Home / All / Sang Panglima Perang / Ruang Pustaka

Share

Ruang Pustaka

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

    “Tuan Liu Bai—”

    “Putri, panggil saja Liu Bai,” sela Zhang Yuan menunjukan pesona senyumannya yang sejak tadi tertahan karena kehadiran Huan Kang. Tak bisa dipungkiri kalau ketertarikannya terhadap Yinping sudah ada sejak pertama kali mereka bertemu desa.

    Meski awalnya Yinping sedikit canggung menyebut nama Liu Bai, tapi pembicaraan mereka ternyata lebih santai dari sebelumnya. Yinping membawa Zhang Yuan mengelilingi istana dan menunjukan semua tempat-tempat penting di dalam sana.

    Mendapatkan kesempatan langka, Zhang Yuan memperhatikan dengan baik tempat yang nantinya akan menjadi target perburuan di malam hari. Setiap belokan dan sudut istana dihafal agar mempermudah waktu pencarian. Ada pun pola penjagaan para pengawal kerajaan dan titik jaga mereka sudah di perhatikan Zhang Yuan sejak tadi.

    “Liu Bai, apa yang kau pikirkan?&r

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Panglima Perang   Dikepung

    Pintu ruang pustaka terbuka lebar, didobrak oleh Huan Kang. Dia masuk dengan senyuman licik diikuti beberapa pengawal yang telah menghunuskan pedang, mengelilingi Zhang Yuan dan Yinping. “Kakak? Ini….” “Yinping! Dasar gadis bodoh! Sampai kapan kau ditipu oleh lelaki ini. Kemari!” “Kak, aku bisa menjelaskan semuanya. Ini bukan kesalahan Tuan Liu Bai, aku yang mengajaknya kemari.” Huan Kang tersenyum remeh memandang Zhang Yuan, “Tuan Liu Bai? Apa aku harus memanggilmu Tuan Liu Bai juga, panglima Zhang Yuan?” Begitu mendengar perkataan Huan Kang, suasana menjadi tegang. Yinping membelalak, melihat Zhang Yuan yang berdiri di sampingnya. Sedangkan Zhang Yuan tetap tenang sebab dia sudah tahu akan ada situasi seperti ini. “Panglima Zhang Yu

  • Sang Panglima Perang   Penyanderaan Palsu

    Situasi kini berbalik menguntungkan bagi Zhang Yuan. Semua orang menjadi cemas sebab nyawa putri kesayangan kaisar terancam. Hal ini begitu cepat menyebar sampai ke telinga sang kaisar yang saat itu berada di dalam ruang bacanya. “Yang mulia, panglima Zhang Yuan dari kerajaan Song berada di dalam istana dan membuat kekacauan.” Mendengar hal itu, kaisar Huan meletakkan kembali buku yang ada di tangannya ke atas meja dengan santai, “Zhang Yuan? Hmm … anak bodoh itu pikir dengan keberaniannya bisa keluar hidup-hidup dari istanaku. Perintahkan pangeran Huan Kang untuk menangkapnya, dia akan menjadi tebusan yang sangat berharga untuk membebaskan jenderal Murong.” Perintah sang kaisar hanya didiamkan oleh seorang pengawal. “Apa kau tak mendengarkan perkataanku?” tanya kaisar Huan kesal dengan sikap sang pengawal. “Yang

  • Sang Panglima Perang   Misteri Kematian Sang Kakak

    “Putri, kenapa kau menolongku?” “Untuk pertukaran.” Sementara Zhang Yuan menatap bingung, Yinping menjelaskan apa maksud dari perkataan itu. Dengan bantuan kali ini, Yinping berharap Zhang Yuan tidak mendendam kakaknya lagi. Dia hanya memiliki seorang kakak yang benar-benar tulus memperlakukannya sebagai keluarga. “Heh! Bukankah kau masih memiliki kaisar yang sangat menyayangimu? Urusanku dengan Huan Kang jangan kau campuri, putri Yinping.” Sorot mata Yinping menjadi sendu. Dia kembali menjelaskan kalau ayahnya bukan menyayangi, tapi menjaga salah satu asetnya yang berharga. Di mata kaisar Yinping bukanlah anaknya melainkan alat untuk kejayaan kerajaan. Tahun itu, saat kerajaan Song akan menyerang kerajaan mereka di bawah pimpinan jenderal muda Zhang Fei, kaisar Huan mengirimkan upeti perdamaian dengan menawarkan pernikahan Yinping

  • Sang Panglima Perang   Transaksi Rahasia

    Tengah malam di jalur perdagangan laut, Dong Shuo dan kepala pedagang Barat sedang mendiskusikan tentang transaksi besar mereka. Sesuai dengan kesepakatan, sang pedagang tidak akan mencampuri urusan Dong Shuo dan tidak peduli apa yang dilakukan olehnya. Sekian banyak peledak menjadi target transaksi terpenting bagi Dong Shuo. “Tuan Dong Shuo, dalam transaksi ini, aku tidak mau melibatkan diri dalam masalah kerajaan kalian. Selama kau menguntungkan bagi bisnisku, maka aku akan tetap bekerja sama denganmu. Tapi jika kau melibatkan aku juga dalam konflik kerajaan kalian, maka aku akan memutuskan perjanjian bisnis kita berdua.” Dong Shuo menatap datar seorang lelaki yang duduk berhadapan dengannya. Jika bukan karena lelaki itu masih berguna bagi Dong Shuo, maka tak mungkin ungkapan pengancaman itu bisa dia dengarkan. Hanya untuk mencapai keinginannya, Dong Shuo rela bersabar menerima keso

  • Sang Panglima Perang   Hal Penting Dari Xiao Ge

    Liu Bai semakin bingung dengan sikap Zhang Yuan, “Tuan, apa kau yakin ingin membiarkan mereka? Ini adalah kesempatan kita untuk mengungkapkan kejahatannya.” “Liu Bai, coba kau pikir. Apa alasan mereka bertiga menolakku secara terang-terangan, dan hubungkan masalah ini dengan pengawasanmu pada malam hari itu.” Liu Bai terdiam sambil memainkan bola matanya ke kiri dan ke kanan, tapi semakin keras dia mencoba berpikir, semakin bingung dia menebak rencana dari Zhang Yuan. Tak ingin lagi menguras otaknya untuk memikirkan maksud dari Zhang Yuan, dia mengangguk cepat, berpura-pura mengerti dan mengikuti perintah Zhang Yuan. Setelah kepergian Liu Bai, Zhang Yuan segera mempersiapkan diri untuk menemui Dong Shuo. Rencananya kali ini hanya untuk memprovokasi Dong Shuo agar dia tahu kalau Zhang Yuan telah masuk ke dalam jebakannya. Pintu gerbang ked

  • Sang Panglima Perang   Pertemuan Rahasia

    Kereta yang mereka tumpangi berhenti di gerbang istana, tapi Xiao Ge justru membawanya masuk melewati pintu belakang istana. Situasi ini jelas memberitahukan kalau tindakan yang mereka lakukan sangat rahasia. Begitu sampai di gerbang belakang, Xiao Ge dihadang kedua pengawal istana dengan tombak menyilang mereka, tapi saat token ditunjukan, dengan cepat mereka mengizinkan Xiao Ge dan Zhang Yuan masuk ke dalam sana. Melalui jalan rahasia yang tidak pernah dilewati oleh siapa pun, Xiao Ge berhasil membuka pintu setelah lorong jalan sempit mereka lalui. Pandangan pertama yang terlihat setelah pintu terbuka, adalah halaman istana sang kaisar. Zhang Yuan hanya mengikuti Xiao Ge dari belakang dengan dugaan tepat kalau orang penting yang dia maksud pasti kaisar. Jauh di sana, sang kaisar telah menunggunya. Kewibawaan kaisar terlihat meski tanpa baju kebesarannya. Kedua

  • Sang Panglima Perang   Konflik Di Aula Istana

    “Zhang Yuan! Dengarkan titahku!” Suara kaisar Qin Huan yang tegas dan lantang membuat Zhang Yuan sontak berlutut dan menjura, menunggu perkataan selanjutnya. “Temukan semua bukti-bukti kejahatan para pengkhianat kerajaan dan bawah mereka padaku!” Qin Huang mengeluarkan token berwarna emas dan menyodorkannya ke hadapan Zhang Yuan. Dengan adanya token dari sang kaisar, siapa pun yang melihat benda itu sama seperti melihat kaisar. Zhang Yuan mendongak dan mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Dia berdiri kembali setelah diizinkan oleh kaisar. Mendapatkan kepercayaan dari kaisar bukanlah hal yang mudah. Dia juga harus bertindak secara rahasia agar semua rencananya tidak melibatkan kaisar secara langsung. Para pejabat jahat itu akan berusaha mencari kesalahannya dan membingungkan kaisar untuk menetapkan keputusan jika mereka tahu kalau Zhang Yuan telah menjadi pion pe

  • Sang Panglima Perang   Laporan Catatan Pendapatan

    “Ma Jun, biarkan dia bicara … katakan apa yang mengganggu tidurmu, Zhang Yuan?” Qin Huang menyela argument dari kedua orang yang tak mau mengalah. “Yang mulia, sebenarnya aku hanya ingin menyampaikan keluh kesah para rakyat yang ada di daerah Tongchuan, Chengdu, Shandong dan Hennan. Pajak yang diberikan pada mereka terlalu tinggi.” Mendengar perkataan Zhang Yuan, para mentri mulai berbisik-bisik dengan asumsi mereka sendiri. Jelas sekali laporan Zhang Yuan tertuju pada kanselir Yao Chong, tapi bagi Zhang Yuan bukan hanya untuknya saja melainkan dua orang lainnya yang masih belum dia singgung. “Penderitaan mereka sudah pernah disampaikan pada pemerintah daerah hingga sampai ke keamanan, tapi sayang hanya diabaikan begitu saja,” lanjut Zhang Yuan memancing seseorang yang menjadi targetnya untuk keluar dan membantah. Suasa

Latest chapter

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status