Tidak pernah terlintas dalam benak Alden jika dirinya bisa kembali mengingat dengan baik memori yang sempat hilang sejak kecelakaan. Foto yang ia temukan dalam kotak kardus tersebut, memicu ingatannya tentang masa lalu.
Ketika membuka laptop dan menemukan kembali simpanan gambar kenangan bersama keluarga kecilnya dalam folder terkunci. Alden mendadak merasa lelah dan tidak ingin berlari lagi. Selama ini tindakannya yang mirip dengan pengecut adalah salah. Namun lebih salah lagi jika ia tidak segera memperbaiki dan terus berlari dari kenyataan.
Membiarkan benak dan hatinya berperang adalah membingungkan. Satu sisi, Alden ingin kembali ke tanah airnya. Namun di balik kerinduannya, Alden juga nyaman dengan kesendiriannya saat ini. Manakah keputusan yang harus ia ambil?
Mungkinkah dia bisa memenangkan kembali hati Indira dan meluluhkan kebencian istrinya tersebut?
‘Ah, dia adalah mantan istriku,’ sesal Alden dalam hati. Surat dari Abby, kakaknya,
Memiliki seseorang yang berarti dalam hidupnya kembali, Indira merasakan semangat hidupnya bangkit. Ketika Jan perlahan masuk dan menjadi bagian dari hari-harinya, bukan hanya dirinya tapi Renzo juga membuka diri.Putranya tidak menyulitkan Jan untuk menyesuaikan diri dalam hidup mereka. Keenan masih terlihat ragu dan tidak yakin akan keputusan Indira yang menurutnya terlalu cepat.“Dia udah empat tahun sendiri dan Alden nggak pernah mencoba menghubungi apalagi memperbaiki kesalahannya, Keen! Dia menghilang tanpa kabar sementara Indira memberinya empat tahun untuk menunggu. Kemana dia? Nggak ada yang tahu, bahkan kamu!” kecam Siwi.Keenan membisu, tangannya terus melemparkan remah-remah roti untuk ikan di kolam.Shana masih memilih posisi sebagai pendengar dan tidak ikut campur. Ia tahu jika Keenan masih mengharapkan sepupunya kembali. Tapi menunggu tanpa batas waktu adalah menyebalkan.Keenan tidak menyadari jika itu sulit dan ketika h
Rasa gelisah ini mencekik Alden hingga ia merasa sesak dan tidak sanggup lagi duduk tenang. Tanggal kepulangannya tinggal lima hari lagi. Setiap ada kesempatan, ia merencanakan kalimat yang tepat saat menemui Indira dan sahabatnya di Salatiga.Keenan mungkin akan mengamuk dan memberondong dengan pertanyaan yang menyudutkan. Tapi menghadapi Siwi, Alden butuh strategi khusus supaya tidak mati mendadak.Sementara ia membalas email dari Abby yang mengabari tentang beberapa dokumen yang harus ia tanda tangani, Alden berpikir keras mengenai hal lain.Hingga detik ini, dirinya belum memberitahu hal kecelakaan dan lupa ingatan yang sempat dialaminya. Mungkin menceritakan nanti secara langsung adalah lebih baik.Semakin Alden membayangkan kepulangannya nanti, batin pria itu tidak tenang.“Sial!” umpatnya dengan kesal.Tuntutan tanggung jawab yang terbengkalai selama ia tidak ada di Indonesia, membebani nuraninya dan menimbulkan rasa takut
Walau Jan berusaha bersikap tenang, tapi Indira tidak bodoh. Dia bisa melihat jika Jan gugup juga gelisah. Mereka mendarat di bandara dan segera meluncur ke kawasan elit di daerah Alam Sutra, Tangerang.Rumah yang dari luar tampak mewah tersebut pintunya terbuka otomatis. Renzo berdecak kagum dan terus bertanya tentang sistem pintu, yang sebetulnya masih terlalu kecil untuk bocah itu ketahui. Dua pilar besar yang menyangga rumah tersebut menjadi pemandangan yang unik.Seperti lobi hotel, mereka turun di depan dan seorang pegawai Jan membuka pintu untuk mereka. Beberapa wanita yang juga bekerja di rumah itu membantu Indira dan Renzo membawa koper. Renzo meminta ijin untuk melihat sebuah kolam yang ada di tengah ruang tengah. Lantai kaca bening yang bisa melihat aliran air kolam di bawah membuat Renzo makin terkesima.Indira juga terpesona akan desain rumah tersebut. Tidak menyangka jika Jan memiliki kehidupan yang sangat fantastis.Keduanya segera menuju k
Berharap hari ini makan malam akan berlangsung dengan mulus dan tanpa kendala, Jan mulai mengirim pesan pada ibu dan ayahnya untuk tidak terlalu mencecar dengan pertanyaan yang menyudutkan. Ibunya hanya membalas dengan jawaban yang singkat, sementara ayahnya segera menelepon Jan dan mendukung dengan kalimat yang hangat.Ayah angkat Jan memang terlihat dengan jelas selalu mendukung dan memastikan semua akan baik-baik saja. Berbeda dengan ibunya. Tuntutan selalu terlontar dan Jan kadang merasa tercekik.Indira mengenakan gaun berwarna biru pastel dengan ornament batik yang apik. Gaun dengan bagian bawah berupa rok lipit lebar tersebut tampak menawan di tubuhnya. Jan berdecak penuh kekaguman ketika melihat Indira keluar kamar.Rambutnya yang panjang sebahu, Indira ikat setengah dengan rapi. Renzo sudah mulai tidak sabar dan meminta mereka segera bergegas.Begitu sampai di rumah orang tua angkat Jan, Indira dan Renzo kembali dibuat kagum oleh kemewahan bangun
Jan meletakkan Renzo dengan hati-hati di kasur dan menyelimutinya. Indira tersenyum dan mengelus punggung Jan dengan lembut.“Terima kasih atas malam yang istimewa,” bisik Indira. Jan mengecup bibirnya dengan penuh kehangatan.“Aku mandi dulu,” pamit Jan yang tampak lelah. Indira mengangguk. Jan keluar dari kamarnya dan Indira menghela napas dengan hati lega. Semua berakhir dengan baik hari ini.Tangannya menarik kaos dan ia pun melenggang ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya sebelum tidur.Lima belas menit kemudian, sembari mengeringkan rambutnya, Indira mengambil smartphone dan membaca beberapa berita dan juga mengintip sosial medianya. Siwi dan Shana memposting foto mereka yang sedang mengadakan barbekyu minggu lalu.Senyum Indira terukir dan jarinya menggulirkan layar tersebut ke bawah. Beranda sosial medianya dipenuhi oleh berita yang beraneka ragam dari kawan dan relasinya. Ketika ia mengulirkan kembali ke atas, Indi
Indira tidak pernah bisa memahami tentang alur hidupnya yang bagaikan roller coaster. Jungkir balik ia jalani dan itu tidak pernah menyurutkan keinginannya untuk bertahan dan maju. Namun kali ini, saat cobaan untuk memilih meninggalkan masa lalu, Indira terjebak dalam keraguan.Selama ia berjuang melepaskan diri dari jeratan kecewa dan mengikis harapan akan kembalinya Alden, bahkan mengupayakan perceraian mereka, kini justru menjadi kebimbangan. Kepulangan Alden membuat Indira seperti berharap kembali dan takut melewatkan kesempatan yang mungkin ia tidak ketahui sebelumnya.Jan terlihat begitu bahagia dan Indira makin merasa bersalah.Apakah ini yang disebut serakah? Menginginkan dua hal terbaik sekaligus dan tidak mampu memutuskan?Tiba di Salatiga, Siwi dan Shana memberinya selamat dan mulai merencanakan semua dengan sangat baik. Sementara Keenan memilih untuk bungkam dan menghindari pembicaraan tersebut.Indira serba salah.Seperti membac
Sikap Renzo yang menutup diri untuk membahas ayahnya, membuat Indira kecut. Dia memang selalu menanamkan hal mengenai bebas berpendapat yang bertanggung jawab. Akan tetapi, Indira tidak menyangka jika Renzo mengambil sikap yang sedemikan keras. Kekecewaan putranya terlalu mendalam. Saran Siwi yang meminta Indira untuk berterus terang pada Jan mengenai kepulangan Alden, sempat ia tolak. Bagi Indira tidaklah penting memberitahu mengenai hal tersebut. Tapi dengan keras Siwi menekankan penting keterbukaan. Kini beban wanita itu bukan hanya mencari momen tepat untuk bicara pada Renzo kembali, tapi juga menyampaikan hal ini pada calon suaminya. Tidak mudah dan itu butuh menyiapkan kalimat yang tepat dan sesuai. Indira tidak ingin terlalu singkat karena khawatir Jan akan menduga ada yang tidak beres. Semua harus ia ungkapkan tanpa menimbulkan kecurigaan tentang bagaimana hatinya masih bergejolak. Narti yang mengetahui segera memberinya nasehat untuk
Bagaimana memulai sebuah kejujuran jika Indira sendiri terlalu banyak menyembunyikan perasaannya? Ada rasa yang tersembunyi dan tidak ingin Jan juga orang lain tahu.Ini tidak ada hubungannya dengan siapa pun atau masa lalu mereka. Bagi Indira, perasaan itu muncul karena sejujurnya selalu tersimpan, tidak pernah hilang.Ini antara dia dan Alden, tanpa ada kaitannya dengan pihak lain.Masa lalu mereka terlalu dalam dan indah untuk dihapus begitu saja.Pantaskah bagi seorang Indira berharap hal tersebut terulang lagi? Layakkah Jan ia sakiti?Indira masih ingat dengan jelas, bagaimana rasanya kecewa. Mana mungkin dia sanggup melakukan hal serupa pada Jan?Dalam renung dan bimbangnya, Indira mencoba membangkitkan keberanian. Menyimpan ini terlalu lama menjadi sakit dan beban yang mendera jiwanya.Jan berencana untuk mendatangi dirinya ujung minggu ini. Indira harus memilih waktu tepat untuk mengungkapkan semuanya.Sementara dia kal