Alunan musik klasik yang dibawakan para penghibur begitu menyentuh di hati membuat Fang dan yang lainnya larut dalam buaiannya. Suara merdu dari sang penyanyi menambah kesempurnaan makan malam rombongan Fang kali ini begitu berharga.
"Ini pertama kali diriku mendengarkan musik yang begitu indah," Li Jianchen tersenyum lebar dari balik topengnya. Ia sudah hidup selama lima belas tahun, telah mendengarkan dan melihat banyak pertunjukkan musik di istana, namun belum ada yang sesempurna ini. Tidak salah jika manajer Zhou sangat membanggakan mereka.
"Benar, saudara Li. Aku pun merasakan hal yang sama. Mendengar alunan musik dan suara merdu ini mengingatkan ku pada masa laluku." Fang menimpali.
Sementara di sisi lain, manajer Zhou tengah tersenyum sumringah. Ia sangat senang bisa memuaskan tamu undangannya ini.
Fang dan Li Jianchen berlari sekuat tenaga meninggalkan lokasi pertarungan. Keduanya sesekali menoleh ke belakang memastikan anggota sekte Bambu Kuning tidak mengejar mereka. Pelarian berlangsung cukup lama, hingga mereka mencapai lokasi jurang yang dimaksudkan oleh pendekar yang membantu mereka."Ini-ini Jurang Abadi yang terkenal itu." Li Jianchen mengerutkan keningnya dibalik topeng. Rasa kagum juga takut bercampur aduk di dalam hatinya. Li Jianchen mengetahui jurang ini dari peta yang ia pelajari juga dari cerita-cerita yang pernah ia dengar.Jurang Abadi adalah jurang yang paling terkenal di Kekaisaran Yang. Jurang yang dipenuhi kabut asap ini juga menjadi lokasi yang sangat jarang didekati manusia bahkan pendekar sekalipun.Suara-suara aneh mulai terdengar dari dalam jurang, membuat Fang maupun Li Jianchen mer
Dua anggota sekte Bambu Kuning lainnya terkejut melihat dua rekannya jatuh ke Jurang Abadi. Kejadian itu sangat cepat, bahkan tidak lebih dari satu kedipan mata membuat mereka tidak sempat bereaksi untuk menyelematkan mereka keduanya."Ah Bao, Guan Ping!" Teriak mereka bersamaan. Namun, itu tidak berlangsung lama sebab tatapan keduanya kembali terarah pada Fang dan Li Jianchen."Kurang ajar! Kalian akan ikut bersama mereka ke alam seberang."Tujuan yang awalnya hanya ingin menangkap Fang dan Li Jianchen berubah. Anggota sekte Bambu Kuning itu sudah memutuskan untuk membuat keduanya agar bisa membalaskan dendam rekannya yang jatuh ke jurang.Serangan mereka menjadi lebih cepat dan kuat dari sebelumnya. Satu tendangan yang mengarah ke dada Fang melesat dengan mulus, membua
Fang dan Li Jianchen saling berpandangan, tidak ada lagi teriakan yang dilepaskan mereka. Keduanya tersenyum tipis lalu memandang ke arah bawah secara bersamaan, tapi belum menemukan tanda-tanda mereka akan tiba di dasar jurang. "Saudara Fang, maafkan aku yang selama ini selalu menyulitkanmu." Li Jianchen tersenyum tipis, terlihat kesedihan di wajahnya. "Saudara Li, aku juga minta maaf padamu karena tidak bisa menjagamu dengan baik." Fang membalas senyuman itu. Perasaan asing mulai memenuhi kepalanya. "Tampaknya kali ini aku benar-benar tidak akan selamat." gumamnya pelan. Ia kemudian mengingat kejadian-kejadian yang hampir merenggut nyawanya mulai dari pertarungan bersama Lan Xuefeng berhadapan dengan siluman Beruang Darah sampai percobaan pembunuhan yang dilakukan Lima Topeng Setan, anggota kelompok Gagak Pembu
Saat di perjalanan, mereka berbincang santai dan salah satu isi pembicaraan adalah tentang identitas sang pria sepuh. Ia bernama Jiang Qindai, seorang pendekar yang pernah mengarungi dunia persilatan di Kekaisaran Yang. Jiang Qindai tidak memberitahukan usianya, tapi ia mengatakan sudah berada di tempat ini setidaknya selama seratus tahun terakhir.Fang dan Li Jianchen terkejut, tapi tidak berniat mencari tahu lebih jauh kebenarannya."Senior Jiang, mana rumah yang Anda maksud sebelumnya?" Li Jianchen mengerutkan keningnya ketika mereka berhenti di depan sebuah gua."Apa kau buta? Memangnya kau tidak lihat rumah di depanmu?" Jiang Qindai mendengus kesal juga menggertakkan giginya tidak terima dengan pertanyaan Li Jianchen."Senior, tapi aku benar-benar tidak melihat rumah apapun di sini." Li Jianchen menggosok matanya, memastikan tidak salah lihat.Fang mendekati Li Jianchen lalu berbisik pelan yang membuat pemuda itu membuka mulutnya lebar-lebar.
Hari ke hari berlalu membuat Fang dan Li Jianchen lebih akrab bersama Jiang Qindai. Awalnya mereka hanya mengobrol sebatas pengalaman di dunia persilatan.Fang menceritakan dari awal dirinya mengembara dan melakukan pertarungan yang membuatnya bertaruh nyawa. Sementara Li Jianchen tidak banyak bercerita melainkan lebih banyak diam karena pengalamannya di dunia persilatan memang baru seumur jagung.Saat giliran Jiang Qindai yang bercerita, Fang dan Li Jianchen mendengarkannya dengan seksama.Jiang Qindai muda bukanlah orang yang baik, ia mempelajari ilmu sesat serta sering membuat keonaran yang mengakibatkan ia diburu oleh sekte-sekte aliran putih maupun pihak istana kekaisaran Yang."Aku sudah banyak membunuh orang-orang baik manusia biasa maupun pendekar yang tidak bersalah." Wajah Jiang Qindai berubah menjadi sedih."Suatu hari aku memutuskan untuk menebus dosa dengan menyerahkan diriku pada pihak istana. Kaisar yang memimpin saat itu menyambutku
Suatu hari, saat Fang tengah melatih Li Jianchen ilmu pedang, Jiang Qindai mendekati mereka dan menanyakan alasan keduanya berlatih padahal tidak ada gunanya lagi karena mereka tak bisa meninggalkan tempat ini."Kami hanya menghabiskan waktu sebelum meninggal di sini senior. Kalau tidak demikian, apalagi yang harus kami lakukan." Fang tersenyum kecut sementara Li Jianchen mengangguk pelan."Fang'er permainan pedangmu lumayan juga, tapi masih jauh dari sempurna." Jiang Qindai melirik ke arah Fang."Sementara dirimu Jianchen'er, kau tidak cocok mempelajari ilmu pedang milik Fang'er. Ilmu yang dipelajarinya sangat lembut bagai air yang mengalir. Sementara ku lihat dirimu sangat keras dan memainkan pedang untuk mendominasi serta mengalahkan lawan dengan cepat." Jiang Qindai mengalihkan perhatiannya pada Li Jianchen.Hampir sebulan ketiganya bersama, membuat mereka semakin akrab. Ketiganya hidup layaknya teman. Bercanda dan bertukar pikiran bukanlah sesuatu ya
Semilir angin berhembus ke dalam gua tempat rombongan Fang tinggal membawa rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang belulang. Suara kokok ayam hutan juga saling bersahutan menandakan hari sudah pagi.Seperti hari-hari biasanya, Fang dan yang lainnya menghabiskan waktu mereka makan, berlatih atau hanya sekedar bercerita. Namun, hari ini sedikit berbeda. Jiang Qindai yang pertama bangun sudah menunggu Fang dan Li Jianchen di luar gua.Fang dan Li Jianchen tidak menggunakan topeng mereka lagi setelah tiga hari di tempat itu membuat Jiang Qindai mengenali wajah mereka."Senior," sapa Fang dan Li Jianchen serempak."Ayo ikut aku! Kita akan berburu hari ini sebab persediaan makanan kita hampir habis." Tanpa banyak basa-basi Jiang Qindai mengajak kedua pemuda itu berburu hewan
Fang dan Li Jianchen menahan napas mereka saat melihat seekor binatang yang hanya berjarak tiga puluh meter dengan keduanya. Hewan berkaki enam itu sangatlah besar memiliki tubuh berwarna merah terang, beruntung ia tengah membelakangi keduanya jadi belum menyadari keberadaan Fang dan Li Jianchen."Saudara Fang, apakah hewan itu sejenis gajah? Tapi kenapa ia memiliki kaki enam ekor?" Li Jianchen berbisik pelan agar tidak kedengaran hewan di hadapan mereka."Saudara Li, hewan itu dinamakan Gajah Bulu Merah, salah satu hewan gaib yang jarang ditemui." Fang juga berbisik pelan.Kedua pemuda itu tidak ingin mengusik hewan tersebut karena ia memancarkan kekuatan setara dengan Pendekar Ahli."Sebaiknya kita meninggalkan tempat ini," tambah Fang lagi. Tapi, sialnya Li Jianchen m
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung