Home / Fantasi / Sang Pendekar / Tiga hari menjelang perang

Share

Tiga hari menjelang perang

last update Huling Na-update: 2021-05-06 21:43:39

Senopati Randu Aji berkata, “Tidak ada bedanya kau dengan sebuah sumpit, aku memakai panah. Sedang yang aku kejar berlari kencang sekali, yang kau kejar tidak.”

“Kau rasa menyumpit kelinci atau burung lebih mudah dari memanah seekor rusa yang punya kecepatan dalam berlari?"

"Aku rasa seperti itu, sesuai dugaanku." Tertawa lagi sang Senopati.

Perbincangan mereka pun terhenti kala mendengar jejak langkah di balik semak belukar yang ada di sebelah kanan posisi mereka.

"Sepertinya, itu jejak langkah seekor rusa atau babi hutan." Rangkuti memalingkan pandangannya ke arah semak belukar itu dan langsung mengarahkan busur panah ke tempat tersebut.

"Hati-hati ... jangan sampai meleset lagi!" Senopati Randu Aji mengingatkan.

"Tenang saja ... aku pasti bisa menancapkan dengan sempurna anak panahku ini!" ucap Rangkuti berkeyakinan tinggi.

“Sebaiknya kau turun. Kau tidak akan bisa memanah sambil naik kuda!" saran Senopati Randu Aji.
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Sang Pendekar   Perjalanan menuju Alas Conan

    Para prajurit berkuda berjalan memacu kuda mereka perlahan untuk menuju alas Conan Utara. Mereka berada di barisan depan mengawal sang raja yang berada di kereta kencana bersama sang senopati lengkap dengan busur panah melekat di punggung masing-masing prajurit itu.Di barisan kedua, tampak para prajurit pedang berjajar rapi mengikuti para prajurit panah disusul oleh ratusan meriam yang ditarik dengan menggunakan ratusan gerobak kuda dan sapi berukuran besar-besar.Di sepanjang perjalan, sang raja tidak melihat Anggadita sehingga menimbulkan rasa penasaran baginya, bertanyalah ia kepada sang senopati, "Aku tidak melihat keberadaan Adipati Anggadita, apakah ia tidak ikut dalam rombongan ini?"Sejenak sang senopati bangkit dari duduknya, sorot mata tajamnya mengamati barisan para prajurit berkuda yang ada di depan kereta kencana itu, tersenyumlah Senopati Randu Aji dan duduk kembali seraya berkata kepada sang raja, "Adipati Anggadita ada di barisan depan bersama Gondang

    Huling Na-update : 2021-05-07
  • Sang Pendekar   Dua perang besar akan segera terjadi

    Setibanya di tempat tujuan, kuda-kuda itu pun berhenti. Kemudian, Adipati Anggadita pun turun dari kuda dan langsung menghampiri sang raja, "Mereka akan segera memasang tenda dan membuat perkemahan di area ini, Gusti Prabu," Adipati Anggadita memandangi wajah sang raja."Sebelum membangun perkemahan tolong panggilkan para prajurit Kundar yang sudah ikut dengan kita!" titah Prabu Erlangga."Baik, Gusti Prabu." Anggadita langsung melaksanakan tugas tersebut dan memanggil ke tujuh belas prajurit kerajaan Kundar itu.Mereka pun langsung melangkah menghadap sang raja, "Ada apa, Gusti Prabu?' tanya Domala dengan hati yang berdebar-debar. Khawatir akan adanya kemarahan dari sang raja kepada mereka.Domala merupakan seorang pimpinan belasan prajurit Kundar yang sudah bergabung dengan prajurit kerajaan Sanggabuana.“Domala!” seru sang raja menatap tajam ke arah Domala yang tertunduk di hadapannya.Domala mengangkat wajah dan berkata meskipun ia belum tahu

    Huling Na-update : 2021-05-08
  • Sang Pendekar   Perang besar pun terjadi

    Ada segerombolan para pemuda di alas tersebut, tampak jelas mereka berpenampilan biasa dan sudah diduga kuat mereka itu merupakan pengungsi yang sedang mencari perlindunganAryadana berdiri dengan gagahnya menghadang orang-orang tersebut, sembari mengamati wajah-wajah mereka yang tampak kelelahan. Berkatalah Aryadana, “Hai! ... kalian ini siapa?” seru Aryadana mengarah kepada sekelompok orang-orang yang sedang berjalan menuju ke arah perkemahan.Sekilas terpancar kegembiraan di mata orang-orang tersebut, ketika mendapat sapaan dari Aryadana."Kami rakyat yang tertindas ... kami hendak mencari perlindungan," jawab salah satu di antara orang tersebut, berkata dengan lantangnya. "Kami kelaparan, kami butuh perlindungan!" sambungnya sedikit berteriak.Menolehlah Adipati Anggadita ke arah Aryadana, "Apakah kau mengenali mereka?"Tersenyum Aryadana seakan-akan ia mengetahui siapa mereka sebenarnya. Namun kemudian ia berusaha menghapus kesan itu dan berkata, “Aku tidak menge

    Huling Na-update : 2021-05-09
  • Sang Pendekar   Runtuhnya Kekuasaan Raja Sombong

    Prabu Rawinta masih terlihat kuat dan terus berusaha untuk bangkit meskipun sebagian wajah dan tubuhnya sudah tampak hangus dan terkelupas."Aku akan abadi, dan aku tidak akan mati," ucap Prabu Rawinta.Meskipun sudah dalam keadaan lemah, ia masih tetap bersikap sombong dan takabur. Seakan-akan, ia tidak menerima kekalahan tersebut."Dewata yang akan menghentikan nafasmu wahai sang Prabu!" seri Senopati Randu Aji, sedikit merasa jengkel"Jangan banyak bicara kau anak muda!" gertak Prabu Rawinta sembari memuntahkan darah segar dalam mulutnya.Sejatinya, ia sudah tak akan lama lagi bertahan hidup. Mengingat kondisinya saat itu sudah dalam keadaan terluka parah. Namun, Prabu Rawinta masih tetap bertahan hidup. Mungkin karena dipengaruhi oleh ilmu kesaktian yang dimilikinya."Jangan jumawa kau Prabu!" kata Prabu Erlangga membungkukkan badan meraih kerikil kecil di atas tanah tempat ia berpijak. "Aku rasa kerikil ini akan mengantarmu ke Ner

    Huling Na-update : 2021-05-10
  • Sang Pendekar   Tugas Dari Sang Raja

    Para prajurit itu pun langsung berbaris dengan rapi dan teratur. Mereka siap mendengar pengumuman yang akan diutarakan oleh sang raja sebelum kembali ke istana. Kemudian, berdirilah sang raja di hadapan ribuan para prajuritnya.Berkatalah sang raja, “Kalian sedang menjalankan tugas. Jika selama kalian bertugas kalian bertemu kembali dengan para penjahat dan akan terjadi sesuatu pada diri kalian, aku harap kalian bersiap mengabdikan diri untuk berjuang dalam memerangi keangkaramurkaan dan jangan lari hanya untuk menyandang gelar pengecut!"Serentak bergemuruh, para prajurit itu menyahuti ucapan sang raja. "Siap, Gusti Prabu ....""Untuk kalian, tidak akan kembali seutuhnya ke istana. Karena, aku akan menugaskan sebagian di antara kalian untuk tetap di sini!" kata Prabu Erlangga. "Empat ribu di antara kalian akan tetap berada di sini, untuk membangun Conan Utara menjadi sebuah kadipaten baru dalam memperkokoh kekuatan dan ekonomi kerajaan Sanggabuana! Apa kalian s

    Huling Na-update : 2021-05-12
  • Sang Pendekar   Sikap Bijaksana dari Soarna

    Tiba-tiba saja hatinya menjadi gelisah. Ia memang dicemaskan oleh cerita para prajurit Kundar dan juga prajurit-prajurit lainnya. Peristiwa menakutkan telah terjadi menimpa mereka di tempat tersebut. Alas Conan Utara merupakan tempat yang masih angker dan masih menjadi tempat favorit bagi binatang-binatang buas. Terutama harimau dan singa yang masih berkeliaran di area hutan tersebut."Kau takut dan ragu berada di alas Conan Utara ini?" tanya Aryadana menatap tajam wajah Sargeni.Lalu, menolehlah Sargeni ke arah Aryadana yang baru tiba itu. Berkatalah ia untuk meyakinkan Aryadana, "Untuk pribadiku, aku tidak merasa takut. Aku hanya merisaukan keselamatan para prajurit saja!"Aryadana pun tersenyum dan menjawab kalimat yang diucapkan oleh Sargeni, "Kita di sini adalah keluarga. Aku harap, kita bisa saling melindungi satu sama lain," ungkap Aryadana mengangkat tangan dan meletakkannya di atas pundak Sargeni.“Aryadana ... Sargeni ...!" Soarna mengacun

    Huling Na-update : 2021-05-17
  • Sang Pendekar   Titah Sang Raja untuk Adipati Anggadita

    Di istana saat itu sudah ramai dengan persiapan jelang pernikahan sang raja dengan Arimbi serta pernikahan sang senopati Randu Aji dengan Arumbi---adik kembarnya Arimbi.Mereka sengaja menggelar hari pernikahan secara bersamaan atas dasar kehendak Prabu Erlangga dan sudah dapat persetujuan dari Ki Bayu Seta selaku orang tua dari Arimbi dan Arumbi.Tiga hari menjelang pernikahan, Ki Bayu Seta kedatangan tiga orang tamu utusan dari Ki Sowandaru yang tidak ia kenali. Ketiga utusan Ki Sowandaru mendatangi Padepokan Kumbang Hitam dan ingin bertemu dengan Ki Bayu Seta. Para murid di padepokan itu pun tidak ada yang mengenalinya dan bahkan mereka melakukan penghadangan serta sempat terlibat pertarungan dengan ketiga tamu utusan dari Ki Sowandaru itu.Para murid padepokan langsung menangkap ketiga tamu tak dikenal itu, dan langsung di hadapkan kepada sang guru mereka."Maaf, Guru. Kami menangkap ketiga orang ini, karena mereka tidak kami kenali dan tidak mau menj

    Huling Na-update : 2021-05-18
  • Sang Pendekar   Kebenawatan Prabu Durdona

    Sore hari, ribuan wadiya balad kerajaan Sanggabuana sudah berkumpul di halaman istana. Karena sore itu, mereka hendak melaksanakan tugas dari sang raja untuk membantu kerjaan Randakala dalam menghadapi agresi kerajaan Kuta Waluya.Berdirilah sang raja di hadapan ribuan para wadiya baladnya, berkatalah sang raja, “Aku berharap kalian tidak akan pulang sebelum meraih kemenangan!” seru sang raja.Para prajurit itu pun langsung menyahut dengan begitu semangat secara bersamaan, "Hidup Sanggabuana ... hidup sang Raja ... hidup Randakala...." Bergema dan membuat gaduh suasana istana."Pastikan keselamatan diri kalian masing-masing, lindungi rakyat dan kerajaan Randakala. Mereka adalah saudara kita!" timpal Ki Bayu Seta ikut angkat bicara.Setelah itu, rombongan para prajurit langsung bergerak menuju ke arah timur dengan membawa persenjataan lengkap dan perbekalan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sewaktu dalam peperangan.Meskipun mas

    Huling Na-update : 2021-05-20

Pinakabagong kabanata

  • Sang Pendekar   Maha Patih Akilang (Bab terakhir)

    Sore hari, setelah berangkatnya Senopati Yurawida ke istana kerajaan Sanggabuana. Maha Patih Akilang kembali melakukan perbincangan dengan para prajurit senior. Kebrutalan para prajurit kerajaan Sirnabaya masih menjadi topik penting dalam perbincangan tersebut."Hidupku tidak akan pernah merasa tenang sebelum bisa membalas kematian para prajurit kita dan aku berjanzi akan menghancurkan kerajaan Sirnabaya yang sudah bertindak sewenang-wenang terhadap kerajaan kita!" kata Maha Patih Akilang berbicara dengan para prajuritnya di pendapa istana kepatihan."Aku pikir ini semua hanya sebuah kesalahpahaman saja, Gusti Patih?" tanya seorang prajurit senior mengerutkan kening."Itu hanya alasan dari Jaka Sena. Sebenarnya ia sudah merancang sedemikian rupa," jawab Maha Patih Akilang di antara deru napas yang bergejolak penuh dengan amarah yang sudah membumbung tinggi di dalam jiwa dan pikirannya kala itu."Saat masih menjabat sebagai panglima pasukan sejagat raya pun, ia sudah berusaha menekan pa

  • Sang Pendekar   Serangan Mendadak Dari Pasukan Kerajaan Sirnabaya

    Dengan demikian, Darunda dan Panglima Janeka terus berbincang sambil mengamati pergerakan pasukan musuh. Mereka duduk santai di sebuah bangku panjang yang ada di atas tembok raksasa yang menjulang tinggi—pagar pembatas dan benteng pertahanan wilayah kerajaan Sanggabuana."Prabu Wihesa adalah murid Ki Buyut Dalem, dia dibesarkan di wilayah kepatihan Waluya Jaya semasa masih menjadi sebuah kadipaten sebelum bergabung dengan kerajaan Sanggabuana," terang Panglima Janeka."Aku baru tahu, ternyata Wihesa merupakan seorang pendekar sakti yang memiliki ilmu kanuragan yang sangat mumpuni," ujar Darunda.Panglima Janeka menghela napas dalam-dalam, kemudian mengeluarkan perlahan sambil tersenyum memandang cahaya obor yang tampak remang-remang di tengah hutan.Posisi Panglima Janeka dan Darunda kala itu berada di atas tembok raksasa, sehingga apa pun yang terjadi di dalam hutan akan terlihat, apalagi dengan kondisi hutan yang gundul seperti itu.Kala itu, hanya D

  • Sang Pendekar   Pergerakan Dari Pasukan Kuta Waluya

    Di saung tersebut, sang raja langsung membicarakan sesuatu yang sangat penting kepada pendekar muda itu. Sejatinya, raja dan maha patih sangat tertarik kepada Kumba dan mereka berniat untuk merekrut pemuda itu untuk menjadi seorang prajurit kerajaan.Semua berdasarkan penilaian dari sang raja dan maha patih yang suka dengan kepiawaian pendekar tersebut dalam hal olah kanuragan."Seandainya kau mau dan siap. Aku akan menawarkan sesuatu buatmu," kata sang raja lirih, pandangannya lurus ke wajah Kumba.Kumba menghela napas sejenak. Ia berpikir, "Apakah aku layak menjadi prajurit di kerajaan? Sedangkan kemampuanku hanya terbatas?"Maha Patih Randu Aji mengerutkan kening dan mengamati Kumba yang hanya diam termangu. "Jawablah! Jika kau bersedia, kau akan mendapatkan kedudukan sebagai prajurit dan bisa mendapatkan pelatihan khusus dari para pelatih ilmu beladiri di Padepokan Kumbang Hitam!" timpal Maha Patih Randu Aji menatap tajam wajah Kumba–sang pendekar muda

  • Sang Pendekar   Kumba Sang Pendekar

    Ketika fajar sudah menyingsing, para prajurit kerajaan Sanggabuana segera bergerak melewati perbatasan wilayah kerajaan Sanggabuana. Kemudian, ribuan pasukan tersebut memasuki hutan dengan maksud mengambil jalan pintas hendak menuju barak para prajurit kerajaan Sirnabaya—yang menjadi target utama serangan pagi itu.Beberapa meter hampir mendekati target, Senopati Yurawida segera menyeru kepada para prajuritnya untuk berhenti sejenak. Dengan demikian, pasukan yang berjalan di barisan terdepan pun segera menghentikan langkah mereka."Tugas utama kita adalah menghancurkan barak musuh dan mengusir mereka agar menjauh dari daerah ini!" kata Senopati Yurawida berkata kepada para panglimanya yang kala itu berada di barisan terdepan ribuan pasukan tersebut."Tapi ingat! Kalian harus berhati-hati, jangan sampai menimbulkan banyak korban dari prajurit kita!" pinta sang senopati menambahkan."Baik, Senopati. Kami akan melindungi pasukan di barisan depan dengan menggun

  • Sang Pendekar   Menjelang Perang Di Batas Kerajaan

    Namun, para prajurit tersebut berlari dengan begitu cepat. Sehingga para prajurit kerajaan Sanggabuana tidak dapat mengejar mereka.Entah ke mana larinya mereka? Langkah dan pergerakan mereka sudah tidak dapat dideteksi ketika masuk ke wilayah kerajaan Sirnabaya.Akan tetapi, para prajurit kerajaan Sanggabuana sudah dapat mengetahui, bahwa para penyusup itu merupakan kelompok prajurit kerajaan Sirnabaya yang sengaja masuk ke wilayah kedaulatan Kundar yang kini sudah masuk dalam wilayah kerajaan utama Sanggabuana.Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak Panglima Amerya yang kala itu dipercaya sebagai pimpinan keamanan di wilayah tersebut. "Apa maksud mereka, hingga berani menyusup ke wilayah kita?" tanya Panglima Amerya mengarah kepada seorang prajurit yang baru kembali setelah mengejar para penyusup itu.Prajurit itu mengerutkan keningnya, tampak tidak memahami apa yang dikehendaki dan direncanakan oleh para penyusup tersebut."Entahlah, aku p

  • Sang Pendekar   Terbentuknya Kadipaten Conada

    Sebulan kemudian, Prabu Erlangga langsung memanggil Dewangga, Dasamuka, dan segenap tokoh masyarakat Conada. Prabu Erlangga hendak membicarakan kesepakatan bersama tentang pembentukan kadipaten Conada sesuai keinginan rakyat di daerah tersebut.Prabu Erlangga dan para tokoh utama Conada segera menggelar pembicaraan penting yang membahas pembentukan pejabat pemerintahan untuk memimpin kadipaten Conada, musyawarah tersebut dihadiri pula oleh para petinggi istana dan juga Adipati Sargeni serta Adipati Soarna sebagai perwakilan dari daerah yang dulunya merupakan bagian dari induk daerah Conada yang sebagian besar wilayah tersebut masuk di dalam wilayah pemerintahan dua kadipaten itu."Apakah kalian akan menyetujui dan menerima keputusanku, jika aku sendiri yang memilih siapa yang layak menjadi seorang pemimpin yang akan menjadi adipati di kadipaten Conada?" tanya sang raja di sela perbincangannya dengan para tokoh masyarakat Conada.Dasamuka dan tokoh masyarakat Conada ya

  • Sang Pendekar   Tewasnya Pimpinan Pemberontak

    Beberapa saat kemudian, para prajurit kerajaan Sanggabuana sudah berhasil mendekat ke arah lembah tempat keberadaan para pemberontak tersebut, Panglima Wanakarma dan Panglima Jaka Kelana segera membagi tugas."Kau dengan 150 prajurit segera naik ke bukit sana, aku dan yang lainnya tetap di sini!" bisik Panglima Jaka Kelana."Baik, Panglima." Panglima Wanakarma segera turun dari kudanya. Setelah mengikatkan tali kuda, ia langsung memerintahkan para prajuritnya untuk segera naik ke atas bukit yang berada tepat di atas lembah. Dengan penuh kehati-hatian dan terkesan senyap, Panglima Wanakarma dan para prajuritnya mulai bergerak perlahan naik ke atas bukit dengan maksud menyergap para prajurit musuh yang berada di beberapa saung yang mereka dirikan si atas bukit tersebut."Kalian langsung sergap mereka! Jika mereka tidak melakukan perlawanan jangan sakiti mereka!" perintah Panglima Wanakarma.Para prajurit itu pun segera melaksanakan tugas tersebut dan langsung

  • Sang Pendekar   Persiapan Dalam menggempur Para Pemberontak

    Ternyata semua rencana berjalan seperti yang telah diperhitungkan. Pasukan pemberontak akhirnya mundur tepat pada waktunya, meskipun para prajurit kerajaan Sanggabuana tidak melakukan gangguan terhadap mereka.Pra prajurit kerajaan Sanggabuana yang baru tiba itu, sangat merasakan kenyamanan setelah melakukan perjalanan jauh, tiba di tempat tersebut tanpa ada halangan."Bersyukurlah, kita datang mereka sudah lebih dulu ketakutan dan menjauh dari tempat ini," ujar Wanakarma sang panglima perang yang baru saja pulang dari Kepatihan Waluya Jaya dan langsung ikut bersama Senopati Lintang ke Alas Conan."Aku harap, kalian bisa menikmati istirahat kalian malam ini," timpal Panglima Jaka Kelana.Dari kelima ratus prajurit yang dipimpinnya itu, yang bertugas jaga hanya sekitar seratus prajurit saja, itu pun secara bergiliran agar mereka tidak terlalu kelelahan ketika akan menggempur pertahanan musuh di dalam hutan tersebut."Kalian harus segera istirahat!" seru Pangl

  • Sang Pendekar   Senopati Lintang Hendak Mengusir Pemberontak

    Keesokan harinya tepat menjelang sore, Panglima Jaka Kelana dan Senopati Lintang serta ribuan pasukan dengan persenjataan lengkap sudah bersiap hendak melakukan perjalanan jauh menuju ke kadipaten Conan Selatan dan Conan Utara untuk mengamankan kedua kadipaten tersebut dari teror para pemberontak yang akhir-akhir ini kerap melakukan teror terhadap para penduduk.Tampak seribu prajurit khusus sudah bersiap untuk segera berangkat, ada sekitar 300 pasukan kuda dan 20 pedati yang ditarik oleh beberapa ekor sapi yang membawa peralatan kemah dan juga bahan makanan untuk perbekalan para prajurit selama bertugas di sana."Aku harap kalian berhati-hati dan waspada terhadap para pemberontak itu!" pesan Prabu Erlangga di sela pelepasan para prajurit kerajaan yang hendak bertugas menumpas para pemberontak yang berada di hutan Conan."Baik, Gusti Prabu," ucap Senopati Lintang.Selain dirinya, istrinya pun ikut dalam tugas tersebut. Winiresti bersama ratusan prajurit wanita dan pasuka

DMCA.com Protection Status