Patriak Lu menghabisi setiap anggota Kelompok Gagak Pembunuh yang mencoba menghalangi jalannya. Dengan kekuatannya, pemimpin Sekte Tiga Tombak itu hanya membutuhkan satu kali gerakan untuk melumpuhkan mereka.
Sesaat setelah Patriak Lu berhasil membunuh satu anggota Kelompok Gagak Pembunuh lainnya, sebuah suara feminim seperti perempuan terdengar di telinganya. Ketika ia menoleh ke arah sumber suara, Patriak Lu mendapati bahwa itu berasal dari Wei Furen, Pemimpin Tertinggi kedua Kelompok Gagak Pembunuh dan membuatnya terkejut.
"Patriak Lu, apakah Anda tidak malu melawan pendekar yang kemampuannya jauh di bawah Anda?" Wei Furen mencelah.
"Kenapa harus malu? Mereka sendiri yang datang kepadaku untuk menyerahkan nyawa. Bukankah aku akan terlihat jahat jika tidak menuruti kemauan mereka? Lagipula, yang seharusnya malu adalah dirimu sendiri. Kau merupakan seorang lelaki tetapi memiliki suara dan sikap seperti seorang perempuan. Hal yang kau lakukan ini benar-benar mem
Fang menghampiri Song An, pemimpin keenam, Lin Kaishan, pemimpin ketujuh dan Mu Wanli, pemimpin kedelapan Kelompok Gagak Pembunuh yang kebetulan saat itu tengah berdekatan karena mereka baru saja berhasil melumpuhkan beberapa tetua yang berasal dari Sekte Pedang Surgawi, Kuil Tanah Suci dan Sekte Tiga Tombak.Melihat kedatangan Fang, ketiganya segera berkumpul, karena mengetahui pemuda itu bukanlah pendekar sembarangan meskipun usianya masih muda."Hati-hati saudara Song, pemuda ini memiliki begitu banyak kemampuan yang mampu menyulitkan kita," bisik Mu Wanli. Di antara mereka bertiga, hanya Song An lah yang belum pernah berhadapan langsung dengan Fang, jadi Mu Wanli memperingatkannya."Aku mengerti, saudari Mu. Meskipun aku belum pernah berhadapan langsung dengannya, tetapi aku sudah pernah melihat kemampuannya. Seperti yang kau katakan, pemuda ini sulit untuk ditaklukkan, meskipun kita bertiga sekalipun." Song An mengangguk paham. Ia tidak ingin sesumbar karen
Li Guan menyerang musuh tanpa rasa takut sedikitpun meskipun dirinya tidak terlalu ahli dalam seni beladiri dan hanya berada di tingkat Pendekar Emas Kelas Satu. Bersama dengan Ji Xiang dan tetua Fan serta beberapa anggota sekte-sekte lainnya, Li Guan menghabisi anggota Kelompok Gagak Pembunuh. Namun, karena musuh terlalu banyak, tentunya membuat tenaga dalamnya terkuras dengan cepat. "Yang Mulia," ujar Ji Xiang saat menyadari napas Li Guan sudah memburu. Darah terlihat di sekujur tubuhnya, tetapi itu bukanlah darahnya sendiri melainkan milik musuhnya. "Jangan pedulikan aku, Paman. Fokus saja ke pertarungan." Li Guan mengingatkan Ji Xiang. "Tapi, Yang Mulia." Ji Xiang tetap bersikeras membawa Li Guan ke tempat yang lebih aman. Tetua Fan yang sedang bertarung melawan puluhan musuh akhirnya menggunakan tenaga dalam yang lebih besar dan berhasil melumpuhkan lawan-lawannya dalam waktu singkat. Setelah jalannya cukup longgar, tetua Fan mendekati Li Guan da
Pada pertarungan yang terjadi di antara Patriak Shen dan Shi Liong, pemimpin Sekte Pedang Surgawi itu berhasil mengungguli pemimpin pertama dari Kelompok Gagak Pembunuh, walaupun sebenarnya kekuatan mereka cukup berimbang karena berada di tingkat yang sama. Hal yang membuat Patriak Shen lebih unggul karena pengalaman bertarung satu lawan satunya lebih baik, sementara Shi Liong biasa melakukan pertarungan secara diam-diam, sesuai dengan pekerjaan mereka yang merupakan seorang pembunuh."Bagaimana, apakah kau ingin menyerah saja?" Patriak Shen tertawa mengejek saat berhasil mendaratkan satu sabetan pedang ke pipi Shi Liong dan meninggalkan luka ringan. Bukan hanya itu, sebelumnya Patriak Shen juga berhasil menorehkan luka di beberapa bagian tubuh sang lawan, seperti di bahu, punggung juga dadanya, walaupun tidak terlalu dalam. Sementara Shi Liong, sejauh hanya berhasil mendaratkan satu sabetan pisau yang mendarat di bagian tangan kiri Patriak Shen dan itupun tidak terlalu parah
Kaisar Li menghentikan langkahnya saat merasakan ada sesuatu mendekat dari arah sampingnya dan menemukan sesosok yang dikenali. Ia tersenyum karena sosok itu adalah putranya, Li Jianchen. Namun, senyuman itu perlahan menghilang dan digantikan dengan keterkejutan saat melihat Li Jianchen mengeluarkan pedang dari ruang hampa dan menghunuskan ke arah tubuhnya."Jianchen'er, apa yang kau lakukan?" tanya Kaisar Li kebingungan, namun setelah melihat raut wajah Li Jianchen yang tampak serius, membuatnya mau tidak mau harus mengangkat pedangnya.Tring!Gesekan senjata keduanya terjadi, mengeluarkan bunyi yang cukup nyaring. Bukan hanya sekali atau dua, melainkan lebih dari sepuluh kali sebelum masing-masing dari keduanya menjaga jarak."Jianchen'er, apa maksudmu ini?" Li Ning masih berusaha mendapatkan penjelasan dari putranya, Li Jianchen."Bukankah ini sudah jelas, Ayah? Aku sedang mencoba membunuhmu!" Li Jianchen menanggapi, namun menunjukkan wajah yang
Fang menjaga jaraknya setelah baru saja berhasil mendaratkan sebuah pukulan telak ke bagian tulang rusuk belakang sebelah kanan Mu Wanli. Meskipun tidak berhasil membunuhnya, tetapi Fang yakin bahwa pemimpin kedelapan Kelompok Gagak Pembunuh itu akan mengalami luka yang parah.Tebakan Fang tidak meleset, Mu Wanli benar-benar mengalami luka yang berat di bagian organ dalamnya karena serangan Fang tepat mengenai bagian ginjalnya. Ia juga merasakan setidaknya ada lima tulang rusuknya yang patah akibat serangan itu.Tanpa pikir panjang, Mu Wanli segera mengalirkan tenaga dalamnya untuk mengurangi rasa sakit yang diderita. Song An dan Lin Kaishan yang menyadari akan hal itu segera mendekati Mu Wanli."Kau tidak apa-apa, saudari Mu?" tanya Song An perhatian."Kepalamu!" Sebenarnya itu yang ingin Mu Wanli katakan karena pertanyaan Song An tersebut seperti sebuah kebodohan. Jelas-jelas mereka sudah melihatnya sendiri bahwa Mu Wanli terluka akibat serangan Fang. P
Pertempuran semakin menjadi setelah bantuan dari Sekte Pedang Surgawi dan Partai Pengemis tiba. Puluhan, bahkan ratusan mayat-mayat bergeletakan tak tentu arah. Merah darah mulai menggenang di segala penjuru, bagai lautan yang menutupi salju. Bau amis dan anyir segera mengudara, menciptakan penciuman yang tidak enak di hidung mereka yang masih hidup. Satu kata yang bisa diumpamakan untuk situasi saat itu. Mengerikan! Fang baru saja berhasil membunuh Song An, dengan cara memenggal kepalanya yang kini berada di genggaman tangannya. Menoleh ke samping kiri, Fang menatap lekat tiga orang Pemimpin Tertinggi Kelompok Gagak Pembunuh yang berada di kejauhan. Tampaknya, ketiga sosok itu masih terlalu tangguh untuk lawannya. Berdecak kesal, Fang berniat mendatangi mereka, namun sebelum ia melangkah, terlihat dua sosok terlebih dahulu mendekati mereka. Melihat itu, terlihat sedikit kerutan di keningnya. "Sepertinya aku mengenali mereka?" gumam Fang. Menyipitkan
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung