Pria paruh baya itu berubah menjadi seekor beruang dengan seluruh tubuhnya berwarna merah pekat. Tingginya hampir mencapai tiga meter dengan tubuh yang besar. Beruang itu membuka mulutnya menunjukkan gigi-gigi tajamnya, ia juga mengangkat tangan yang memperlihatkan kuku-kukunya yang siap mencabik siapapun yang diinginkannya.
"Beruang Darah?!" Mata Fang maupun Lan Xuefeng terbelalak lebar, keduanya tidak menduga bahwa pria paruh baya yang bersama mereka sebelumnya adalah jelmaan dari Beruang Darah.
Fang membuat dirinya lebih tenang sekaligus meningkatkan kewaspadaannya, namun ada hal yang mengganggu pikirannya. Fang kemudian mengingat cerita Kakeknya beberapa tahun lalu saat pertama kali ia mengajak Harimau Cambuk Api.
"Fang'er, seekor hewan gaib memiliki kemampuan khusus untuk menjelma menjadi manusia saat mereka memasuki tahapan tertentu setidaknya setara dengan Pendekar Bumi. Namun tidak semua hewan gaib yang bisa melakukan hal itu, hanya ada beberapa saja."
Sesuai cerita yang beredar, Beruang Madu itu sangat ganas dan berbahaya. Ia menyerang Fang dan Lan Xuefeng secara bersamaan tanpa rasa takut ataupun gentar. Dalam tubuh manusianya, ia bergerak dengan leluasa. Beruang Darah itu melesatkan pukulan ke arah Fang dan melakukan tendangan ke Lan Xuefeng membuat kedua muda-mudi itu terpisah jaraknya. Tangan Fang menjadi kebas saat menangkis pukulan dari jelmaan Beruang Darah menunjukkan lawannya menggunakan kekuatan yang besar untuk melukainya. Fang tidak tinggal diam saat melihat Beruang Darah dalam sosok wujud manusia itu melukai Lan Xuefeng. Ia menghadangnya dengan Pedang Naga Surgawi. "Tidak akan kubiarkan kau melukainya." Dengus Fang kesal. Ia lalu menggunakan jurus pedang yang dikuasainya, 'Tarian Bangau Putih'. Lan Xuefeng menghembuskan napas lega, ia berhasil selamat dari maut yang mengancamnya. Jika saja Fang tidak segera menolongnya, bisa jadi saat ini ia sudah terluka parah. Beruang Darah denga
Lan Xuefeng mengangkat telapak kanannya yang seketika mengeluarkan cahaya kebiruan. Setelahnya ia melepaskan cahaya itu, Beruang Darah terlambat menghindarinya yang membuat serangan Lan Xuefeng berhasil mendarat di tubuhnya. Ternyata jurus yang baru saja dikeluarkan Lan Xuefeng berguna untuk menekan kekuatannya lawannya, Fang melihat Beruang Darah bergerak lebih kaku daripada sebelumnya."Kekuatannya sudah turun setingkat daripada sebelumnya, ia juga tidak bisa berubah menjadi wujud aslinya." Lan Xuefeng menjelaskan, salah satu kekhawatiran sang gadis adalah lawan mereka berubah wujud menjadi Beruang Darah, hal itu akan membuat mereka kerepotan sebab ia akan bertambah kekuatannya dalam wujud asli."Kuserahkan padamu!" Setelah berkata demikian, Lan Xuefeng terjatuh dari ketinggian, sebelumnya ia terbang di udara. Dalam waktu singkat Lan Xuefeng kembali ke wujud semula dan tidak sadarkan diri. Fang berhasil menangkap tubuh sang adik dengan cepat. Ia kemudian meletakkan Lan Xuefe
Saat Fang tersadar, matanya menatap langit-langit rumah yang tidak ia kenali. Pemuda itu menelisik ruangan menemukan Lan Xuefeng berada tidak jauh darinya. "Lan'er?!" Tanpa memperdulikan tubuhnya yang masih sakit, Fang mendekati Lan Xuefeng yang masih belum sadarkan diri sampai sekarang. "Ah Anda sudah bangun." Suara pelan seorang wanita terdengar di telinga Fang dari belakangnya membuat pemuda itu waspada. Ia lalu membalikkan tubuhnya menemukan seorang wanita yang terlihat berusia lima puluh tahunan sedang tersenyum tipis ke arahnya. Ditangannya terdapat sebuah mangkuk yang tidak diketahui isinya. "Kau pasti terkejut dan kebingungan bukan? Biarkan aku ceritakan agar tidak ada kesalahpahaman." Wanita tua itu mendekati Fang dan Lan Xuefeng. Ia berhenti setelah Fang menunjukkan kewaspadaannya. "Aiyo," wanita tua itu tersenyum pahit namun tidak tersinggung dengan sikap yang ditunjukkan Fang. Menurutnya itu masih wajar sebab mereka tidak saling kenal sebe
Fang dalam dilema antara membantu nyonya Lu atau tetap bersama Lan Xuefeng. Ia masih teringat dengan Beruang Darah yang menjelma menjadi manusia saat itu juga persis melakukan hal yang sama dengan wanita tua yang menolongnya dan Lan Xuefeng ini. Fang tidak ingin kejadian yang sama akan menimpa mereka. Hal ini membuatnya merenung dalam waktu yang panjang hingga tanpa ia sadari malam sudah menghilang, ayam berkokok dengan lantang sejenak kemudian pagi mulai menyingsing. "Tidak ada pilihan lain, aku harus membantu Nyonya Lu." Fang akhirnya mengambil keputusan, lagipula tidak mungkin bukan menemukan hewan gaib yang bisa berubah menjadi manusia di tempat yang sama. Apakah menemukan peristiwa seperti itu sangat mudah disini? Untuk mensiasati perasaan yang mengganjal di hatinya, ia meminta nyonya Lu menemaninya pergi ke rumah kepala desa untuk membicarakan tentang perampok yang diceritakan wanita tua itu semalam. Sebelumnya memang nyonya Lu mengatakan bahwa putrinya dibawa
Seorang pria yang terlihat berusia empat puluh tahunan dengan tubuh gempal serta kepala botak licin menyambut kedatangan Fang dan nyonya Lu. Belakangan diketahui sosok itulah kepala desa Kiwi Emas.Sebelum memasuki kediaman kepala desa, Fang terlebih dahulu meminta nyonya Lu untuk tidak mengatakan identitas Fang yang merupakan seorang pendekar sebab ada sesuatu yang harus ia pastikan kebenarannya. Karena itulah saat kepala desa bertanya siapa Fang, nyonya Lu mengatakan bahwa sang pemuda adalah tunangan putrinya.Kepala desa mempercayai hal tersebut, lalu menanyakan alasan mereka datang menemuinya."Kami ingin menanyakan markas perampok tersebut, sebab kami ingin memberikan penawaran kepada mereka untuk melepaskan anak gadisku." Jawab nyonya Lu sesuai yang diarahkan Fang sebelumnya.Kepala desa menjadi skeptis, "Apa yang membuatmu berpikir mereka akan melepaskan anakmu? Memberikan mereka harta? Aku yang merupakan kepala desa saja tidak bisa membujuk mereka
Fang mematung sejenak setelah mendengar penjelasan putri kepala desa, kepalanya sakit tidak tahu harus mengambil langkah seperti apa. Dari cerita gadis itu, ayahnya melakukan perjanjian dengan para perampok yaitu melepaskan putrinya tetapi dengan syarat menukarnya dengan gadis-gadis dari Kiwi Emas. Kepala desa yang sudah tidak tahu harus melakukan apa untuk menyelematkan putrinya akhirnya mengikuti kemauan para perampok tersebut. "Ku mohon jangan bunuh ayahku, ambil saja nyawaku." Isak tangis sang gadis memenuhi ruangan itu membuat para penjaga dan pelayan di rumah tersebut mulai berdatangan. Nyonya Lu yang juga penasaran dengan suara tangisan keras ikut mendatangi tempat itu. Fang masih dalam kebingungan, namun setelah beberapa menit berpikir akhirnya ia menemukan jalan terbaik menurutnya. Fang meminta kepala desa untuk menunjukkan markas para perampok untuk menyelamatkan gadis-gadis desa yang diculik. Kepala desa mengikuti kemauan Fang, ia meminta pemuda it
Fng tidak langsung membunuh pemimpin perampok melainkan membawanya terbang meninggalkan tenda dan mencari anggota-anggota perampok yang lain untuk dibunuh. Tidak ada senyuman di wajah pemuda itu, tatapannya dingin, mukanya datar dan matanya terlihat memerah penuh amarah."Tuan pendekar ku mohon maafkan aku. Aku berjanji akan berubah menjadi manusia yang lebih baik." Pemimpin perampok itu memohon dengan suara parau karena air mata sudah membanjiri wajahnya.Fang tidak bergeming, ia terus mencari para perampok yang tersisa. Setiap kali ia melihat mereka, Fang langsung memenggal kepalanya dalam sekali tebasan. Ia menghela napas panjang setelah selesai mengelilingi tenda-tenda perampok dan membunuh mereka satu-persatu.Pemuda itu tidak menunjukkan kesenangan lebih tepatnya tidak ada reaksi apapun di wajahnya. Meskipun sudah membunuh semua perampok yang ada di tempat itu, namun Fang yakin pasti ada perampok lain yang sudah meninggalkan tempat itu untuk menyelamatkan
Fang menghajar kepala desa hingga babak belur. Luka dan darah mulai terlihat di tubuh pria bertubuh gemuk itu. Para gadis yang ditolong sebelumnya menjadi kebingungan, bertanya-tanya apa kesalahan kepala desa mereka itu."Gara-gara keegoisanmu mereka menjadi korbannya." Fang berteriak sembari mencekik leher kepala desa dan mengangkatnya."Andai saja kau tidak membuat perjanjian dengan perampok brengsek itu, tidak mungkin semua ini akan terjadi." Ia lalu melemparkan tubuh kepala desa ke sebuah pohon. Membuat pria gemuk itu terbatuk keras dan mengeluarkan darah segar."Ampuni aku tuan pendekar, ku mohon aku mengaku salah!" Tidak ada perlawanan lain daripada kepala desa selain terus memohon dan meminta maaf.Sebenarnya Fang ingin mencabut nyawa kepala desa namun ia mengurungkan niatnya. Menurutnya lebih baik ia membiarkan para warga desa Kiwi Emas untuk menentukan hukuman kepada pria gemuk itu. Fang lalu mengajak sebagian gadis untuk kembali ke desa sementar
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung