Sudah satu minggu semenjak kepergian Elmira. Sejak itulah hidup Reksa terasa hambar. Banyaknya pekerjaan membuat Reksa pusing. Ditambah lagi dengan kedua selirnya yang terus saja membuat ulah. Entah apa yang telah dipikirkan oleh kedua selirnya, mereka selalu bertengkar hanya karena masalah yang sepele. Tak bisa dipungkiri, Reksa memang sangat merindukan Elmira.
"Tuan ...." Haris menghadap Reksa di ruang kerjanya.
"Kau sudah mempersiapkan semuanya?" tanya Reksa.
"Sudah, Tuan," sahut Haris.
"Baguslah," gumam Reksa. Arah pandangan matanya kosong. Tak ada gairah dalam diri Reksa.
"Apa Anda akan tidur di sini, Tuan?" tanya Haris. Ini sudah hampir tengah malam, dan Juragannya ini tak juga beranjak dari ruang kerjanya.
"Iya. Aku lebih tenang berada di sini, Haris."
<Kicauan burung dan kokokan ayam membangunkan Elmira dari tidur nyenyaknya. Elmira merasakan ada sedikit gerakan di sebelahnya. Ternyata putranya sudah bangun lebih dulu dari dirinya."Sayang ... kau ternyata sudah bangun. Pintar sekali anak ibu, tidak rewel dan langsung bangun." Elmira menciumi pipi gembul putranya. Ia tersenyum saat Shaka tersenyum seraya melahap semua jari tangannya hingga air liurnya menetes membasahi pipinya."Wahh ... basah, Sayang." Ucap Elmira seraya mengelap tangan dan pipi Shaka dengan sapu tangan. Elmira menggendong putranya sambil berjalan ke arah jendela kamarnya. Ia membuka jendela kamarnya, angin sejuk langsung menyapa dirinya dipagi hari ini."Aku akan memulai hari baruku di sini. Kau adalah penyemangat hidup ibu. Kita akan memulai hari yang baru di sini. Kita mulai dari awal, hari-hari di mana tak ada kesedihan yang menyelimuti kita. Hanya akan ada kebahagiaan untuk hidup kita nanti, Shaka," gumam Elmira."Baiklah, ayo kit
Kabar kedatangan Elmira yang kembali pulang ke desa cepat sekali menyebar. Ada yang membicarakan tentang hal baik, namun tak sedikit pula yang membicarakan hal buruk tentang kepulangan Elmira ke rumah orang tuanya. Tak sedikit pula orang yang menertawakan nasib buruk Elmira.Kabar kembalinya Elmira juga sampai hingga ke telinga Juragan Ardi. Juragan yang dulu tergila-gila dengan kecantikan Elmira. Juragan Ardi merasa sangat senang jika kabar tentang perpisahan Elmira dengan suaminya adalah kenyataan. Itu berarti Elmira saat ini sudah menjadi seorang janda."Apa kau yakin jika yang kau lihat itu adalah benar Elmira, Yusuf?" tanya Ardi pada salah satu anak buah kepercayaanya itu."Tentu saja, Tuan. Jika Anda ingin, Anda bisa melihatnya sendiri. Menurut orang-orang di pasar, Elmira sudah lebih dari satu minggu tinggal di desa ini. Mereka berkata bahwa Elmira sekarang sudah menjadi seorang janda," ucap Yusuf.Ardi tersenyum, "baguslah, terimalah ini." Ardi me
Delia mengambil langkah berani dengan datang di kantor suaminya. Dulu Delia diterima oleh Reksa saat pertama kali ia mencoba mendatangi kantor suaminya. Mungkin saja kali ini ia juga akan diterima. Ia harus berani mengambil resiko apapun untuk membuat Reksa tak bersikap dingin lagi kepadanya.Dengan langkah sedikit mengendap, Delia keluar dari rumah dengan diantar oleh supir. Ia tak meminta ijin terlebih dahulu kepada Yasinta karena ia tahu perbuatannya ini salah, tapi ia harus melakukannya. Ia tak mau jika Andini maupun Yasinta mengetahui kepergiannya.Tiba di kantor milik keluarga Dhanuar, Delia berjalan anggun memasuki gedung megah itu. Sepertinya para pegawai di kantor masih mengingat dirinya yang tempo lalu pernah berkunjung ke kantor ini. Jadi Delia tak lagi dihentikan oleh beberapa pegawai ataupun pihak keamanan kantor."Nona, Delia?" Haris terkejut dengan kedatangan selir kedua dari Juragannya."Aku ingin bertemu dengan suamiku. Apakah tidak boleh
Haris mengetuk pintu kamar Yasinta terlebih dahulu sebelum ia memasuki kamar majikannya itu."Tuan Haris, Anda sudah ditunggu Nyonya Yasinta dari tadi," sapa Ida- pelayan pribadi Yasinta saat ia membuka pintu. Ida memiringkan tubuhnya agar Haris bisa berjalan masuk.Haris mengangguk lalu berjalan menghampiri keberadaan Yasinta."Haris, bukankah kau akan pergi ke rumah Tuan Gustaf untuk melihat keadaan Elmira dan Shaka?" tanya Yasinta."Iya, Nyonya.""Berikan ini pada menantuku. Katakan padanya jika aku sendiri yang merajutnya." ucap Yasinta sembari menyerahkan sebuah kotak berhias pita berwarna merah yang indah."Baik, Nyonya." Haris menerima kotak dari tangan Yasinta."Sampaikan pada Elmira, jika aku begitu merindukannya," ucap Yasinta."Iya, Nyonya. Pasti akan saya s
Reksa mengamati kepergian Haris dari jendela ruang kerjanya. Reksa mengutus Haris untuk mengunjungi Elmira dan memberikan jatah bulanan pada Elmira."Tuan," sapa Delia mengagetkan lamunan Reksa."Kau, ada apa kau masuk ke sini dan tak mengetuk pintu dulu?" gumam Reksa.Delia berjalan mendekat ke arah Reksa, "maaf jika saya langsung masuk, Tuan. Karena saya pikir Anda sedang tak bekerja dan pintunya juga terbuka.""Ada perlu apa kau datang ke mari?" Tanya Reksa yang saat ini sudah mendudukan kembali tubuhnya di kursi kerjanya.Delia menyerngit menatap Reksa, "apakah seorang istri harus memiliki alasan untuk menemui suaminya sendiri?" lirih Delia namun dengan nada yang menekan. Membuat Reksa menghembuskan nafas beratnya."Saya datang menemui Anda untuk meminta Anda mengantar saya periksa ke dokter kandungan," ucap Delia dengan suara yang datar. Biasanya selalu ada senyum manis yang menghiasi bibir Delia saat ia sedang berhadapan dengan Reksa.
Andini dan Delia tersenyum senang saat dokter yang memeriksa mereka mengabarkan bahwa janin yang ada di kandungan mereka dalam keadaan sehat. Andini dan Delia hamil di waktu yang sama, tak menutup kemungkinan mereka juga akan melahirkan di waktu yang sama, karena usia kandungan mereka saat ini sama-sama berusia empat bulan."Tuan, bagaimana jika kita mampir ke suatu tempat dulu? Bukankah di rumah juga sedang tak ada orang?" ucap Andini."Kau ingin pergi ke mana?" tanya Reksa yang duduk di jok depan sebelah supir. Sedangkan Andini dan Delia duduk di jok belakang."Saya ingin makan es krim, Tuan. Sepertinya saya sedang mengidam," ucap Andini."Baiklah, kita akan mampir ke kedai es krim terlebih dahulu," ucap Reksa pada supirnya."Baik, Tuan," sahut Supir.Andini tersenyum senang, akhirnya suaminya mau menuruti keinginannya. Saat Andini menoleh ke samping, ternyata raut muka Delia terlihat menyeramkan dengan mata yang melotot pada Andini.
Konsentrasi Reksa pada pekerjaannya buyar ketika pintu ruangannya dibuka dengan paksa oleh kedua selirnya."Ada apa dengan kalian?" ucap Reksa dengan nada yang meninggi.Andini menelan air liurnya karena mendengar seruan suaminya. Sedangkan Delia tak memperdulikan seruan Reksa, ia tetap melangkah mendekati suaminya itu."Tuan," sapa Delia dengan nada selembut mungkin."Tuan," Andini juga tak mau kalah dari Delia."Kalian tunggulah di sana, atau kalian bisa keluar karena aku masih ada sedikit pekerjaan," ucap Reksa."Tidak, saya ingin tetap menunggu Anda di sini, Tuan," bantah Andini."Saya juga," imbuh Delia.Reksa menggelengkan kepalanya, ia tak bisa lagi mengendalikan kedua selirnya yang haus akan perhatian dari dirinya.***
Berjalan menuju kamarnya, Andini terus saja menampilkan senyum kemenangannya. Andini menyemprotkan sedikit parfum ke tubuhnya setelah ia sampai di kamarnya."Ada apa ini, apa kali ini Tuhan memberikanku kesempatan untuk meraih bahagiaku?" gumam Andini sembari tersenyum berbaring di ranjangnya."Tuhan seakan telah merencanakan semuanya. Ibu dan Sabrina yang pergi ke rumah Nyonya Rose dan sekarang Tuan Reksa akan menghabiskan malam bersamaku," ucap Andini.Terdengar pintu berdecit, Andini menengok ke arah pintu. Reksa berjalan mendekati ranjang di mana ada Andini yang sudah terbaring di atas ranjang. Begitu Reksa merebahkan dirinya di atas ranjang, Andini langsung merapatkan tubuhnya pada tubuh Reksa. Bukan hanya itu, Andini menggerakkan tangannya untuk menelusuri dada bidang Reksa yang masih tertutup oleh baju tidurnya. Reksa tak menepis tangan Andini yang dengan terampil menyusuri leher hingga dadanya."Tuan ...," bisik Andini dengan nada merayu.&nb
Yasinta mencoba menenangkan Emran dan Abraham agar tak lagi rewel. Kedua bocah laki-laki itu terus saja mencari keberadaan Elmira saat mereka tahu ibunya tak ikut pulang bersama mereka.“Ibu mengapa belum pulang, Nenek?” rengek Abraham.“Sabarlah sebentar, Sayang. Ibu dan Ayahmu akan segera pulang. Kau tenanglah karena adikmu terus saja menangis. Jangan membuat Nenek semakin bingung,” ucap Yasinta.Mengerti jika saat ini neneknya sedang pusing, Abraham menghampiri Margi. “Bibik, hubungi Ibuku, katakan padanya aku menangis mencarinya,” ucap Abraham.“Tapi Anda tak menangis sama sekali kan, Tuan kecil, jadi saya tak bisa memberitahu kebohongan seperti itu kepada Ibu Anda,” ucap Margi.“Hhhh ... kau ini!” seru Abraham.“Ibu!” seru Edrea.&
Elmira membenahi riasannya saat ia sudah tiba di rumah orangtua Andini. Ini kali pertamanya ia menginjakkan kaki di rumah orangtua Andini ini, karena sebelum-sebelumnya Andini-lah yang berkunjung ke rumah utama Dhanuar.“Sudah, Sayang. Mau sampai kapan kau berdandan? Anak-anak sudah berlari masuk,” ucap Reksa. Ia memasang wajah nelangsanya melihat istrinya yang membenahi riasan tanpa henti padahal ibunya dan romongannya yang lain sudah masuk ke tempat acara.“Kau ini apa tak suka melihat istrimu tampil cantik?” ucap Elmira dengan wajah muramnya.“Hhhh ... ya. Lalu kapan kau akan menyelesaikan ritualmu itu?”“Aku sudah selesai.” Elmira menyimpan kembali alat riasnya. Ia lalu keluar dari mobil dan membenahi gaun panjangnya.“Apa aku sudah terlihat cantik?” tanya Elmira sebelum ia melangkahkan kakinya memasuki tempat acara.“Ya, kau terlihat sangat cantik dan anggun. Kau terlihat
Yasinta dan Reksa pulang saat waktu makan malam, sehingga mereka bisa makan malam bersama.“Ada apa, Sayang? Kau tampak ceria sekali?” tanya Reksa.Pertanyaan Reksa pada Elmira telah berhasil membuat Yasinta juga menoleh ke arah Elmira.“Ada berita baik yang datang hari ini.”“Oh ya? Berita apa itu?” tanya Reksa.“Tadi pagi Andini datang ke sini.”“Andini?” gumam Reksa memotong kalimat Elmira.“Yaa, dan kau tahu apa yang dia katakan padaku?!” seru Elmira antusias.“Apa?”“Satu bulan lagi Andini akan menikah dan kita semua diminta untuk datang ke sana,” ucap Elmira dengan begitu cerianya.“Benarkah itu?!” tanya Yasinta.“Iya, Ibu. Itu benar,” ucap Elmira.“Aku turut
“Nenek, apa Ibu dan Ayah tak ikut sarapan bersama kita?” tanya Sabrina.“Sabrina, kau makan saja makananmu, Sayang, atau kau akan terlambat untuk ke sekolah,” sahut Yasinta.“Tapi ke mana Ayah dan Ibu?” tanya Shaka.“Ayah dan Ibu kalian mungkin sedang ada sesuatu yang harus segera diselesaikan. Kau cepat habiskan sarapanmu dan segeralah berangkat dengan supir bersama Kakakmu,” ucap Yasinta.“Nenek, lihatlah. Emran makan belepotan,” ucap Edrea.“Mamama.” Emran begitu senang jika ia menyuap makanannya sendiri meskipun wajahnya akan belepotan dengan buburnya.“Nenek, aku sudah selesai,” ucap Sabrina.“Aku juga,” sambung Shaka.“Edrea, ayo kita berangkat,” ajak Sabrina.“Iya,” sahut Edrea.
Setelah kepergian Delia dan Andini dari rumah Dhanuar dan dari kehidupan keluarga Dhanuar, Elmira dan Reksa selalu melewati hari-hari yang membahagiakan. Elmira dan Reksa tak pernah membeda-bedakan anak-anak mereka, semua yang mereka lakukan adalah adil dan sama hingga Sabrina dan Edrea tak pernah merasakan kehilangan sosok ibu kandung dalam hidupnya.Mula-mula Sabrina terus menanyakan perihal Andini yang sekarang tak ikut tinggal bersama dengannya lagi namun lambat laun Reksa dan Elmira menjelaskan bahwa sekarang situasinya sudah berbeda dari dulu. Mereka memberi pengertian pada Sabrina bahwa ayah dan ibunya sudah berpisah dan tak akan pernah bisa kembali bersama lagi. Meski dulu Sabrina tak terlalu paham namun sekarang gadis itu sudah paham setelah usianya hampir menginjak remaja.Sabrina tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cantik dan anggun yang memiliki tutur kata lembut dan sopan. Saat ini usianya sudah menginjak sepuluh tahun, satu tahun lagi ia akan memasuki sekol
Reksa sampai di rumah utama keluarga Dhanuar saat hari sudah lewat tengah malam. Ia pun langsung berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.Rasa lelah dan penat yang ia rasakan menghilang begitu saja setelah ia melihat wajah damai Elmira yang kini telah terlelap. Ia tersenyum lalu ikut bergabung bersama Elmira di atas ranjang. Ternyata pergerakannya mengusik tidur Elmira hingga membuat istrinya ini membuka matanya.“Reksa, kau sudah pulang? Maaf aku ketiduran,” ucap Elmira.“Iya, baru saja.” “Kau sudah makan malam? Jam berapa ini, akan aku siapkan dulu.” Elmira bergerak hendak turun dari ranjang namun dicegah oleh Reksa.“Tidak perlu, ini sudah lewat tengah malam. Sebaiknya kita tidur saja, aku juga sudah sangat lelah,” ucap Reksa.“Baiklah,” sahut E
Orangtua Andini menyambut kedatangan Reksa dan juga Andini dengan penuh rasa bahagia sebab mereka juga sangat merindukan Andini dan juga Reksa tapi ada hal ganjil yang membuat mereka bertanya-tanya, mereka tak melihat kedua cucu perempuan mereka ikut pulang ke rumah mereka ini.“Ayah, Ibu.” Andini langsung berhambur ke pelukan orangtuanya.“Andini, Reksa?! Ibu merasa senang sekali melihat kalian datang ke sini. Ibu juga sudah sangat rindu dengan kalian. Oh iya, di mana dua cucu Ibu? Sabrina dan Edrea?” tanya Siva.Andini menatap Reksa karena ia tak memiliki jawaban yang bagus. Bahkan saat ini Andini merasa takut jika orangtuanya menyalahkannya setelah mendengar cerita dari Reksa tentang semua yang sudah ia perbuat di rumah mertuanya.“Kali ini kami tak bisa mengajak Sabrina dan Edrea ke mari, Ibu. Mungkin lain kali Sabrina akan berkunjung ke sini,” ucap Reksa.“Begitukah? Baiklah, ayo masuk. Kalian pa
Reksa membaringkan Andini di atas ranjangnya, setelah itu ia keluar dai kamar Andini. Ia berjalan menuju ruang keluarga untuk menghampiri Yasinta dan Elmira.“Aku akan ke rumah sakit untuk melihat keadaan Edrea dan Sabrina,” ucap Reksa.“Kak Rose sudah menghubungiku agar kita tak khawatir. Edrea dan Sabrina baik-baik saja dan sebentar lagi mereka akan pulang dari rumah sakit,” ucap Elmira.“Begitukah? Syukurlah,” gumam Reksa. Ia mendudukan tubuhnya di sofa samping Elmira.“Minumlah dulu tehmu,” ucap Elmira.“Iya.” Reksa mengambil cangkir di atas meja lalu sedikit meneguk teh hangatnya.Semuanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Meskipun Reksa sudah tahu kebusukan Andini dari mulut Elmira dan Margi tapi ia pun tetap tak menyangka jika Andini benar-benar setega itu. Andini bahkan tak memperdulikan nyawa Edrea yang bisa saja melayang jika saja ia terlambat untuk menyelamatkan.
Andini berlari mendekati kolam renang. Dengan panik ia melihat Sabrina yang masuk ke dasar kolam. Ia tahu jika Sabrina bisa berenang, tapi ini adalah kecelakaan dan mungkin saja putrinya akan tenggelam.“Sabrina!” Dengan panik Andini melompat ke dalam kolam untuk menyelamatkan Sabrina.‘Byuurrr’Semua orang yang mendengar teriakan Sabrina dan Andini berlarian keluar dari rumah. Mereka melihat Andini yang tengah berenang menghampiri Sabrina.“Sabrina?! Sabrina!” seru Reksa panik seraya melihat ke arah kolam.Sama halnya dengan Reksa, Elmira, Yasinta, Rose dan Malik j