Shen Yue meninggalkan ruang pertemuan dengan penuh amarah, ia masih tidak percaya saudara juga ayahnya bukan hanya tidak mendukung ucapannya melainkan ikut menyalahkannya. Merasa kesal, Shen Yue memutuskan untuk berkeliling istana, mencari tempat yang bisa menenangkannya barang sebentar saja.
Tanpa di sadari, gadis itu masuk ke lingkungan kediaman pribadi Kaisar Li. Tidak ada prajurit yang berjaga di tempat itu membuat Shen Yue masuk dengan leluasa karena berpikir itu bukanlah tempat yang penting.
Memang, setiap kali Kaisar Li meninggalkan ruangan pribadinya, maka para prajurit ataupun pelayan tidak diizinkan mendekati tempat itu, bahkan hanya sekedar lewat saja. Jika mereka melanggar, maka akan diberikan hukuman yang berat. Sebab itulah, tidak ada satu orang pun yang berani mendekati kediaman Kaisar Li saat dirinya tidak berada di tempat.
Kembali ke Shen Yue, ia cukup bahagia saat melihat taman yang ada di depan kediaman itu. Terlihat dengan jelas tempat terseb
Kaisar Li mengangguk paham, setelah mendengar penjelasan dari Patriak Shen tentang tujuan mereka mendatangi istana. Tersenyum tipis, Kaisar Li menanggapi, "Patriak Shen, aku sangat mengapresiasi dan menghargai keinginan kalian. Tentunya, hal itu sangatlah baik dan aku pribadi tidak akan menolaknya. Sebaiknya segera kita laksanakan agenda ini, lebih cepat maka akan lebih bagus." Patriak Shen menarik bibirnya ke atas, merasa puas dengan tanggapan dari Kaisar Li. Sebelumnya, ia mengatakan bahwa Patriak Shen mewakili Aliansi Pejuang Kebenaran dalam negosiasi kali ini dan mengajak istana untuk bergabung dalam menangkap Fang yang merupakan pengkhianat negara. Patriak Shen berkata, mereka akan melakukan pertemuan di waktu dekat antara para pemimpin yang tergabung dalam Aliansi Pejuang Kebenaran, saat itulah Patriak Shen akan menyampaikan keinginan tersebut. Dengan pemimpin dari Sekte Pedang Surgawi itu sebagai orang yang bertanggung jawab juga Kaisar Li yang merupakan pengu
Shen Yue melangkahkan kakinya dengan perlahan sembari sesekali memeriksa sekitarnya untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain yang melihat keberadaannya. Meskipun sudah merasa aman, namun Shen Yue tetap berhati-hati dan terus memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan yang datang jika bertemu dengan orang lain, juga penjelasan untuk ayah dan kakaknya. Ketika gadis itu tengah berjalan sambil melamun, tiba-tiba suara mengudara yang terdengar dengan jelas di telinganya, “Hei, berhenti!” mesksipun belum melihat sosoknya, tetapi Shen Yue yakin suara itu berasal dari seorang pria dan berhasil membuatnya mematung. “Mati aku,” gumam kecil Shen Yue. Ia berpikir bahwa sosok itu menghentikannya karena sudah melihatnya berkeliaran di sekitar kediaman pribadi Kaisar Li. Lebih jauh lagi, mungkin saja itu adalah sang kaisar sendiri. “Celaka!” Shen Yue kembali bergumam, kali ini ia benar-benar ketakutan. Dengan tubuh yang bergetar hebat, Shen Yue memberanikan diri untuk membalikkan
Kaisar Li memasuki ruangan rahasia dan menemukan Li Guan yang tengah berbaring lemah seperti biasanya. Menatap ke seluruh penjuru ruangan, pria itu tidak menemukan hal yang mencurigakan di sana. Entah karena tidak ingin membangunkan Li Guan yang nampak sedang tertidur atau tak ingin berbicara dengannya, Kaisar Li memutuskan untuk meninggalkan ruangan tersebut. Setelah mendengarkan suara langkah kaki Kaisar Li yang meninggalkan ruangan, Li Guan membuka matanya. Menghela napas lega, pria itu bergumam pelan. "Untung saja Nona Kecil itu meninggalkan tempat ini tepat waktu." Pandangan Li Guan kemudian mengarah ke langit-langit ruangan dan tampak memikirkan sesuatu. Bersamaan dengan itu, Shen Long tengah berjalan menyusuri halaman Istana, dan berpindah dari satu bangunan ke bangunan lainnya. Sebelumnya, Patriak Shen memintanya untuk mencari keberadaan sang adik, Shen Yue karena belum juga kembali. Tidak ingin melihat Patriak Shen khawatir, Shen Long menyetujuinya.
Senyuman di wajah Shen Yue berubah menjadi ringisan saat Shen Long memarahinya. Pemuda itu segera menjewer telinga sang adik meskipun saat ini tengah berada Li Jianchen, Lily dan Shushu. Kemarahan Shen Long bukannya tidak berasalan, Pemuda itu sangat mengkhawatirkan sang adik yang tak kunjung juga terlihat. Sebab alasan itu jugalah Shen Yue tidak memberontak, karena ia mengetahui kesalahannya dan hanya bisa meminta maaf. Melihat sang adik yang sudah kesakitan juga mengaku bersalah, barulah Shen Long melepaskan jeweran di telinganya. Namun, masih terlihat kekesalan di wajah Pemuda itu. "Senior Shen Long, kuharap Anda tidak terlalu keras pada Senior Shen Yue. Dia sudah meminta maaf bukan? Lagipula, Anda melihatnya sendiri bahwa Senior Shen Yue baik-baik saja." Li Jianchen tersenyum tipis, mencoba menengahi permasal
Rembulan malam bersinar lebih terang daripada biasanya, memancarkan cahayanya dan mengusir kegelapan. Lan Xuefeng tengah mendongakkan kepalanya ke atas memandangi langit yang dipenuhi bintang-bintang ketika terdengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Menoleh ke arah sumber suara, Lan Xuefeng menyipitkan matanya tatkala melihat lima siluet tubuh yang mendekat ke arahnya. Mengamati dari bawah hingga ke atas, Lan Xuefeng baru mengenali saat mereka berjarak beberapa tombak lagi darinya. Tersenyum tipis, gadis itu beranjak bangkit. Matanya yang indah kini harus berbinar dikala bertatapan dengan gadis lainnya yang tak lain adalah Shen Yue. Lan Xuefeng berlari dan langsung memeluk Shen Yue. "Saudari Yue!" ujar Lan Xuefeng, mengeluarkan suara yang seperti menahan tangis. "Saudari Lan!" Shen Yue yang melihat Lan Xuefeng juga segera membuka lebar tangannya lalu mendekap gadis yang memeluknya itu. Harus diakui, pada awal pertemuan mereka, keduanya
Hujan salju terus berlanjut, membuat genangan salju terlihat di berbagai tempat dan menciptakan rasa dingin yang menusuk menembus kulit. Orang-orang mulai mengenakan mantel hangat untuk mengurangi rasa dingin yang menyusup hingga ke tubuh bagian dalam. Rasa dingin kian bertambah tatkala semilir hembusan angin menerpa. Dedaunan mulai berguguran terlepas dari tangkainya, dan terombang-ambing mengikuti ke mana angin akan membawanya berhenti. Tiga tahun telah berlalu, setelah kabar percobaan pembunuhan yang dilakukan seorang pemuda bernama Fang kepada Kaisar Li Ning yang merupakan orang nomor satu di Kekaisaran Yang. Namun, meskipun sudah tiga kali musim dingin kembali bertemu, kabar itu seolah tiada akhirnya, masih membekas dan terus berlanjut hingga saat ini. Bahkan, lukisan wajah Fang masih sering ditemui di berbagai tempat dengan tampilan yang sempurna karena selalu diganti ketika sudah usang ataupun rusak. Di sebuah desa kecil yang terletak di wilayah ibukot
Dari awal kedatangan anggota kelompok Gagak Pembunuh, perasaan Fang sudah tidak enak. Benar saja, setelah mendengar penjelasan dari pemilik kedai, Fang menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan perasaan berat.Pemuda itu kembali mengenang masa lalunya, tepatnya setelah seminggu muncul kabar yang menyatakan bahwa dirinya di cap sebagai buronan kelas satu karena mencoba melakukan pembunuhan terhadap sang kaisar.Awalnya Fang bersembunyi di markas Partai Pengemis dan mendapatkan perlindungan dari Patriak kelompok itu, Huoyan yang ternyata adalah saudara angkatnya saat kecil. Namun, setelah memikirkan banyak hal, Fang memutuskan untuk kembali ke Hutan Kematian menemui kakeknya. Selain berpikir bahwa tempat itu adalah lokasi yang aman untuk bersembunyi, Fang juga ingin melanjutkan latihan ilmu tujuh pedang penggetar langit miliknya.
Pemilik kedai terdiam sejenak saat Fang memintanya menjelaskan lebih jauh tentang 'Fang' dan Kelompok Gagak Pembunuh yang dikatakan pria tua itu sebelumnya. Memang, pemilik kedai belum menjelaskan sampai habis pada kesempatan pertama karena diganggu oleh anggota Kelompok Gagak Pembunuh itu. Melihat hal tersebut, Fang menaikkan sebelah alisnya. Oleh karena merasa ada keanehan yang ditunjukkan pemilik kedai, Fang pun menanyakannya. "Ada apa, Paman? Kenapa kau diam saja?" Terdiam sejenak, pemilik kedai menatap Fang dengan wajah ketakutan. Namun, pada akhirnya ia memberanikan diri untuk mengatakan hal yang sebenarnya. "Itu … Tuan Muda, maaf sebelumnya, apakah boleh saya menanyakan sesuatu?" ujarnya dengan suara terbata-bata. "Silahkan!" Fang mengangguk pelan. "Tuan Muda, apakah Anda baru melakukan pengembaraan atau sejenisnya? Sebab, kabar ini bukanlah rahasia umum lagi. Bukan hanya beredar di kalangan orang-orang dunia persilatan, kabar ini juga
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung