Bab 44: Hampir Bertemu Arwah PenasaranBeban berat dalam pikirkan Kang Arya saat ini, membuatnya memutuskan untuk tidak bekerja. Ia berencana membahas masalah ini dengan Pak Ndan di rumahnya selepas Maghrib.Dalam sehari, Kang Arya harus disibukkan dengan banyak masalah sampai ia terlupa mengurus dua orang suruhan Serina yang sedang diamankan oleh Abdullah, Pak Sanusi, Bimo dan Parjo.Wildan memang sudah memanggil Tondo untuk datang, dan rencananya mereka juga akan datang di rumah Pak Ndan bersama Kang Arya.Kang Arya berpesan, "Lebih baik kita istirahat di rumah, nanti kita saling berkabar lagi."Masalah tentunya tak terhenti sampai disitu. Karena kini ada empat orang yang sedang merasa dicurangi, dan saatnya mereka mengambil keputusan sendiri tanpa harus ada keterlibatan Kang Arya tentunya.***Di waktu yang sama dengan kejadian itu, Rendy mendapatkan pesan singkat dari Serina untuk membahas masalah hubungan rahasia antara Kang Arya dengan Rinda.Itulah yang pada akhirnya membuat Re
Bab 45: Tali Simpul Mati TergantungSaat ini memang masih terlalu awal menyimpulkan kabar hilangnya keempat teman Kang Arya, dan mereka tidak akan melakukan apapun sementara waktu.Pak Ndan melihat sebab utamanya adalah persaingan dan pastinya ada yang membuka celah dari pihak internal menambah peliknya perselisihan itu."Aku bukannya mau ikut campur urusan anak muda, tapi kalau memang antara yang memperebutkan dan yang diperebutkan sudah menyalahi aturan, ya pastinya jadi makin tambah masalahnya." Pak Ndan menjelaskan agar kedua belah pihak mulai introspeksi diri masing-masing.Serina juga merasa menyesal telah menjadi penghasut, padahal dirinya sendiri yang mendorong Kang Arya agar segera menyatakan perasaannya pada Rinda.Tapi semua belum terlambat, suster Intan dan Putri kini semakin mantap mempelajari kajian agar selalu mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Mungkin satu-satunya cara adalah semua harus mengabarkan pada yang berkaitan agar mereka tidak terlampau jauh menyimpu
Bab 46: Kejanggalan Lain Di LokasiSemakin lama, karena kerap dihadapkan pada wujud eksistensi dua alam yang membuat perasaan mereka makin sensitif, mereka tak lagi banyak berkonfrontasi.Putra memilih Rendy untuk dijadikan perantara makhluk halus, meskipun semuanya masih belum paham caranya. Tapi setidaknya mereka ingin punya pengalaman yang menurut mereka sangat seru itu.Rendy menegaskan hanya dia yang berhak memilih siapapun untuk dijadikan perantara karena dia merasa sebagai leader saat ini."Kenapa tidak kau sendiri saja, justru lebih menarik dilihat netizen." Rendy memutar pendapat Putra, dan membuatnya sebagai perintah yang harus dipatuhi."Kau sajalah, kan kau yang paling tampan." Putra menampik hal itu sambil memasang tampang sedikit garang.Sedang mengadu argumentasi, tetiba mereka kembali dikejutkan pada suara yang meresahkan jantung mereka.Tapi kini suara tawa itu berubah menjadi lantunan tembang. Meskipun menakutkan, alih-alih berusaha untuk kabur justru mereka merasa t
Bab 47: Mengungkap Pelaku Pembunuhan"Tolong sampaikan pesanku, setelah itu jangan teruskan perjalanan kalian!" teriak Deny diluar batas kendalinya.Secepat itu ia dirasuki, seperti rumah kosong yang dapat dengan mudah disinggahi orang asing yang lewat.Deny menatap setajam pisau kearah ketiga manusia petualang itu. Genapnya jumlah mereka rupanya tak berpengaruh secara langsung dengan istilah yang menurut para orang tua penuh dengan keberuntungan.Menurut mitos yang kerap kita dengar, kalau disekitar kita ada kumpulan manusia dengan jumlah ganjil, pasti akan dilengkapi dengan kehadiran mereka supaya jadi genap."Dayuh, kau ikut kami. Katakan setiap detail yang perlu kami lakukan untuk bisa membuatmu mendapatkan keinginanmu!" tantang Rendy.Kali ini Rendy yang memimpin semua rencana timnya itu, tentu saja dengan maksud sebagai ajang pembuktian pada rivalnya, Kang Arya."Kau pikir dengan cara mencari tahu kekasih arwah itu bisa bikin konten menarik, hah?" sahut Putra sambil berusaha men
Bab 48: Itikad Baik RendyPutra mengalungkan lengannya pada bahu lebar Rendy dengan maksud mengajaknya kompromi."Sini, aku bilang sama kamu. Kita memang sudah memutuskan untuk membantu arwah Dayuh, tapi kalau urusannya jadi makin membahayakan kita lebih baik kita laporkan saja ke pihak yang berwajib kan?" saran Putra yang sangat kalut dan mulai mengendus ada sesuatu yang salah dengan arwah itu.Aura kehadiran Dayuh tidak nampak sama sekali, justru sepertinya ini bukan Dayuh yang asli. Hanya berpura-pura sebagai dirinya."Kalau kita ajak Deny ketempat yang ditujukan Dayuh saja bagaimana? lebih jelas urusannya kan? jangan sedikit-sedikit lapor ke polisi," begitu Rendy menanggapi.Rendy mengurai ketakutan Putra, karena polisi juga pasti tak mampu membuat masalah itu selesai sampai ke akarnya. Terbukti dengan kematian laki-laki yang mengaku sebagai pembunuh Dayuh yang juga sama tragisnya."Apakah ada permainan orang besar disini? kau tidak dengar siapa orang yang tadi dia sebutkan sebaga
Bab 49: Terciduknya Praktik PerdukunanSaat ini mereka bersama dengan Pak Kades sepakat menolong keluarga Dayuh. Meski kini Pak Kades tak menampik ada satu kesempatan emas ditengah persaingan antar pejabat yang secara tidak langsung membuka celah baginya untuk mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati di pemilihan mendatang.Iapun sesegera mungkin menerima ajakan keempat pemuda itu untuk menemui keluarga Dayuh. Tentunya setelah mendengar kesaksian Putra dan Ryan saat Deny kerasukan."Berdasarkan hasil investigasi dengan penduduk setempat, kita bisa berasumsi bahwa sebelum kejadian ada saksi yang mendengar Dayuh seperti melakukan perlawanan," papar Putra dalam perjalanan menuju ke lokasi."Ya, ada yang mendengar teriakannya," lanjut Deny."Dia juga punya kekasih, tapi entah siapa namanya. Hanya saja waktu itu dia seperti melantunkan tembang yang mengisahkan kisahnya itu," ulas Ryan."Apa ada yang masih ingat seperti apa liriknya?" tanya Pak Kades.Mereka saling melempar pandangan, dan mengg
Bab 50: Napak Tilas Ke Masa LaluKelamnya malam, serta dinginnya udara tak menyurutkan langkah mereka menapaki jalan terjauh dari kota asal mereka.Meninggalkan rutinitas kerja, serta acara pengajian yang diadakan di sana.Keputusan sudah diambil, dan kini mereka akan mencoba keberuntungan itu sekali lagi.Di dalam kedangkalan Iman mereka yang terkadang naik turun itu, ada satu tekad untuk membantu sesama manusia yang membutuhkan.Memastikan agar tujuan awal mereka tidak sia-sia. Semua pasti mudah jika diniatkan, meski susah untuk dijalankan.Selama beberapa menit mereka berjalan sembari mencari penginapan sementara, mereka membunuh kebosana dengan percakapan ringan."Aku yakin kalau kita bakal sukes, kan kita juga masih punya satu kesempatan untuk merebut Rinda. Hanya inilah satu-satunya cara kita." Rendy memprovokasi."Apa Rinda masih mau berpaling dari Kang Arya?" sahut Ryan ragu."Mungkin saja, apalagi kalau kita kaya. Gadis mana yang tak memikirkan masa depan?" balas Rendy."Bena
Bab 51: Pocong Penunggu Sumur Tua Selama lebih dari dua jam mereka menunggu hampir tidak ada orang lewat."Kalau memang nggak ada yang bisa kita tumpangi mendingan kita teruskan saja jalan kaki.""Atau kita buat kemah saja disini, kita cari apa yang bisa dimakan. Lumayan kalau ada buah atau ayam yang bisa kita tangkap.""Mana ada ayam disini? kita cari buah saja!" kilah Rendy.Mereka memutuskan masuk ke dalam lebatnya pepohonan yang sangat gelap menjauh dari jalanan.Baru beberapa meter mereka masuk, terlihat ada sumur tua disamping gubuk reyot yang beberapa bagiannya sudah lapuk dan hampir roboh."Hey, lihat itu!""Sepertinya ada sumber air buat minum, dan rumah buat bermalam.""Ih, kok kayak yang sering kulihat di film-film horor yah?"Ada kilas pemikiran mereka bahwa lokasi itu pasti angker. Sejenak merekapun kini merasaka aura yang kurang nyaman.Meskipun ngeri, tapi mereka sangat membutuhkan tempat untuk beristirahat semalaman. Mereka tak punya pilihan.Rendy mengeryitkan alisnya
Bab 80: Akhir Sebuah Keputus-asaan Semuanya kini dihadapkan pada satu keadaan yang sulit, dimana segalanya pasti akan berakhir, seperti saat pertama kali memulai. Segala perwujudan kuasa Sang Khalik yang memaknai perjalanan itu, dimana tak ada detik waktu terbuang percuma untuk menemukan kesejatian diri yang pada awalnya terabaikan. Serupa manusia yang lalai meski juga banyak yang sadar siapa dirinya saat segala rintangan menghadang. Meski waktu yang mereka lalui masih sangat singkat. Perjalanan kali ini semestinya menyadarkan semuanya bahwa mereka berpacu dengan tambahan dinginnya angin di ketinggian ratusan meter diatas laut. Diantara rindang dan desau hembusan angin yang perlahan memasuki kerongkongan mereka setelah sebegitu beratnya digunakan untuk bernafas. Para pendaki Gunung Lawu malam ini sudah sampai ke tempat yang mereka tuju. Dinginnya angin meresap ke dalam pori-pori. Bulan yang tadinya bersinar terang, kini mulai meredup. Suasana temaram yang sangat kental terasa o
Bab 79: Kedatangan Sesepuh Ke Lokasi Pendakian"Kata sesepuh lebih baik kita duduk saja. Jangan berbuat apa-apa selain kita bacakan do'a. Biarkan saja si Cahyo begitu, atau kita ikat saja biar tidak lepas!" kata Adhya pada Agung. Mereka membuat satu keputusan ditengah kegentingan situasi itu. Sesepuh mereka yang memberikan saran seperti itu sebelumnya.Tak banyak bicara, Edi segera mengambil tali yang ia bawa dalam backpacknya. "Diikat dimana memangnya? Jangan bikin masalah lagi pokoknya, nanti bisa-bisa kita semua disini yang kena resikonya!" keluhnya meski tetap akan ia lakukan saja apapun yang bisa ia lakukan."Santai saja lah, yang penting Cahyo tidak lepas. Kan kita jadi capek kalau memegangi dia terus menerus!" balas Adhya.Mereka langsung membawa Cahyo dengan sedikit kesulitan lalu mengikat tangannya kebelakang badannya agar tidak banyak memberikan perlawanan yang pastinya membuat semuanya harus kerja keras lagi nantinya.Cahyo masih dalam kondisi tak sadar, seperti pada fase d
Bab 78: Kerasukan Saat Pencarian Tondo dan WildanSaat ini, Kang Arya sesekali melihat Ki Sapta Aji tepat di sampingnya. Betapa kehadiran Ki Sapta Aji sangat penting perannya, membuat perjalanan mereka tak lagi begitu melelahkan. Tenaga yang ia habiskan takkan percuma lagi.Kehadirannya seakan menambah energi baru, layaknya sinar matahari yang datang setelah hujan badai dan petir.Impas membayar segala komitmen dan kerja keras yang telah maksimal mereka kerahkan, bahkan sampai berkorban segalanya.Team SAR kedua akan datang dari arah Selatan, sedangkan team SAR pertama berhasil menemukan jejak kaki ketiganya yang terlihat sangat jelas seperti baru saja dilalui oleh pendaki.Agung selaku ketua, mendapati jejak di atas tanah. Ia menyalakan senternya lalu berkata, "Tunggu, apa kita harus mengikuti arah jejak ini?"Beberapa dari anggotanya spontan ikut melihat, dan tampaknya mereka juga memikirkan hal yang sama."Itu tandanya kita selangkah lebih dekat untuk menemukan mereka, ayo berpencar
Bab 77: Bertemu Dengan Ki Sapta AjiKang Arya kembali menjelaskan, khawatir mereka tidak paham saat melewatinya. Seperti saat mereka mengacaukan pertemuannya dengan Eyang Prabu. Meskipun itu bukan disengaja, tapi setidaknya kali ini sudah bisa diantisipasi. Wujud yang tak tampak pastilah sangat menyulitkan mereka yang tak peka. Seperti menuntun orang buta, meski kenyataannya kondisi mereka malah senormalnya manusia."Gerbang itu hanya berjarak satu meter saja, tapi wujudnya sebenarnya sangat luas. Jadi pas nanti ada dua batuan besar, disitu tempatnya. Tapi kita harus melewatinya dengan mata tertutup. Dan jangan lupa, baca do'a dalam hati!" perintah Kang Arya. Ia mencoba membuat dua rekannya patuh padanya dengan sedikit memprovokasi dengan menutup mata."Terus, kalau kita mengintip saja boleh nggak?" protes Tondo yang selalu antusias menginterupsi. "Kalau merem, takut salah masuk," lanjutnya tanpa menoleh lagi. Ia ingin mengambil peran selama perjalanan itu."Kita berbaris, aku yang di
Bab 76: Mengungkap Wujud Asli Eyang PrabuTentu saja, Kang Arya mengambil langkah panjang seperti setengah berlari. Meninggalkan mereka yang saling terpaku dan berpandangan. Tondo memberi isyarat pada Wildan sembari mengedikkan bahu dengan perasaan bercampur aduk antara mengikutinya atau tidak.Dalam pikiran Tondo saat ini, ia merasa Kang Arya sangat bersikeras dan tidak main-main. Semua itu karena waktunya semakin mendesak untuk terlalu berbicara bertele-tele dan harus mengambil keputusan itu secepatnya.Hal yang juga ada dalam benak Wildan, sesuatu terasa berbeda ia rasakan sebelumnya dari seorang leader itu. Semangat Kang Arya yang tadinya tampak meredup, telah kembali. Sudah sepatutnya ia senang, meski dibaliknya ada rasa takut yang sedikit banyak mendera pikirannya.Takut jika suatu saat Kang Arya berubah lebih jahat ketika kembali terbentur kekecewaan saat yang datang ternyata hanya sebuah kegagalan untuk kesekian kali.Tondo mengedipkan matanya, membuat isyarat pada Wildan, dan
Bab 75: Berdialog Dengan Penduduk Alam JinJalur menuju Pos terlewati satu demi satu tanpa halangan yang berat dan tampaknya mereka benar-benar sangat fokus saat ini. Tak banyak drama yang terjadi meski sesekali mereka mengabadikan momen dengan ponsel yang mereka bawa.Situasi sangat kondusif, tapi meski begitu Tondo tetap ingin menuntaskan rasa penasarannya dengan pertanyaan yang membuatnya seperti ingin mencoba menguji nyali dengan Kang Arya yang berada tak jauh darinya itu.Kaki mereka mulai sedikit merasakan penat, dan yang mereka butuhkan adalah sekedar mengalihkannya adalah dengan hal-hal ringan seperti ini."Setelah ini akan ada apa lagi, Kang?" ucapnya. Tondo menoleh dan berusaha mendekat tanpa takut membuat sedikit kontroversi, apalagi yang diajak bicara sedang dalam kondisi tidak mood sama sekali untuk mengobrol."Apanya? Kamu kalau ngomong yang lengkap sedikit kenapa sih?!" cela Kang Arya dengan wajah masam yang sudah familier dimatanya.Ia mengambil sesuatu dari kantong ran
Bab 74: Tugas Yang Diemban Kang AryaMalam itu dalam penginapan, mereka tertidur pulas. Hari yang dirasa singkat bagi jiwa-jiwa yang teramat lelah sedang mencari jawaban atas harapan yang tersisa, dan ribuan pertanyaan dalam benak mereka saat ini.Kang Arya masih belum bisa mengistirahatkan diri sepenuhnya ditambah suara dengkuran dua kawannya yang lainnya.Tersembul segala pemikiran dalam benak Kang Arya saat ini. Apakah ia sanggup mengembalikan semuanya? dan bagaimana harusnya ia menghadapi pertanyaan dari pihak keluarga mereka nantinya?Atau, bagaimana jika ia tidak pernah lagi bisa membawa mereka dalam keadaan utuh? Atau lebih parahnya lagi, jika mereka kehilangan sahabatnya untuk selama-lamanya tanpa ada penjelasan pasti.Seribu pertanyaan kian santer mendera diri Kang Arya sampai tak sadar iapun akhirnya terlelap. Hingga beberapa menit berlalu, belum juga lepas dari pikiran buruk, ia mengalami kejadian aneh yang datang lewat mimpinya.Dalam mimpinya, ia melihat bayangan putih men
Bab 73: Kekuatan Yang Hampir SempurnaKang Arya dengan kekuatan barunya yang kini mulai terbakar dengan api amarah, semakin keras memberikan perlawanan. Dengan lantang, ia terus meneriakkan satu nama untuk menantang duel dengan sosok pembawa petaka itu.Kata-katanya bagai menembakkan peluru angin yang menyasar ke segala penjuru, ditambah kekuatan suaranya yang terdengar gahar dan mengerikan."Kau makhluk terkutuk bernama Argadhana!! Keluar kau sekarang! Dasar pengecut!!" pekiknya dengan suara bergema sampai beberapa meter jauhnya. Membuat anginpun enggan bertiup. Keadaan hening, langitpun semakin gelap.Seperti sebuah skema di alam semesta yang mengikuti perputaran Matahari, begitupun saat ia berteriak, menggelegar, hingga bagi siapapun yang mendengar pasti ciut nyalinya.Karena ia benar-benar yakin semua ini adalah ulahnya. Tanpa berpikir panjang lagi, berdasarkan hasil penerawangannya dan ditambah hipotesanya. Ia mulai mencari wujud sosok yang dianggap bertanggung jawab atas hilang
Bab 72: Perubahan Rencana Barisan kerikil tajam yang menghadang, tak lagi mereka rasakan. Akan terus mereka terjang dengan berjalan diantara lintasan menanjak yang melelahkan yang tak lagi mereka risaukan. Yang terpenting saat ini adalah segera menemukan kemana hilangnya rekan mereka dalam team PURADEMO.Kini saat mereka sedang berada di antara kebimbangan, tak terlihat ujungnya sampai seseorang dari mereka bertutur, "Terpaksa kita meminta bantuan mereka sekarang. Bagaimana, kalian setuju kan?" usul Kang Arya agar segera meminta bantuan team SAR sebagai upaya mempersingkat waktu.Tondopun menegaskan dengan menjawab, "Loh, ya memang harus. Jangan sampai kita terlambat meminta bantun team SAR secepatnya, Kang!""Setuju, kita mestinya gerak lebih cepat mengeksekusinya. Jangan sampai kita gagal dalam misi ini!"sambung Wildan yang mulai terkuras tenaganya."Baik, kalau begitu biar aku hubungi sekarang," sahut Kang Arya mengakhiri keputusannya. Ia mengirimkan pesan teks ke kode nomor team S