuk terlebih dulu?" ucap Andini.Margi menatap Andini dengan pandangan aneh, "tentu saja," sahut Margi pada akhirnya. Ia tak berani bertanya yang lebih lagi pada majikannya itu."Sabrina sayang, kau masuklah bersama bibi Margi terlebih dahulu," ucap Andini pada putrinya.Sabrina mengangguk, ia lalu menggandeng tangan Margi. "Ayo Bibi Margi, kita masuk ke rumah," ajak Sabrina. Ia dan Margi pun berjalan meninggalkan Andini yang masih berdiri di taman.Andini menoleh ke segala arah, ia lalu berjalan tergesa menghampiri seseorang berpakaian pelayan yang be

  • Sang Ratu   88. Rencana Licik

    Delia menatap kosong ke arah pintu yang baru saja tertutup. Fakta yang baru saja ia ketahui telah mengejutkannya bahkan mengguncang dirinya."Ternyata Andini dalang dari semua ini. Aku ... aku telah salah sangka, aku salah menuduh Elmira," gumam Delia. Rasa bersalah sedikit menghantui jiwanya."Aku tidak bersalah di sini. Aku juga menjadi korban. Gara-gara obat pencegah kehamilan itu, aku bahkan sampai tak juga mengandung meski aku sudah menikah selama bertahun-tahun," ucap Delia membela dirinya sendiri.Delia seperti orang linglung, ia berdiri dan berjalan tanpa arah di dalam kamar. Delia memikirkan banyak kemungkinan yang akan terjadi jika semua orang di rumah ini tahu kebenarannya."Jika semua orang tahu bahwa Andinilah yang telah memberikan obat pencegah kehamilan kepadaku, maka Andini pasti akan langsung diusir dari rumah ini. Tamat sudah riwayat Andini!" ucap Delia sambil berjalan mondar-mandir, seraya tersenyum puas. Tapi tiba-tiba senyum di bibirn

  • Sang Ratu   89. Labrakan

    Pagi ini Mirai menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya hanya bersama Elmira tanpa keberadaan Inti kemarin berpamitan pergi ke rumah besar Dhanuar.Semakin lama Elmira semakin mahir memasak dan saat ini ia sangat menikmati perannya sebagai seorang ibu. Semenjak Mirai membuatkan nasi tim untuk Shaka, Elmira jadi sangat antusias memilih dan mengkombinasi sayur dan lauknya. Bahkan sekarang ia sendiri yang memasak nasi tim untuk Shaka."Elmira," panggil Mirai."Ada apa, Ibu?" tanya Elmira sembari mencuci sayuran."Setiap bulan Inti selalu pergi ke Rumah Besar Dhanuar untuk bertemu dengan kepala pelayan. Jika tidak, pasti Inti akan ijin keluar rumah," ucap Mirai."Memangnya ada apa, Ibu? Bukankah itu wajar. Setiap pekerja juga memerlukan hari libur untuk mengurus urusannya sendiri kan," ucap Elmira."Iya juga, tapi menur

  • Sang Ratu   90. Kucing dan Tikus

    Bagai kucing yang mengintai tikus untuk ia cabik-cabik tubuhnya. Delia terus menatap sinis ke arah Andini yang terus saja menghiasi bibirnya dengan senyuman. Andini terus saja berlagak bersikap ramah, hal itu semakin membuat darahnya mendidih."Tuan, ini enak. Apa Anda ingin tambah lagi, akan saya ambilkan," ucap Andini."Tidak ... tidak perlu. Ini sudah cukup," tolak Reksa."Baiklah ...," sahut Andini."Sayang, apa kau ingin tambah lauk atau sayur?" tanya Andini pada Sabrina dengan nada yang ramah dan penuh perhatian."Aku mau tambah telur, Ibu," sahut Sabrina."Baiklah, Sayang," sahut Andini. Ia mengambilkan telur ke atas piring Sabrina.Yasinta tersenyum, "jika kau ramah dan terlihat perhatian begitu, kau terlihat berbeda, Andini. Teruslah seperti itu, Nak," ucap Yasinta.

  • Sang Ratu   91. Ancaman

    "Jauhi Tuan Reksa. Biarkan dia hanya menjadi milikku."Bagai disambar petir, tubuh Andini menegang. Kalimat yang terlontar dari bibir Delia sungguh sangat mencengangkan. Kemudian tubuhnya terasa lemas bagai tak bertulang. Ia merentangkan kedua tangannya untuk mencari tumpuan. Kakinya pun bergerak mundur hingga mentok pada ranjang dan ia pun terduduk lemas di pinggiran ranjang."A-apa maksudmu?" gumam Andini menatap kosong lurus ke depan.Delia memutar bola matanya jengah menatap ke arah Andini yang bagai orang linglung. "Aku ingin Tuan Reksa hanya menjadi milikku. Milikku," ucap Delia tegas.Andini menggelengkan kepalanya berulang kali. Tatapannya nanar mengarah pada Delia. "Tidak ... tidak ... ma-mana mungkin hal buruk itu terjadi. Aku tidak mungkin menjauhi Tuan Reksa. Aku sangat mencintainya. Aku juga istrinya, sama sepertimu. Lalu mana mungkin Tuan Reksa hanya menjadi milikmu," guman Andini."Kau hanya tinggal memilih. Hanya ada dua pilihan unt

  • Sang Ratu   92. Pertengkaran

    "Aku lelah sekali. Kakiku rasanya seperti kesemutan. Mungkin karena aku sudah sangat tua," gumam Yasinta.Ida tersenyum pada Yasinta. Tanggannya masih terus memijat kaki Yasinta. "Tapi Anda masih terlihat sangat cantik dan menawan, Nyonya," ucap Ida."Kau ini pintar sekali memujiku. Usiaku bahkan sudah hampir setengah abad, Ida," ucap Yasinta."Tapi apa yang saya katakan benar adanya, Nyonya. Bahkan tak ada keriput sedikitpun di wajah ataupun di tubuh Anda," ucap Ida."Kau ini ...," gumam Yasinta seraya tertawa.Tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu kamar Yasinta."Siapa?" teriak Yasinta."Saya Elisa, Nyonya," sahut Elisa dari luar kamar."Masuklah," ucap Yasinta.Terdengar pintu berderit, lalu munculah Elisa dari balik pintu. "Selamat malam, Nyonya," ucap Elisa sambil sedikit membungkukkan tubuhnya."Ada apa, Elisa? Tak biasanya kau datang ke kamarku tanpa kupanggil," ucap Yasinta."Alat pemanggang

  • Sang Ratu   93. Kedatangan Gustaf

    Haris dan Gustaf berjalan beriringan menuju ruangan kerja Reksa."Selamat pagi, Tuan Haris," sapa Lusi saat Haris berdiri di depan mejanya."Tuan Reksa ada di dalam?" tanya Haris."Ada, Tuan," sahut Lusi.Haris menganggukan kepalanya pada Lusi. Ia lalu menoleh ke arah Gustaf yang berdiri di sampingnya."Mari silakan duduk, Tuan. Saya akan menemui Tuan Reksa terlebih dahulu," ucap Haris sembari menunjukan satu set sofa dan meja untuk ruang tunggu saat ada tamu yang akan datang menemui Reksa."Iya," sahut Gustaf.Haris mengetuk pintu, setelah terdengar suara Reksa yang menyuruhnya masuk barulah ia memasuki ruangan Reksa."Selamat pagi, Tuan," sapa Haris.Mendengar suara Haris, Reksa langsung mendongakkan kepalanya. "Selamat datang, Tuan Haris. Ada yang bisa saya bantu?!" ucap Reksa dengan nada sengit.Haris menunduk seraya tersenyum mendengar ucapan atasannya itu."Aku meng

  • Sang Ratu   94. Persetujuan Perjanjian

    Reksa melangkah gontai menuju ruangannya setelah mengantar Gustaf sampai depan. Kepalanya terasa berdenyut karena ucapan peringatan yang terlontar dari bibir Ayah mertuanya merupakan sebuah ancaman untuknya. Ia masih sangat mencintai Elmira, lalu bagaimana bisa ia mengurus perpisahan mereka berdua. Terlebih sekarang ini sudah ada seorang putra yang terlahir di dunia ini sebagai buah cinta antara dirinya bersama Elmira.Setelah ia pikir, memang ucapan ayah mertuanya ada benarnya juga. Seharusnya jika ia masih sangat mencintai Elmira, ia harus bisa mempertahankan Elmira apapun dan bagaimanapun caranya. Ia harus bisa membawa Elmira kembali hidup bahagia bersama dengannya. Tapi yang ia lakukan selama ini adalah salah, ia begitu saja membiarkan Elmira pergi. Selama berbulan-bulan ia tak pernah sekalipun muncul untuk menemui Elmira dan Shaka. Seharusnya ia bisa lebih percaya pada ucapan Elmira, tapi ia malah percaya pada bukti dan saksi yang mengarah pada istri tercintanya itu. Sehar

Bab terbaru

  • Sang Ratu   Ekstra Part 5

    Yasinta mencoba menenangkan Emran dan Abraham agar tak lagi rewel. Kedua bocah laki-laki itu terus saja mencari keberadaan Elmira saat mereka tahu ibunya tak ikut pulang bersama mereka.“Ibu mengapa belum pulang, Nenek?” rengek Abraham.“Sabarlah sebentar, Sayang. Ibu dan Ayahmu akan segera pulang. Kau tenanglah karena adikmu terus saja menangis. Jangan membuat Nenek semakin bingung,” ucap Yasinta.Mengerti jika saat ini neneknya sedang pusing, Abraham menghampiri Margi. “Bibik, hubungi Ibuku, katakan padanya aku menangis mencarinya,” ucap Abraham.“Tapi Anda tak menangis sama sekali kan, Tuan kecil, jadi saya tak bisa memberitahu kebohongan seperti itu kepada Ibu Anda,” ucap Margi.“Hhhh ... kau ini!” seru Abraham.“Ibu!” seru Edrea.&

  • Sang Ratu   Ekstra Part 4

    Elmira membenahi riasannya saat ia sudah tiba di rumah orangtua Andini. Ini kali pertamanya ia menginjakkan kaki di rumah orangtua Andini ini, karena sebelum-sebelumnya Andini-lah yang berkunjung ke rumah utama Dhanuar.“Sudah, Sayang. Mau sampai kapan kau berdandan? Anak-anak sudah berlari masuk,” ucap Reksa. Ia memasang wajah nelangsanya melihat istrinya yang membenahi riasan tanpa henti padahal ibunya dan romongannya yang lain sudah masuk ke tempat acara.“Kau ini apa tak suka melihat istrimu tampil cantik?” ucap Elmira dengan wajah muramnya.“Hhhh ... ya. Lalu kapan kau akan menyelesaikan ritualmu itu?”“Aku sudah selesai.” Elmira menyimpan kembali alat riasnya. Ia lalu keluar dari mobil dan membenahi gaun panjangnya.“Apa aku sudah terlihat cantik?” tanya Elmira sebelum ia melangkahkan kakinya memasuki tempat acara.“Ya, kau terlihat sangat cantik dan anggun. Kau terlihat

  • Sang Ratu   Ekstra Part 3

    Yasinta dan Reksa pulang saat waktu makan malam, sehingga mereka bisa makan malam bersama.“Ada apa, Sayang? Kau tampak ceria sekali?” tanya Reksa.Pertanyaan Reksa pada Elmira telah berhasil membuat Yasinta juga menoleh ke arah Elmira.“Ada berita baik yang datang hari ini.”“Oh ya? Berita apa itu?” tanya Reksa.“Tadi pagi Andini datang ke sini.”“Andini?” gumam Reksa memotong kalimat Elmira.“Yaa, dan kau tahu apa yang dia katakan padaku?!” seru Elmira antusias.“Apa?”“Satu bulan lagi Andini akan menikah dan kita semua diminta untuk datang ke sana,” ucap Elmira dengan begitu cerianya.“Benarkah itu?!” tanya Yasinta.“Iya, Ibu. Itu benar,” ucap Elmira.“Aku turut

  • Sang Ratu   Ekstra Part 2

    “Nenek, apa Ibu dan Ayah tak ikut sarapan bersama kita?” tanya Sabrina.“Sabrina, kau makan saja makananmu, Sayang, atau kau akan terlambat untuk ke sekolah,” sahut Yasinta.“Tapi ke mana Ayah dan Ibu?” tanya Shaka.“Ayah dan Ibu kalian mungkin sedang ada sesuatu yang harus segera diselesaikan. Kau cepat habiskan sarapanmu dan segeralah berangkat dengan supir bersama Kakakmu,” ucap Yasinta.“Nenek, lihatlah. Emran makan belepotan,” ucap Edrea.“Mamama.” Emran begitu senang jika ia menyuap makanannya sendiri meskipun wajahnya akan belepotan dengan buburnya.“Nenek, aku sudah selesai,” ucap Sabrina.“Aku juga,” sambung Shaka.“Edrea, ayo kita berangkat,” ajak Sabrina.“Iya,” sahut Edrea.

  • Sang Ratu   Ekstra Part 1

    Setelah kepergian Delia dan Andini dari rumah Dhanuar dan dari kehidupan keluarga Dhanuar, Elmira dan Reksa selalu melewati hari-hari yang membahagiakan. Elmira dan Reksa tak pernah membeda-bedakan anak-anak mereka, semua yang mereka lakukan adalah adil dan sama hingga Sabrina dan Edrea tak pernah merasakan kehilangan sosok ibu kandung dalam hidupnya.Mula-mula Sabrina terus menanyakan perihal Andini yang sekarang tak ikut tinggal bersama dengannya lagi namun lambat laun Reksa dan Elmira menjelaskan bahwa sekarang situasinya sudah berbeda dari dulu. Mereka memberi pengertian pada Sabrina bahwa ayah dan ibunya sudah berpisah dan tak akan pernah bisa kembali bersama lagi. Meski dulu Sabrina tak terlalu paham namun sekarang gadis itu sudah paham setelah usianya hampir menginjak remaja.Sabrina tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cantik dan anggun yang memiliki tutur kata lembut dan sopan. Saat ini usianya sudah menginjak sepuluh tahun, satu tahun lagi ia akan memasuki sekol

  • Sang Ratu   141. Sang Pemenang (Tamat)

    Reksa sampai di rumah utama keluarga Dhanuar saat hari sudah lewat tengah malam. Ia pun langsung berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.Rasa lelah dan penat yang ia rasakan menghilang begitu saja setelah ia melihat wajah damai Elmira yang kini telah terlelap. Ia tersenyum lalu ikut bergabung bersama Elmira di atas ranjang. Ternyata pergerakannya mengusik tidur Elmira hingga membuat istrinya ini membuka matanya.“Reksa, kau sudah pulang? Maaf aku ketiduran,” ucap Elmira.“Iya, baru saja.” “Kau sudah makan malam? Jam berapa ini, akan aku siapkan dulu.” Elmira bergerak hendak turun dari ranjang namun dicegah oleh Reksa.“Tidak perlu, ini sudah lewat tengah malam. Sebaiknya kita tidur saja, aku juga sudah sangat lelah,” ucap Reksa.“Baiklah,” sahut E

  • Sang Ratu   140. Kembalinya Andini

    Orangtua Andini menyambut kedatangan Reksa dan juga Andini dengan penuh rasa bahagia sebab mereka juga sangat merindukan Andini dan juga Reksa tapi ada hal ganjil yang membuat mereka bertanya-tanya, mereka tak melihat kedua cucu perempuan mereka ikut pulang ke rumah mereka ini.“Ayah, Ibu.” Andini langsung berhambur ke pelukan orangtuanya.“Andini, Reksa?! Ibu merasa senang sekali melihat kalian datang ke sini. Ibu juga sudah sangat rindu dengan kalian. Oh iya, di mana dua cucu Ibu? Sabrina dan Edrea?” tanya Siva.Andini menatap Reksa karena ia tak memiliki jawaban yang bagus. Bahkan saat ini Andini merasa takut jika orangtuanya menyalahkannya setelah mendengar cerita dari Reksa tentang semua yang sudah ia perbuat di rumah mertuanya.“Kali ini kami tak bisa mengajak Sabrina dan Edrea ke mari, Ibu. Mungkin lain kali Sabrina akan berkunjung ke sini,” ucap Reksa.“Begitukah? Baiklah, ayo masuk. Kalian pa

  • Sang Ratu   139. Kepergian Andini

    Reksa membaringkan Andini di atas ranjangnya, setelah itu ia keluar dai kamar Andini. Ia berjalan menuju ruang keluarga untuk menghampiri Yasinta dan Elmira.“Aku akan ke rumah sakit untuk melihat keadaan Edrea dan Sabrina,” ucap Reksa.“Kak Rose sudah menghubungiku agar kita tak khawatir. Edrea dan Sabrina baik-baik saja dan sebentar lagi mereka akan pulang dari rumah sakit,” ucap Elmira.“Begitukah? Syukurlah,” gumam Reksa. Ia mendudukan tubuhnya di sofa samping Elmira.“Minumlah dulu tehmu,” ucap Elmira.“Iya.” Reksa mengambil cangkir di atas meja lalu sedikit meneguk teh hangatnya.Semuanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Meskipun Reksa sudah tahu kebusukan Andini dari mulut Elmira dan Margi tapi ia pun tetap tak menyangka jika Andini benar-benar setega itu. Andini bahkan tak memperdulikan nyawa Edrea yang bisa saja melayang jika saja ia terlambat untuk menyelamatkan.

  • Sang Ratu   138. Kebenaran yang Terkuak

    Andini berlari mendekati kolam renang. Dengan panik ia melihat Sabrina yang masuk ke dasar kolam. Ia tahu jika Sabrina bisa berenang, tapi ini adalah kecelakaan dan mungkin saja putrinya akan tenggelam.“Sabrina!” Dengan panik Andini melompat ke dalam kolam untuk menyelamatkan Sabrina.‘Byuurrr’Semua orang yang mendengar teriakan Sabrina dan Andini berlarian keluar dari rumah. Mereka melihat Andini yang tengah berenang menghampiri Sabrina.“Sabrina?! Sabrina!” seru Reksa panik seraya melihat ke arah kolam.Sama halnya dengan Reksa, Elmira, Yasinta, Rose dan Malik j

DMCA.com Protection Status