Beranda / Pendekar / Sang Penguasa / Kakek dan Cucu

Share

Kakek dan Cucu

Penulis: SWEET_OWL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Matahari hampir terbenam saat bocah bernama Fang dan sang kakek selesai memancing. Keduanya lalu meninggalkan tempat itu untuk kembali ke rumah mereka.

"Fang'er, apakah kau masih merasakan kedinginan?" Tanya Kakek dengan khawatir.

"Tidak kek, setelah kau mengalirkan tenaga dalam ke tubuhku, aku langsung merasakan kehangatan." Balas sang bocah sambil tersenyum lebar, senyuman yang mampu membuat orang melihatnya akan merasakan kenyamanan dan kedamaian.

Fang, itu adalah nama bocah tersebut. Tidak memiliki marga atau tambahan nama seperti kebanyakan orang. Pernah Fang menanyakan hal tersebut kepada sang Kakek, tetapi pria sepuh itu hanya mengatakan ia akan mengetahuinya setelah waktunya tepat. Fang hanya bisa memanyunkan bibirnya, sebab itu tidak tahu kapan waktu yang tepat itu akan datang.

Sesuai perawakannya yang mungil, Fang berusia enam tahun. Meskipun demikian, Fang tidak lemah seperti yang terlihat, dengan tubuh kecilnya ia bisa memikul benda atau hewan yang memiliki berat cukup besar sekali pun. Hal itu sudah sering dilakukannya, misalnya saja mengangkat batang pohon untuk dijadikan kayu bakar atau hewan hasil tangkapannya di hutan.

Hal tersebut bisa terjadi karena bocah itu selalu mengkonsumsi Ginseng Air yang diambilnya di dasar sungai tempat mereka mancing sebelumnya. Ginseng Air itu sendiri berkhasiat untuk meningkatkan kualitas tulang dan memperkuatnya.

Selain itu, ia juga sering membantu sang Kakek untuk membelah kayu, dengan demikian otot-ototnya mulai terbentuk dan membuatnya lebih kuat daripada anak-anak seusianya.

"Kek, apakah aku juga bisa belajar ilmu beladiri sepertimu?" Tanya Fang di sela-sela perjalanan mereka.

"Tentu saja bisa! Kapan kau mau memulainya?"

"Besok!"

Mendengar pernyataan bocah itu, sang Kakek hanya bisa tersenyum tipis. Ia sudah sangat mengenal watak sang bocah, yang selalu ingin mempelajari hal yang baru dan haus akan ilmu.

Sebab itulah, meskipun masih berusia enam tahun, Fang memiliki kecerdasan yang sulit ditemukan pada anak seusianya. Ia juga sudah pandai berhitung, membaca, menulis dan beberapa hal yang harus dikuasai oleh manusia untuk memudahkan aktivitasnya.

Hebatnya, bocah itu mempelajari semua hal tersebut sendirian dari buku yang sering dibawakan sang Kakek ketika pulang dari bepergian. Sebab itulah Fang selalu bersemangat saat Kakek mengatakan akan pergi ke sebuah tempat, karena ia yakin sang Kakek akan membawakan sesuatu yang bisa dipelajarinya saat kembali.

Tanpa disadari, keduanya sudah sampai di depan kediaman mereka. Sebuah gubuk sederhana dengan dinding yang terbuat dari papan dan atap yang terbuat dari daun rumbai. Saat keduanya masuk ke dalam pun, lantai rumah mereka hanyalah tanah.

"Sebaiknya kau beristirahat sejenak sementara Kakek akan membuatkan air hangat untuk kau mandi." Setelah berkata demikian, sang Kakek langsung pergi ke dapur untuk meletakkan ikan hasil tangkapan mereka dan Ginseng Air sebelum membuatkan air panas untuk Fang. Sementara Fang sendiri menuruti perintah Kakek dengan berbaring di sebuah ranjang yang terbuat dari bambu itu.

"Kakek begitu menyayangiku, tapi sampai saat ini belum ada yang bisa kulakukan untuk membuatnya bangga." Gumam sang bocah di dalam hatinya.

Tanpa Fang sadari, lamunannya itu membuatnya mengantuk dan ia pun tertidur dengan pulasnya.

"Fang'er, bangun. Ayo mandi, setelah itu kita makan. Kakek sudah memasakkan makanan kesukaanmu." Bisik Kakek pelan sambil menggoyangkan tubuh Fang untuk membangunkannya.

Fang menggosok matanya, rasa kantuk masih belum mau pergi dari tubuhnya. Tapi ia memaksa dirinya untuk bangun dan menuruti perintah Kakek. Ia pergi ke luar dan mandi air panas yang telah disiapkan Kakek untuknya.

Seperti biasa, selain air hangat terdapat juga beberapa tumbuhan dan campuran lainnya yang tidak diketahui nama maupun jenisnya oleh Fang. Saat Fang mencoba menanyakannya, Kakek lagi-lagi mengatakan ia akan mengetahuinya saat waktunya tepat.

"Kenapa Kakek selalu mengatakan aku akan mengetahuinya saat waktunya tepat untuk menyembunyikan sesuatu dariku? Apa sebenarnya yang harus ku ketahui saat itu dan kapan waktu tepat itu akan tiba?" Fang tidak bisa menahan rasa penasarannya, lama-lama dia bosan mendengar kata-kata itu.

"Cepat mandi setelah itu kita makan!" Kakek tidak menjawab pertanyaan Fang, ia memilih mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Dengan wajah kesal, Fang masuk ke dalam bak dan mulai mandi. Setengah jam berlalu, Fang keluar dari bak mandi itu dan memakai pakaiannya kembali lalu masuk ke dalam rumah. Ternyata ia sudah ditunggu oleh Kakek di meja makan dengan hidangan yang membuat perut kenyang sekali pun ingin kembali menyantapnya.

"Dari bau nya saja sudah enak. Kakek memang koki terbaik." Ucap Fang dengan segera berlari ke meja makan. Rasa marah yang terlihat di wajahnya sebelumnya kini sepenuhnya hilang, digantikan senyuman yang merekah lebar.

"Eeeeeuuuummmmm!"

Fang menciumi bau makanan yang ada dihadapannya, setelah itu tanpa basa-basi ia langsung memakannya.

"Pelan-pelan Fang, tidak akan ada yang merebutnya darimu. Kalau kau makan seperti itu, kau bisa tersedak."

Uhuk-uhuk

Belum kering air ludah Kakek saat memperingatkan Fang, bocah itu sudah terbatuk-batuk dan mencari air minum.

Sang Kakek hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menuangkan air putih untuk diminum bocah itu.

"Maafkan aku kek, habisnya makanan buatan Kakek begitu enak sayang untuk dilewatkan." Ucap Fang sambil mengelus perutnya yang membesar karena kekenyangan. Setelah itu ia membereskan bekas makanan mereka. Sementara sang Kakek pergi keluar rumah sambil membawa seguci arak di tangannya.

Fang menghampiri Kakek yang sedang minum arak tersebut setelah selesai membereskan meja makan. Ia duduk tepat di sebelah sang Kakek.

"Meminum arak sambil memandangi langit malam yang indah, mengingatkanku pada masa mudaku." Ucap Kakek sambil terus menenggak arak di tangannya. Tanpa diminta Fang, sang Kakek menceritakan masa lalunya.

***

Saat sang Kakek masih muda, waktu itu usianya dua puluh tahunan. Sang Kakek memiliki seorang kekasih. Keduanya saling mencintai, mereka bahkan berjanji untuk hidup bersama.

Akan tetapi, pada suatu malam, sang Kakek mendapati kekasihnya itu terbunuh oleh adik seperguruannya. Ia tidak mengetahui apa permasalahannya, sang Kakek hanya melihat wanita pujaannya itu terbaring lemah tak berdaya dengan sebuah tusukan pedang di perutnya.

Sang Kakek murka kepada adik seperguruannya itu, ia juga tidak mendengarkan penjelasan saat adik seperguruannya itu mencoba menjelaskan pokok permasalahannya. Ia langsung menyerang adik seperguruannya dan hampir membunuhnya. Akan tetapi itu tidak ia lakukan, sebab sang Kakek sebenarnya sangat menyayangi adik seperguruannya itu.

Dengan perasaan emosi dan murka, sang Kakek muda meninggalkan sektenya dan memutuskan untuk hidup sendirian mencari kesenangan yang bisa menguatkan hatinya agar tidak mengingat lagi kekasihnya.

Saat-saat itulah langit malam menjadi penting untuknya. Ia selalu menyaksikan hal itu dengan seguci arak di tangannya. Hal itu berlangsung sampai saat ini. Sejak kematian kekasihnya, sang Kakek hanya menghabiskan waktunya untuk berlatih dan mabuk-mabukan.

***

Fang yang mendengar cerita sang Kakek menjadi sedih dan iba. Ia memeluk pria tua yang sudah dianggapnya Kakek kandungnya itu dengan erat dan berkata, "Kakek tidak perlu bersedih, aku akan selalu bersamamu."

Fang sendiri sudah mengetahui sejak lama bahwa pria tua di sampingnya itu bukanlah Kakek kandungnya, tetapi ia tetap menyayanginya seperti Kakek kandungnya sendiri. Begitupun sebaliknya, sang Kakek juga menyayangi Fang dan menganggapnya seperti cucunya sendiri.

Sang Kakek hanya tersenyum pahit saat Fang berkata akan selalu bersamanya, sebab ia mengetahui bahwa suatu saat nanti, ia dan Fang akan berpisah karena bocah itu harus mencari jati dirinya dan mengetahui kebenaran identitasnya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Andi Setianusa
cukup bagus
goodnovel comment avatar
Sri Tanti
bagus ceritanya.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Penguasa   Pengenalan dan Pemahaman

    Karena terlalu mabuk, sang Kakek pun akhirnya pingsan tidak sadarkan diri. Fang yang melihat hal tersebut hanya bisa memanyunkan bibirnya sebab ia tahu apa yang harus dilakukannya setelah itu.Fang langsung menaikkan tubuh sang Kakek ke punggungnya, lalu menggendongnya kembali ke dalam rumah. Lagi-lagi, bocah itu menunjukkan tubuhnya yang kuat berbeda dengan anak-anak seusianya. Sebab ia tanpa kesulitan menggendong tubuh pria tua tersebut."Hanya dengan arak murah seperti ini sudah membuat Kakek tidak sadarkan diri." Fang menggelengkan kepalanya dan mulai menggerutu. Sementara itu, sang Kakek yang berada di punggungnya tertawa kecil, ternyata ia masih sadarkan diri.Fang sebenarnya mendengar hal tersebut, tapi ia pura-pura tidak mengetahuinya dan tetap menggendong sang Kakek sampai ke dalam rumah. Sebab itu adalah masa-masa terbaik yang bisa mereka lalui.Keesokan paginya, ketika Fang bangun dari tidurnya. Dengan menggosok kedua matanya yang masih menahan

  • Sang Penguasa   Latihan

    Beberapa saat kemudian, Kakek kembali lagi dengan membawa sebuah keranjang yang cukup besar. Keranjang itu biasa Kakek bawa untuk menangkap ikan."Mancing lagi kek?" Tanya Fang, "Katanya hari ini mau ngajarin aku ilmu beladiri?" Sambungnya sedikit cemberut."Keranjang ini adalah alat untuk latihan pertamamu," balas Kakek tanpa menjelaskan lebih lanjut."Ayo ikuti Kakek," Sambung pria tua itu sambil berjalan meninggalkan rumah. Fang sendiri mengikutinya dari belakang.Keduanya berhenti setelah berada di lokasi yang banyak bebatuan. Sang Kakek menurunkan keranjang di punggungnya dan mulai memasukkan bebatuan yang ukurannya cukup besar ke dalamnya tanpa banyak bicara.Di sisi lain, Fang penasaran dengan yang dilakukan Kakeknya itu. Akan tetapi, sebelum ia menanyakannya, sang Kakek sudah selesai mewadahi bebatuan tersebut."Kemari," panggil Kakek kepada Fang. Fang menurutinya, walaupun banyak pertanyaan yang ada di benaknya."Sekarang, co

  • Sang Penguasa   Hewan Liar

    Fang menghentikan lajunya setelah hampir menabrak tubuh babi hutan itu. Ia ingin meninggalkannya, akan tetapi babi hutan tersebut tidak membiarkannya."Ngok-Ngok," babi hutan tersebut seakan bertanya kenapa Fang mengganggunya. Hewan liar itu mendengus kesal dan bersiap menyerang si bocah kecil.Tanpa menunggu penjelasan Fang dan meskipun bocah itu menjelaskan sekalipun sang babi hutan tersebut tidak akan mengerti, hewan liar itu menyerangnya dengan ganasnya."Tunggu dulu, kenapa kau menyerang ku?" Ucap Fang sambil menghindari serangan babi hutan. Ia tidak berminat menanggapi serangan hewan liar tersebut."Ngok-Ngok," sang babi hutan tidak mengerti ucapan Fang. Malah hewan liar itu menganggap Fang menghinanya. Oleh sebab itu, sang babi hutan menambah keganasannya dalam menyerang Fang.Awalnya Fang bisa menghindari semua serangan babi hutan itu, akan tetapi pada serangan-serangan selanjutnya, ia tidak bisa menghindarinya dan membuat sang babi hutan b

  • Sang Penguasa   Harimau Cambuk Api

    Empat tahun telah berlalu, kini Fang menginjak usia sepuluh tahun. Perubahan besar terjadi padanya, terutama untuk tubuhnya yang kini sudah lebih besar dan tinggi daripada sebelumnya.Saat ini Fang sedang duduk di bebatuan besar di bawah air terjun, ia sedang bermeditasi untuk berlatih pernapasan dan menambah tenaga dalamnya. Fang sendirian, Sang Kakek tidak terlihat di sana sebab ia mulai membiarkan Fang berlatih sendiri sejak setahun yang lalu.Fang membuka matanya saat ia mendengar sebuah raungan keras yang mengganggu telinganya. Ia menoleh ke sekitarnya, tetapi tidak menemukan keberadaan sosok yang meraung itu. Anehnya lagi, raungan tersebut tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi."Suara apa itu tadi?" Fang tidak berdiam diri, dia begitu penasaran dengan suara tersebut. Ia memutuskan untuk menghentikan latihannya dan memeriksa beberapa lokasi di dekat tempat itu.Setelah beberapa waktu, ia tidak menemukan apapun yang mencurigakan atau pun sosok yang me

  • Sang Penguasa   Pertarungan Antara Hewan Gaib

    Harimau Cambuk Api memulai pertarungan, ia melompat ke dalam kerumunan Serigala Haus Darah. Hewan Gaib itu mengibaskan ekornya ke arah salah satu Serigala Haus Darah dan mengincar bagian kepalanya. Namun tidak mengenai target, sebab serigala-serigala itu bergerak dengan cepat. "Auuummm," raung Harimau Cambuk Api. Tampaknya sebuah raungan dapat meningkatkan gairah dan kepercayaan diri Harimau Cambuk Api. Sementara kawanan Serigala Haus Darah tidak membiarkan Harimau Cambuk Api menyerang mereka dengan leluasa. Memanfaatkan jumlah mereka yang banyak, sepuluh ekor Serigala Haus Darah itu menyerang Harimau Cambuk Api secara bersamaan yang membuatnya harus melompat mundur dari kepungan itu. "Pertarungan yang luar biasa," ucap Fang pelan sambil terus mengamati pertarungan antara Hewan Gaib itu. Fang kemudian menyaksikan Harimau Cambuk Api sedang membuka mulutnya lebar-lebar dan sesaat kemudian melepaskan sebuah gumpalan api berwarna merah kebiruan yang meles

  • Sang Penguasa   Teman Baru

    "Kakek, aku pulang," Fang mencari keberadaan Kakeknya dan menemukannya sedang memasak saat ia kembali bersama dengan Xiao Laohu.Kakek membalikkan badannya dan tersenyum kepada Fang, tapi senyumannya terhenti setelah ia menemukan seekor harimau di belakang bocah itu. Yang paling membuatnya terkejut adalah karena ia mengetahui identitas sang harimau."Harimau Cambuk Api?" Tanya Kakek dengan penasaran, meskipun demikian tidak ada ketakutan di wajahnya. Hal itu cukup membuat Fang mengerti bahwa sang Kakek tidak khawatir akan diserang oleh sang harimau."Tampaknya kekuatan Kakek jauh lebih tinggi di atas Xiao Laohu," gumam Fang di dalam hatinya. Ia bertambah penasaran dengan kekuatan pria tua di hadapannya itu.Kekuatan Xiao Laohu sendiri berada di tingkat setara dengan Pend

  • Sang Penguasa   Latihan Kembali

    Fang bangun pagi-pagi sekali, seperti hari-hari sebelumnya. Ia mulai bersiap untuk pergi latihan.Bocah itu tidak lupa membangunkan Xiao Laohu dan mengajaknya ikut dengannya. Menurutnya akan lebih menyenangkan jika ia berlatih bersama Harimau Cambuk Api itu.Sebelum pergi, ia tidak lupa memeriksa kamar Kakeknya dan menemukan pria tua itu sedang tertidur pulas. Ia bisa melihat pria tua itu sangat kelelahan."Ayo kita pergi, Laohu." Fang kemudian terbang menggunakan ilmu meringankan tubuhnya dan bergerak dari satu pohon ke pohon lainnya. Gerakan dan langkahnya sudah begitu cepat, tetapi masih kalah dibandingkan Xiao Laohu. Hal itu membuat Fang kagum sekaligus terpana melihat kemampuan Harimau Cambuk Api itu.Beberapa saat kemudian mereka sampai di tempat Fang biasanya latihan. Ia melakukan pemanasan sebentar sebelum duduk di atas batu yang berada di bawah air terjun."Aku akan menjadi kuat sampai tidak ada yang bisa melawanku. Sebab dengan kekuatan l

  • Sang Penguasa   Keluar Persembunyian

    Fang terus berlatih dari hari ke hari, ia juga menambah porsi latihannya untuk bertambah kuat secepat mungkin. Hari itu, Fang juga ingin pergi ke tempat biasanya ia berlatih, semua sudah disiapkan namun sebelum ia keluar rumah, Kakek memanggilnya dan membuatnya menghentikan langkah."Hari ini kau tidak perlu latihan, Kakek ingin mengajakmu ke Kota," ucapan Kakek itu membuat Fang mematung dalam beberapa detik."Apa? Kakek mengatakan ingin mengajakku ke Kota?" Fang membatin lalu mengorek-ngorek lubang telinganya beberapa kali berpikir ia salah mendengar."Apa aku salah dengar, Kek?" Tanya Fang mamastikan. Setelah Kakeknya mengatakan bahwa Fang tidak salah, ia melompat dengan kegirangan."Hore, akhirnya aku bisa melihat Kota," teriaknya dengan semangat. Terlihat betul di wajahnya bahwa Fang sudah lama menantikan hal tersebut.Kakek hanya tersenyum tipis menanggapinya, lalu meminta Fang untuk bersiap-siap."Bagaimana dengan Laohu, Kek?" Tanya Fa

Bab terbaru

  • Sang Penguasa   Pengumuman!

    Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.

  • Sang Penguasa   Sepatah Dua Kata dari Author

    Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se

  • Sang Penguasa   Akhir Kebahagiaan

    Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me

  • Sang Penguasa   Akhir Pertempuran Berdarah

    Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya

  • Sang Penguasa   Pertempuran Berdarah XIV

    Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr

  • Sang Penguasa   Pertempuran Berdarah XIII

    "Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha

  • Sang Penguasa   Pertempuran Berdarah XII

    Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l

  • Sang Penguasa   Pertempuran Berdarah XI

    Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b

  • Sang Penguasa   Pertempuran Berdarah X

    Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung

DMCA.com Protection Status