Beranda / Fantasi / Sang Pendekar / Tewasnya Panglima Kumari Di Alas Gandok

Share

Tewasnya Panglima Kumari Di Alas Gandok

Penulis: CahyaGumilar79
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Prabu Wihesa teramat murka ketika mengetahui bahwa Panglima Janeka sudah menjadi seorang panglima pertahanan baru yang bertugas di wilayah kepatihan Waluya Jaya. Kabar tersebut, sangat menjadi suatu tamparan keras baginya, hingga perasaan dan jiwa sang raja.

"Harusnya aku binasakan dia sedari dulu," desis Wihesa geram.

Prabu Wihesa menghela nafas panjang, dan berpaling ke arah Maha Patih Daksasana. Berkata Prabu Wihesa disertai emosi yang begitu tinggi, "Tiga hari ke depan kita serang pos penjagaan yang ada di perbatasan dan ini harus dilakukan dengan senyap dan hanya 100 prajurit pilihan yang boleh melakukan tugas ini!" tegasnya dengan sorot mata tajam memandang wajah Maha Patih Daksasana.

"Baik, Gusti Prabu. Hamba faham dengan tugas ini, kemungkinan di malam ketiga di hari yang Gusti Prabu tentukan setidaknya kita dapat melakukan teror dan membunuh para penjaga pos keamanan tersebut," ujar sang maha patih.

"Ya, seperti itu. Tugas ini aku serahkan kepada Panglim
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Pendekar   Siasat Dari Adipati Dangkulan

    Prabu Wihesa sudah tampak prustasi, dengan kegagalan para prajuritnya yang berangkat ke Alas Gandok, menuai kekalahan telak. Bukanlah para pemberontak yang dibinasakan oleh para prajuritnya, justru sebaliknya mereka jadi bulan-bulanan para prajurit pemberontak."Hamba sarankan, Gusti Prabu harus tenang!" kata Maha Patih Daksasana sedikit menyarankan sang raja agar tidak terlalu panik dengan tewasnya ratusan prajurit kerajaan dan juga seorang panglima andalannya itu.Raut wajah Prabu Wihesa tampak memucat duduk di singgasana dengan sederet kegundahan dan rasa kesal menyelimuti jiwa dan pikirannya kala itu."Bagaimana aku bisa tenang, Maha Patih. Kau lihat sendiri pemberontak terus berkeliaran di wilayah kerajaan kita, Waluya Jaya sudah terlepas dan beberapa kadipaten mulai dibayang-bayangi oleh pemberontakkan!" Prabu Wihesa tampak geram dan sudah kehilangan gagasan, ia tampak pusing dalam memikirkan bagaimana caranya menanggulangi arus pemberontakkan yang semakin hari

  • Sang Pendekar   Hilangnya Prabu Erlangga

    Keesokan harinya, para prajurit kerajaan Sanggabuana yang bertugas di kadipaten Kuta Gandok sudah bersiap untuk melakukan serangkaian tembakkan meriam-meriam yang sudah disiagakan itu, untuk menggempur basis pertahanan para pemberontak yang berada di dalam hutan tidak jauh dari pemukiman penduduk yang ada di desa tersebut."Apakah serangan itu akan dimulai sekarang, Panglima?" tanya Rungga menatap wajah Panglima Jasinga."Lakukan sekarang!" tegas sang panglima segera memerintahkan prajuritnya itu.Demikian, setelah mendapatkan persetujuan dari sang panglima, Rungga yang merupakan prajurit senior langsung memerintahkan para prajurit lainnya untuk segera menembakkan meriam-meriam itu ke arah sasaran utama yang berada di kedalaman rimba tersebut.Rungga mengangkat pedang tinggi dan berteriak kencang, "Tembak!" seru Rungga.Para prajurit itu pun segera melaksanakan tugas dari pimpinannya itu. Meriam-meriam tersebut, merupakan persenjataan canggih yang diimpor da

  • Sang Pendekar   Penyamaran Prabu Erlangga

    Kemudian Prabu Erlangga bertanya lagi kepada sang pemilik warung itu, "Apakah Panglima Janeka melaksanakan tugas di Kepatihan ini cukup baik, atau sebaliknya, Ki?"Ki Barga menggelengkan kepalanya. Lalu, ia menjawab pertanyaan sang raja, “Aku tidak mengetahuinya dengan jelas. Aku hanya mendengar dari orang-orang yang sering datang ke warungku, termasuk para prajurit yang bertugas keliling mengamankan desa ini yang sering singgah dan makan di sini," terang Ki Barga.Kemudian, ia berkata lagi, "Mereka mengatakan kalau Panglima Janeka memang seorang pemimpin yang baik dan sangat disukai oleh para prajuritnya," tandas Ki Barga menyampaikan apa yang dengar dari para prajurit yang sering singgah di warungnya.Prabu Erlangga menjadi termangu-mangu. Berkata dalam hatinya, "Ternyata Janeka tidak pernah surut niat baiknya, dan terus berusaha menjadi orang baik."Demikianlah, perbincangan Ki Barga dengan Prabu Erlangga yang masih menyembunyikan identitasnya itu, berla

  • Sang Pendekar   Pertarungan Panglima Janeka Dengan Prabu Erlangga

    Seketika, ruang terbuka itu menjadi arena pertarungan yang cukup sengit antara sang raja dengan panglimanya sendiri. Sejatinya, Panglima Janeka belum mengetahui kalau musuh yang dihadapinya adalah sang junjungannya sendiri yang sedang melakukan penyamaran dan menguji dirinya.Sabetan pedang terus dilancarkan oleh Panglima Janeka ke arah sang raja, dengan penuh kelihaian dan ketangkasan sang raja terus menangkis alur serangan dari Panglima Janeka. Hingga pada akhirnya, sang raja menghentakkan kaki tiga kali ke tanah, sehingga terjadi guncangan dahsyat laksana sebuah gempa yang menggetarkan seluruh wilayah kepatihan Waluya Jaya.Diam-diam, Darunda rupanya mulai memahami bahwa orang yang mempunyai jurus guncang bumi hanyalah sang raja. Lantas, ia pun segera menyeru kepada Panglima Janeka, "Hentikan, Panglima!" teriak Darunda meloncat tinggi dan mendarat di tengah-tengah posisi Panglima Janeka yang sedang berhadapan dengan Prabu Erlangga."Jangan kau lanjutkan pertarungan

  • Sang Pendekar   Kabar Baik Dari Sang Raja

    Sepulang dari kunjungannya ke kerajaan Kundar, Panglima Pertahanan Raden Jaka Kelana, Senopati Lintang dan Ki Jasukarna, langsung duduk bersama di pendapa istana istana kepatihan amangkubumi.Hadir pula pimpinan Kepatihan Kuta Tandingan Barat Raden Patih Aryadana, dan dari Kepatihan Kuta Tandingan Barat, Raden Patih Anggadita serta Adipati Sargeni dan Adipati Soarna. Mereka berkumpul atas undangan dari Maha Patih Amangkubumi Randu Aji yang hendak membahas kasus hilangnya sang raja."Mohon maaf sebelumnya, hamba tiga hari yang lalu menemukan tempat yang diduga kuat sebagai tempat pertarungan yang begitu sengit," ujar Adipati Soarna berbicara di hadapan maha patih agung dan para tamu-tamunya itu.Raden Maha Patih Randu Aji mengerutkan keningnya, kemudian ia berkata lirih menanggapi ucapan dari sang adipati, "Di manakah lokasi yang Adipati temukan itu?" tanya sang maha patih meluruskan pandangannya ke wajah Adipati Soarna.Dengan lirihnya sang adipati pun menjawab p

  • Sang Pendekar   Bentrokan Di Perbatasan

    Arimbi tampak semringah dan bahagia mendengar kabar sang raja masih hidup dan dalam keadaan baik-baik saja."Sungguh?" tanya sang permaisuri menatap tajam wajah seorang prajurit wanita yang berdiri di hadapannya itu.Dengan bersikap ajrih prajurit itu pun menjawab, "Iya, Gusti Ratu. Beberapa saat yang lalu ada dua prajurit dari kepatihan Waluya Jaya yang datang menghadap sang maha patih. Mereka mengabarkan, kalau gusti prabu dalam keadaan baik-baik saja dan menugaskan mereka untuk menjemput Gusti Ratu.""Baiklah, kau tunggu di luar dan katakan kepada Panglima Jaka Kelana segera siapkan kereta kencana!" ujar sang permaisuri."Baik, Gusti Ratu." Prajurit itu memberi hormat dan langsung berlalu dari hadapan sang permaisuri.Prajurit wanita itu langsung menghadap Panglima Jaka Kelana, dan menyampaikan pesan dari Arimbi. "Baiklah, aku akan segera menyiapkan kereta kencana dan kau panggil 20 prajurit wanita untuk ikut!" kata Panglima Jaka Kelana."Baik, Pangl

  • Sang Pendekar   Serangan Senyap Pasukan Kerajaan Sirnabaya

    Ketika sudah sampai di barak, Panglima Jowarya segera mempersilahkan Senopati Sami Aji untuk duduk, dan ia pun memerintahkan para prajurit untuk menjamu sang senopati serta para prajuritnya yang berada di luar barak."Aku bukanlah tamu terhormat, janganlah Panglima terlalu repot dalam penyambutan ini!" kata Senopati Sami Aji."Tidak apa-apa, Gusti Senopati. Hamba pikir para petinggi kerajaan Sirnabaya jauh lebih baik dalam menyambut tamu, itu pernah hamba alami sendiri ketika hamba mendapat tugas dari sang raja untuk berkunjung ke istana kerajaan Sirnabaya," jawab Panglima Jowarya bersikap ramah.Senopati Sami Aji tersenyum dan berdecak kagum atas kebaikan Panglima Jowarya. Keduanya pun segera berbincang mengenai kecurigaan dari pihak kerajaan Sirnabaya dengan siasat busuk dari Prabu Domala yang sengaja membuat kekacauan dengan mengirim para prajurit yang terlatih untuk mengadu domba kerajaan Sirnabaya dengan kerajaan Randakala."Prajurit kerajaan Sirnabaya sudah

  • Sang Pendekar   Gusti Patih Balong Gandu

    Seminggu kemudian, Prabu Erlangga bersama para petinggi istana sudah berkumpul di pendapa istana. Tidak seperti biasanya, wajah sang raja tampak berseri-seri seperti sedang mengalami kegembiraan dalam jiwanya.Diam-diam, Maha Patih Randu Aji mengamati sikap sang raja kala itu. Bertanyalah ia sedikit berbisik kepada Prabu Erlangga, "Hamba lihat, Gusti Prabu tampak dalam keadaan bahagia. Ada apakah gerangan?"Prabu Erlangga tersenyum dan segera menjawab lirih pertanyaan dari sang maha patih, "Ratuku sedang mengandung." Prabu Erlangga balas berbisik.Maha Patih Randu Aji tersenyum dan segera mengulurkan tangannya ke arah sang raja, dengan wajah penuh kegembiraan, Prabu Erlangga langsung meraih uluran tangan sang maha patih. "Selamat, Gusti Prabu. Semoga bayi dalam kandungan sang permaisuri dalam kondisi baik dan sehat," ucap Maha Patih Randu Aji, ikut merasa bahagia mendengar kabar kehamilan istri sang raja yang merupakan kakak iparnya itu."Terima kasih

Bab terbaru

  • Sang Pendekar   Maha Patih Akilang (Bab terakhir)

    Sore hari, setelah berangkatnya Senopati Yurawida ke istana kerajaan Sanggabuana. Maha Patih Akilang kembali melakukan perbincangan dengan para prajurit senior. Kebrutalan para prajurit kerajaan Sirnabaya masih menjadi topik penting dalam perbincangan tersebut."Hidupku tidak akan pernah merasa tenang sebelum bisa membalas kematian para prajurit kita dan aku berjanzi akan menghancurkan kerajaan Sirnabaya yang sudah bertindak sewenang-wenang terhadap kerajaan kita!" kata Maha Patih Akilang berbicara dengan para prajuritnya di pendapa istana kepatihan."Aku pikir ini semua hanya sebuah kesalahpahaman saja, Gusti Patih?" tanya seorang prajurit senior mengerutkan kening."Itu hanya alasan dari Jaka Sena. Sebenarnya ia sudah merancang sedemikian rupa," jawab Maha Patih Akilang di antara deru napas yang bergejolak penuh dengan amarah yang sudah membumbung tinggi di dalam jiwa dan pikirannya kala itu."Saat masih menjabat sebagai panglima pasukan sejagat raya pun, ia sudah berusaha menekan pa

  • Sang Pendekar   Serangan Mendadak Dari Pasukan Kerajaan Sirnabaya

    Dengan demikian, Darunda dan Panglima Janeka terus berbincang sambil mengamati pergerakan pasukan musuh. Mereka duduk santai di sebuah bangku panjang yang ada di atas tembok raksasa yang menjulang tinggi—pagar pembatas dan benteng pertahanan wilayah kerajaan Sanggabuana."Prabu Wihesa adalah murid Ki Buyut Dalem, dia dibesarkan di wilayah kepatihan Waluya Jaya semasa masih menjadi sebuah kadipaten sebelum bergabung dengan kerajaan Sanggabuana," terang Panglima Janeka."Aku baru tahu, ternyata Wihesa merupakan seorang pendekar sakti yang memiliki ilmu kanuragan yang sangat mumpuni," ujar Darunda.Panglima Janeka menghela napas dalam-dalam, kemudian mengeluarkan perlahan sambil tersenyum memandang cahaya obor yang tampak remang-remang di tengah hutan.Posisi Panglima Janeka dan Darunda kala itu berada di atas tembok raksasa, sehingga apa pun yang terjadi di dalam hutan akan terlihat, apalagi dengan kondisi hutan yang gundul seperti itu.Kala itu, hanya D

  • Sang Pendekar   Pergerakan Dari Pasukan Kuta Waluya

    Di saung tersebut, sang raja langsung membicarakan sesuatu yang sangat penting kepada pendekar muda itu. Sejatinya, raja dan maha patih sangat tertarik kepada Kumba dan mereka berniat untuk merekrut pemuda itu untuk menjadi seorang prajurit kerajaan.Semua berdasarkan penilaian dari sang raja dan maha patih yang suka dengan kepiawaian pendekar tersebut dalam hal olah kanuragan."Seandainya kau mau dan siap. Aku akan menawarkan sesuatu buatmu," kata sang raja lirih, pandangannya lurus ke wajah Kumba.Kumba menghela napas sejenak. Ia berpikir, "Apakah aku layak menjadi prajurit di kerajaan? Sedangkan kemampuanku hanya terbatas?"Maha Patih Randu Aji mengerutkan kening dan mengamati Kumba yang hanya diam termangu. "Jawablah! Jika kau bersedia, kau akan mendapatkan kedudukan sebagai prajurit dan bisa mendapatkan pelatihan khusus dari para pelatih ilmu beladiri di Padepokan Kumbang Hitam!" timpal Maha Patih Randu Aji menatap tajam wajah Kumba–sang pendekar muda

  • Sang Pendekar   Kumba Sang Pendekar

    Ketika fajar sudah menyingsing, para prajurit kerajaan Sanggabuana segera bergerak melewati perbatasan wilayah kerajaan Sanggabuana. Kemudian, ribuan pasukan tersebut memasuki hutan dengan maksud mengambil jalan pintas hendak menuju barak para prajurit kerajaan Sirnabaya—yang menjadi target utama serangan pagi itu.Beberapa meter hampir mendekati target, Senopati Yurawida segera menyeru kepada para prajuritnya untuk berhenti sejenak. Dengan demikian, pasukan yang berjalan di barisan terdepan pun segera menghentikan langkah mereka."Tugas utama kita adalah menghancurkan barak musuh dan mengusir mereka agar menjauh dari daerah ini!" kata Senopati Yurawida berkata kepada para panglimanya yang kala itu berada di barisan terdepan ribuan pasukan tersebut."Tapi ingat! Kalian harus berhati-hati, jangan sampai menimbulkan banyak korban dari prajurit kita!" pinta sang senopati menambahkan."Baik, Senopati. Kami akan melindungi pasukan di barisan depan dengan menggun

  • Sang Pendekar   Menjelang Perang Di Batas Kerajaan

    Namun, para prajurit tersebut berlari dengan begitu cepat. Sehingga para prajurit kerajaan Sanggabuana tidak dapat mengejar mereka.Entah ke mana larinya mereka? Langkah dan pergerakan mereka sudah tidak dapat dideteksi ketika masuk ke wilayah kerajaan Sirnabaya.Akan tetapi, para prajurit kerajaan Sanggabuana sudah dapat mengetahui, bahwa para penyusup itu merupakan kelompok prajurit kerajaan Sirnabaya yang sengaja masuk ke wilayah kedaulatan Kundar yang kini sudah masuk dalam wilayah kerajaan utama Sanggabuana.Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak Panglima Amerya yang kala itu dipercaya sebagai pimpinan keamanan di wilayah tersebut. "Apa maksud mereka, hingga berani menyusup ke wilayah kita?" tanya Panglima Amerya mengarah kepada seorang prajurit yang baru kembali setelah mengejar para penyusup itu.Prajurit itu mengerutkan keningnya, tampak tidak memahami apa yang dikehendaki dan direncanakan oleh para penyusup tersebut."Entahlah, aku p

  • Sang Pendekar   Terbentuknya Kadipaten Conada

    Sebulan kemudian, Prabu Erlangga langsung memanggil Dewangga, Dasamuka, dan segenap tokoh masyarakat Conada. Prabu Erlangga hendak membicarakan kesepakatan bersama tentang pembentukan kadipaten Conada sesuai keinginan rakyat di daerah tersebut.Prabu Erlangga dan para tokoh utama Conada segera menggelar pembicaraan penting yang membahas pembentukan pejabat pemerintahan untuk memimpin kadipaten Conada, musyawarah tersebut dihadiri pula oleh para petinggi istana dan juga Adipati Sargeni serta Adipati Soarna sebagai perwakilan dari daerah yang dulunya merupakan bagian dari induk daerah Conada yang sebagian besar wilayah tersebut masuk di dalam wilayah pemerintahan dua kadipaten itu."Apakah kalian akan menyetujui dan menerima keputusanku, jika aku sendiri yang memilih siapa yang layak menjadi seorang pemimpin yang akan menjadi adipati di kadipaten Conada?" tanya sang raja di sela perbincangannya dengan para tokoh masyarakat Conada.Dasamuka dan tokoh masyarakat Conada ya

  • Sang Pendekar   Tewasnya Pimpinan Pemberontak

    Beberapa saat kemudian, para prajurit kerajaan Sanggabuana sudah berhasil mendekat ke arah lembah tempat keberadaan para pemberontak tersebut, Panglima Wanakarma dan Panglima Jaka Kelana segera membagi tugas."Kau dengan 150 prajurit segera naik ke bukit sana, aku dan yang lainnya tetap di sini!" bisik Panglima Jaka Kelana."Baik, Panglima." Panglima Wanakarma segera turun dari kudanya. Setelah mengikatkan tali kuda, ia langsung memerintahkan para prajuritnya untuk segera naik ke atas bukit yang berada tepat di atas lembah. Dengan penuh kehati-hatian dan terkesan senyap, Panglima Wanakarma dan para prajuritnya mulai bergerak perlahan naik ke atas bukit dengan maksud menyergap para prajurit musuh yang berada di beberapa saung yang mereka dirikan si atas bukit tersebut."Kalian langsung sergap mereka! Jika mereka tidak melakukan perlawanan jangan sakiti mereka!" perintah Panglima Wanakarma.Para prajurit itu pun segera melaksanakan tugas tersebut dan langsung

  • Sang Pendekar   Persiapan Dalam menggempur Para Pemberontak

    Ternyata semua rencana berjalan seperti yang telah diperhitungkan. Pasukan pemberontak akhirnya mundur tepat pada waktunya, meskipun para prajurit kerajaan Sanggabuana tidak melakukan gangguan terhadap mereka.Pra prajurit kerajaan Sanggabuana yang baru tiba itu, sangat merasakan kenyamanan setelah melakukan perjalanan jauh, tiba di tempat tersebut tanpa ada halangan."Bersyukurlah, kita datang mereka sudah lebih dulu ketakutan dan menjauh dari tempat ini," ujar Wanakarma sang panglima perang yang baru saja pulang dari Kepatihan Waluya Jaya dan langsung ikut bersama Senopati Lintang ke Alas Conan."Aku harap, kalian bisa menikmati istirahat kalian malam ini," timpal Panglima Jaka Kelana.Dari kelima ratus prajurit yang dipimpinnya itu, yang bertugas jaga hanya sekitar seratus prajurit saja, itu pun secara bergiliran agar mereka tidak terlalu kelelahan ketika akan menggempur pertahanan musuh di dalam hutan tersebut."Kalian harus segera istirahat!" seru Pangl

  • Sang Pendekar   Senopati Lintang Hendak Mengusir Pemberontak

    Keesokan harinya tepat menjelang sore, Panglima Jaka Kelana dan Senopati Lintang serta ribuan pasukan dengan persenjataan lengkap sudah bersiap hendak melakukan perjalanan jauh menuju ke kadipaten Conan Selatan dan Conan Utara untuk mengamankan kedua kadipaten tersebut dari teror para pemberontak yang akhir-akhir ini kerap melakukan teror terhadap para penduduk.Tampak seribu prajurit khusus sudah bersiap untuk segera berangkat, ada sekitar 300 pasukan kuda dan 20 pedati yang ditarik oleh beberapa ekor sapi yang membawa peralatan kemah dan juga bahan makanan untuk perbekalan para prajurit selama bertugas di sana."Aku harap kalian berhati-hati dan waspada terhadap para pemberontak itu!" pesan Prabu Erlangga di sela pelepasan para prajurit kerajaan yang hendak bertugas menumpas para pemberontak yang berada di hutan Conan."Baik, Gusti Prabu," ucap Senopati Lintang.Selain dirinya, istrinya pun ikut dalam tugas tersebut. Winiresti bersama ratusan prajurit wanita dan pasuka

DMCA.com Protection Status