Nampaknya, bangunan yang paling tinggi dengan bendera-bendera yang menjuntai itu adalah bangunan Guild Petualang (Adventurer Guild).
Yang mana, Adventurer Guild akan dapat ditemukan pada setiap desa, baik itu desa kecil maupun besar.
Asossiasi ini dihadirkan untuk menampung dan mengembangkan para petualang yang mungkin terdapat di setiap desa.
Mereka nantinya akan membantu, menjaga dan melindungi desa sesuai dengan apa yang diminta para penduduknya.
Tentu, permintaan dari para penduduk desa akan dapat di tingkatkan atau dinaikan ke tingkat di level pusat (Hunter Guild). Jika saja para petualang yang ada tidak mampu untuk menyelesaikannya.
Dan kasus ini terjadi pada misi yang diambil oleh kelompol Ruiness.
"Tuan-tuan, mari ikut saya." Pria itu membawa mereka menuju Adventurer Guild.
Hari itu, langit sudah mulai gelap, saat pria itu membuka pintu dan masuk tanpa ragu.
Penerangan di dalamnya cukup sedikit, membuat cahaya d
Jangan lupa dukung terus author dengan, like, coment and share ya guys.. tahnks.
Di luar bangunan, para penduduk desa sudah ramai berkumpul.Mereka adalah para pria, dengan masing-masing membawa tombak tanpa mata pisau - lebih seperti tongkat biasa.Namun kebanyakan dari mereka, nampak seperti membawa alat seadanya. Memberi kesan seperti mengambil apapun yang mereka temukan.Bisa terhitung orang-orang yang sedang berkumpul disini, para pria dengan pakaian lusuh itu adalah rakyat biasa.Sebagian dari mereka telah dihinggapi dengan keputusasaan, dan itu mengalirkan kepada sekitarnya. Mereka nampak tidak memiliki semangat tempur sama sekali dan seakan hanya ingin pulang ke rumah mereka.Ini adalah wajah sebenarnya dari mereka sebagai rakyat biasa. Namun, mau bagaimana lagi. Pada awalnya, mereka memang dikumpulkan dengan paksa, mereka harus mempertaruhkan nyawa mereka dalam pertempuran berdarah demi keluarga.Scarra memperhatikan mereka dan i
Scarra berlari dengan kecepatan yang menakjubkan, sebuah kecepatan yang tidak dimiliki oleh siapapun di sana. Tak hanya berlari, Scarra juga mengayunkan senjatanya dengan kecepatan luar biasa, menebas para goblin yang dilewatinya menjadi dua bagian. Melihat pemandangan yang mengagetkan ini, troll tidak sadar telah berhenti mendekatkan jaraknya. Makhluk itu mengokohkan kuda-kudanya, melakukan sebuah persiapan seperti seorang pemain baseball yang hendak memukul bola. Troll itu mengeluarkan geraman seperti campuran dari raungan dan juga teriakan, mengangkat pentungan di tangannya untuk menghadapi Scarra yang datang menyerang. Tapi semuanya tahu bahwa gerakan itu terlalu pelan. Scarra dengan mudah mendahului serangan itu, dengan sabetan secara horizontal setelah dia cukup dekat. Tubuh bagian atas dari troll itu berputar di udara dan mendarat cukup jau
Seketika udara bergetar dengan suara-suara retakan, para goblin merasakan sebuah lingkarang magic menjadi aktif di atas kepalanya. Sesaat selanjutnya, seperti cahaya kembang api yang melesat ke udara sebelum sumbunya meledak, begitu terang dan kecil sekecil bola mata. Namun yang berbeda adalah cahaya itu jatuh ke tanah secara perlahan seperti kertas. Sungguh tak menarik dan semua goblin menghiraukannya. Tapi siapa sangka, cahaya yang dihiraukan semua orang itu adalah awal dari sebuah ledakan dahsyat terjadi. 'BOOMM' adalah kata yang tepat untuk menggambarkan ledakan ini. Ledakan layaknya bom atom ketika cahaya kecil itu menyentuh dasar tanah, yang seketika meluluhlantakkan barisan belakang goblin. Mereka masih di tengah pertempuran, tapi kedua pihak berhenti bergerak seakan waktu telah berhenti. Mereka menyaksikan pemandangan yang menakjubkan ini tanpa bersuara.
"Tuaaaaaan! Anda luar biasa!" Teriak Yuki, berlari dari arah desa menyambut Scarra. "Monster-monster itu ternyata lebih lemah dari yang aku kira." Scarra mengangguk dengan ekspresi yang menyatakan bahwa kemenangan ini adalah hasil yang jelas. Mumu yang berada di sampingnya langsung memeluk tangan Scarra, menghiraukan Yuki yang hendak datang memeluknya. "Kamu sangat keren!" Lirihnya dengan pancaran ekspresi seolah terkesima. Bulatan lembut kembali menekannya, membuat keinginan untuk menyentuhnya menjadi semakin tak terbendung. Di posisi itu, setiap pria tidak mungkin bisa menyerah pada keinginan jasmaninya, untuk menggerayangi payudara yang menggoda itu. Tapi tidak, jika mereka belum saling mengenal dan masih berharap menjaga hubungan di antara mereka. Karena itu, Scarra mengeraskan hatinya dan menahan godaan itu, berperang melawan pikiran mesumnya di dalam benaknya. Tidak menyadari konflik batin Scarra, Yuki malah ikut memelukn
Ranjang itu berderit ketika Mumu mulai menaikinya dan itu dapat terdengar oleh Scarra yang tengah berada di ruang tamu. Meski begitu, tak ada reasksi apapun dari Yuki, yang padahal saat itu tengah tertidur di ranjang tersebut. Dia benar-benar sedang tertidur pulas. Tapi itu bagus, karena jika saja Yuki terbangun maka malam ini mungkin tidak akan menjadi malam yang tenang, mengingat perselisihan di antara mereka yang baru saja terjadi. Di sisi lain, Scarra masih terjaga, terduduk dan sedang memeriksa item langka yang dia dapatkan. Itu adalah senjata tombak yang terdiri dari pegangan tongkat kayu dan golok yang melengkung pada ujungnya. Atau yang lebih dikenal dengan nama Naginata. Naginata adalah jenis senjata yang digunakan oleh Guan Yu dalam sejarah cina. Jenis ini sebenarnya masuk kedalam jenis senjata kelas warrior, namun karena senjata yang Scarra dapatkan adalah ber-tittle grade unique, maka ada sebuah fitur special tambahan yang
Peringatan! Ini adalah adegan 21+ ke atas. Seolah mengkonfirmasi bentuk dari apa yang telah dia tunjukan ke udara, Mumu menyelimutinya dengan kedua tangannya. Ikatan itu, tentu saja, adalah jepit (Kepala sabuk), dan apa yang terekspos ke udara adalah 'lengan kanannya'. "Kurasa kita berdua bisa menikmati ini." "A... Apanya?!" Wajah Scarra pucat seputih kertas. "Ini akan jadi yang terbaik yang pernah kau rasakan." "Bahaya, bocah ini benar-benar bahaya!" Kemudian lidah Mumu yang panjang mulai merangkak di sepanjang 'lengan kanannya'. Itu geli, tapi seperti katanya, rasanya enak. Lidahnya yang suam-suam kuku terasa berbeda dibandingkan dengan sentuhan oleh tangan. Sensasi unik itu membuat tulang punggung Scarra seketika menggigil. "Aaah...." "Heh heh... Jadi, kamu suka di sini." Lidahnya menjilat bagian yang tebal- maksudnya, sendi pergelangan tangan kanannya- tanpa henti, membuat Scarra mengam
Di dunia ini, tirai dan jendela kaca adalah barang yang mewah. Dan meski kamar ini memiliki nilai seni yang tinggi, dengan furnitur dan hiasan-hiasan dindingnya yang indah, namun tetap saja, jendelanya masih terbuat dari papan kayu. Sebuah sinar lemah dari sinar matahari mengalir melewati celah-lecah di antara papan, membuatnya secara kasar bisa menebak waktunya. "... Sudah pagi." Di dunia lamanya, Scarra sering begadang sepanjang malam bermain game, dan hanya akan tidur begitu langit mulai cerah. Itu menjadikannya terbiasa dengan keadaan ini, pikiran gelisah yang membuatnya tidak bisa tidur. Berbaring di ranjangnya hanya akan membuat sarafnya kembali tegang, Scarra pun beranjak dan mulai membuka jendela kamarnya. Cahaya serta udara yang segar berhembus masuk ke dalam ruangan, dan apa yang ada di hadapannya menawarkan pemandangan yang cukup asri. Scarra mengalihkan pandangannya lebih jauh, memeriksa sekitaran desa yang masih se
Kelompok Ruiness mulai memasuki hutan. Mereka mengambil jalan ke arah dimana para goblin muncul semalam. "Sudah sepuluh menit saat kita memasuki hutan. Menurut informasi yang aku dapat dari Issac, seharusnya kita sudah sampai di kamp goblin yang muncul semalam. Sesuatu mungkin akan terjadi, aku harap semuanya tetap waspada." Elion mencoba memperingati. Bertindak sebagai pemimpin kelompok. Benar saja, beberapa meter setelah mereka masuk ke dalam hutan, ada tanah terbuka yang cukup luas. Layaknya sebuah benteng, palisade (pagar dari kayu yang diruncingkan) nampak mengelilingi seluas tanah yang terbuka itu, terlihat seperti mulut yang menganga dari sebuah monster raksasa. Tatapan Yuki berhenti pada wajah Scarra sebentar. Anggota Ruiness yang lain juga melihat ke arah Scarra. "Itu dia yang aku maksud." Sahut Elion. Langkah mereka terhenti. Mereka memperhatikan sarang itu dengan seksama. Hanya ada satu gerbang di depan, sebu
Dalam pertarungan ini, Charles harus mengakui bahwa Maggie memiliki beberapa insting bertarung yang baik, pola serangan yang dibangunnya telah membuat jarak di antara mereka tetap terjaga. Dengan kata lain, cukup sulit untuk bisa menyerang dan mendekatinya. Tapi, Charles adalah orang yang lebih baik dalam hal teknik dan juga insting. Tidak melakukan apa-apa selain bertahan dan menghindar telah memberinya sedikit ruang untuk berfikir, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Dalam beberapa kesempatan, Charles mencoba membiarkan beberapa bagian tubuhnya terkena serangan. Dia mencoba merasakan kekuatan dari serangan itu dan menganalisanya lebih dalam untuk sementara waktu. Hasilnya, Charles menyadari bahwa meskipun kemampuan Maggie dalam menyerang cukup tinggi, dia seperti tidak menggunakan kemampuannya secara maksimal. Itu mungkin dia masih menyimpan kekuatannya untuk moment tertentu atau mungkin dia memang selemah itu. "Lebih baik aku mengujinya." Charles menyerang balik dengan kapak
Zissa mengambil posisi, dia menghunuskan senjatanya dan mengayunkannya ke atas secara perlahan. Posisinya sudah siap untuk melakukan tebasan terakhir. Di tempat lain, Aldea telah sepenuhnya dikuasai oleh rasa takutnya. Tubuhnya gemetar, giginya berderit dan matanya begitu rapat tertutup. Dia ingin lari. Dia benar-benar ingin meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, rasa ketakutan yang amat tinggi telah menghalangi aliran gelombang saraf dari otaknya, sehingga membuat kedua kakinya terasa berat untuk digerakan. Seperti kaku, sepenuhnya kaku. Di tengah rasa ketakutan yang amat itu, sebuah suara muncul. Itu sangat dekat. Suara itu benar-benar dekat. Itu tepat di hadapannya. Mendengarnya membuat sekujur tubuhnya seketika merinding. "Jangan khawatir... Aku tidak akan membunuhmu. Setidaknya, tidak untuk sekarang." Charles mengepalkan tangannya, mengayunkannya dengan pasti untuk menghilangkan kesadaran Aldea. Namun sebelum itu terjadi... "Sekarang!!!" Slebb... Slebb... Slebb... T
Kulit kepalanya mungkin terbelah dari pukulan kuat saat darah mulai menetes ke wajahnya. Meskipun Splash telah menahan rasa sakit dengan salah satu kemampuannya, hanya dengan menggerakan wajahnya saja sudah cukup untuk membuat rasa sakit mengalir deras ke seluruh tubuhnya, membuatnya pusing. Sambil mempertahankan posisinya, seperti siap untuk menangkis serangan yang datang dengan senjata yang dihunuskan sebagai perisainya, Splash mencoba untuk bangkit. Splash mengenakan armor yang dikenal orang dengan nama Silver Tail Wind -Rare Grade Item. Meskipun begitu, dia masih menerima cukup banyak damage dan membuat kakinya kesulitan untuk berdiri. Sudah lama sejak dia terluka sedemikian rupa. Sementara dia bangkit, salah satu tangannya yang gemetar -bukan karena rasa takut melainkan rasa sakit yang luar biasa- mencoba meraba kantong di pinggangnya, dia menggambil satu botol potion penyembuh dan lalu meminumnya. Meski masih jauh dari kata menyembuhkan sepenuhnya, tapi itu cukup baik sebaga
"Tidak ada pilihan lain." Lorion menurunkan Aldea dan kemudian menghunuskan dua kapaknya seraya berkata, "Putri, kami akan menahannya. Larilah jika ada kesempatan!" "Tentu kau mengenalku, Lorion... Aku tidak akan pernah meninggalkan teman-temanku... Jika itu harus mati, kita akan mati bersama!" Balas Aldea seraya bersiap. Meski sedikit kecewa dengan tingkah Aldea yang keras kepala, tapi setidaknya jawaban dari Aldea telah membangkitkan semangat dan juga harapan mereka. Dengan hadirnya Aldea, keselamatan dan harapan hidup mungkin akan sedikit lebih meningkat. Tetapi semua itu terasa sia-sia jika mengetahui kesenjangan yang luar biasa dalam tingkat kekuatan mereka. Meski mereka tahu bahwa kematian adalah akhir dari takdir mereka, tapi itu tidak lantas membuat mereka menyerah. Setidaknya mereka telah berjuang bersama-sama dengan harapan yang tumbuh di hati mereka. Senyuman mulai terekspresikan di wajah mereka, seperti hendak melakukan sesuatu yang tidak akan pernah mereka sesali. "
Di atas ketinggian Scarra menatap pepohonan yang terbentang jauh ke utara, dia menatap dengan angin yang berkecambuk di sekelilingnya. "Hutan terlarang... The Great Sea of Trees." Scarra memejamkan matanya dan menghayati suara alam di malam itu, "Seperti nostalgia." Karena malam hari dan dalamnya tanaman hijau yang membentang di bawahnya, semuanya tampak seperti dicat hitam. Namun meski begitu, dengan vision yang dimilikinya meski itu jauh di tengah hutan Scarra telah menemukan dua hal menarik. Salah satunya adalah danau berbentuk bulan sabit yang seingatnya adalah lokasi dimana desa kaum Elf berada. Dia dapat menemukannya relatif cepat karena ukurannya yang besar. Mendapati hal itu, beberapa pertanyaan mulai berkecambuk di pikirannya. Saat semuanya masih di dalam game, Ras Elf merupakan Ras yang sejajar dengan ras lain seperti halnya Ras Demon (Iblis), Ras Demi-Demon (Setengah Iblis), Ras Demi-God (Setengah Dewa), Ras Demi-Human (Monster setengah Manusia), dan Ras Dragon (Ras Na
Setelah Menyuruh Mumu dan Yuki mempersiapkan perbekalan perjalanan mereka, Scarra bersandar di dinding, dengan tatapan kosong Scarra menatap langit-langit sambil sesekali melirik memo pad kecil di tangannya. Aku harus memastikannya! Apa yang tertulis di atasnya adalah beberapa petunjuk dan ciri-ciri tentang anggota XGuard. Scarra mencatatnya, dia mencatat semua yang telah dijelaskan dan digambarkan oleh Izumi, termasuk simbol X yang merupakan simbol dari kelompok tersebut. Apa yang membuatnya menjadi sedikit frustasi adalah simbol yang tergambar di memo pad kecil itu, adalah simbol yang sama dengan yang digunakan oleh guildnya dahulu. Meski mencoba untuk tetap tenang dengan tidak menceritakannya kepada Mumu dan Yuki, tetap saja Scarra harus mengakui bahwa banyak lubang yang tiba-tiba muncul dalam skenario yang telah dipikirkannya. Mendapati sesuatu yang berasal dari Crown Island sedikitnya telah memperkuat harapannya, harapan bertemu dengan player lain atau mungkin lebih dari itu.
Dua jam berlalu, dan selama itu tidak terdengar sedikitpun suara dari dalam bangunan. Kerahasiaan akan informasi sepertinya cukup terjaga. Tidak berselang lama pintu guild mulai bergerak, seseorang mencoba membukanya dari dalam. Saat pintu itu terbuka, yang pertama keluar adalah Scarra lalu disusul dengan Izumi dibelakangnya. Dua petualang yang ditempatkan di luar untuk berjaga seketika mengambil posisi terbaiknya, mereka menurunkan pandangannya dan memberikan rasa hormatnya. Saat itu posisi matahari sudah cukup tinggi, cahayanya menjadi terasa cukup menyilaukan saat mereka keluar dari bangunan tersebut. Butuh beberapa detik untuk mata dapat beradaptasi dengan keadaan, semuanya -kecuali Scarra- merasakan hal yang sama. Dengan mata yang masih beradaptasi Izumi mempercepat langkah kakinya, menempatkan dirinya tepat berada di sebelah Scarra. "Katakan saja apa yang anda butuhkan. Kami dengan senang hati akan membantu menyiapkannya." "Jangan terlalu kaku! Kita berada di tingkat yang
Koichi yang mendengar permintaan itu sementara meringis. Mencoba memutar otaknya. Izumi, dengan ekspresi masam yang sama di wajahnya, menjawab. "XGuard, ya... Aku tidak begitu yakin kelompok itu benar-benar ada. Tapi, baiklah. Perlu ditekankan, ini tidak lebih dari sebuah rumor, saya harap anda mengerti." "Jelaskan saja!" Sambil menghela nafas, Izumi menjelaskan. XGuard adalah nama dari sebuah organisasi rahasia, mereka bergerak di dalam bayangan dan tidak terafiliasi dengan aliansi manapun. Bahkan sampai saat ini tujuan dan identitas dari para anggotanya tidak pernah diketahui. Sebagian orang berpendapat, kelompok ini sengaja diciptakan oleh salah satu dari tujuh aliansi besar. Tujuannya, mungkin menciptakan konflik, konspirasi, atau sesuatu yang dilarang demi keuntungan aliansi tersebut. Namun pendapat itu telah terpatahkan, oleh adanya pertemuan tujuh aliansi besar di Valhalla beberapa tahun silam. Entah apa yang telah diperbuat oleh kelompok ini, rumor akan kehadirannya sek
Ada empat belas orang di ruangan itu. Ruangan yang kecil, cukup untuk dapat mendengar apa-apa yang orang bicarakan tanpa mengatur suarannya. Scarra, Maggie, Izumi dan Koichi berada di meja yang sama. Sedangkan yang lainnya berada di meja yang terpisah. Di sisi lain, para pelayan terlihat begitu gugup. Tamu penting dengan misi khusus datang dan menyambangi tempat mereka. Seperti seorang pelajar memasuki ruang kelas yang salah dan tersadar sesaat setelah kelas dimulai, terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa adalah hal yang sudah sewajarnya. Daripada memikirkan sikap apa yang harus mereka tunjukan, para pelayan itu lebih memilih untuk menyiapkan makanan sesegera mungkin. Dan dari apa yang mereka lakukan telah menunjukkan bahwa mereka tidak terbiasa atau lebih tepatnya tidak terlatih untuk sesuatu yang formal. Dengan tangan sedikit bergertar, bir dan makanan ringan mulai dihidangkan. Makanan terbaik yang mereka miliki. Suara keramik beradu dari piring yang bergetar dan bunyi yan